Tuesday, September 6, 2016

Dilema Piutang Tak Tertagih: Bisnis atau Amal

Tenaga Penjual: "Customer P tidak bisa membayar piutangnya karena barangnya belum laku sehingga dia mau meretur barang yang telah dibelinya."
Orang Keuangan: "Tidak bisa. Barang yang sudah dibeli tidak boleh diretur."

Lah terus solusinya gimana? Tak adakah win-win solution? Benarkah customer P ingin meretur barangnya atau mungkinkah sales hanya ingin menyita barangnya? Hmmm... teringatlah aku akan suatu masa nan silam sekitar tahun 1998 (ketika aku SMA).

Sewaktu krismon (krisis moneter) melanda Indonesia bisnis papa terancam gulung tikar karena dia ditipu pebisnis lain hingga ruko tempat tinggal kami nyaris disita bank karena tak mampu membayar pinjaman bank. Untunglah pada saat genting masih ada saudara papa yang memberikan pinjaman tanpa bunga dan tanpa batas waktu pembayaran sehingga pinjaman bank segera bisa dilunasi dan ruko tak jadi disita.

Namun, masih ada cobaan lain dari sales P. Karena modal usaha sudah berkurang banyak, otomatis skala bisnis turut berkurang dan penjualan pun menurun. Alhasil, tak ada lagi kesanggupan untuk membayar hutang kepada beberapa pemasok barang. Hal ini mengakibatkan sales P marah-marah. Sembari menyempatkan diri menendang salah satu etalase, dia juga mengangkut kembali barang-barang milik perusahaan tempat kerjanya.

Fiuuhh... tak ada yang bisa kami lakukan untuk menghalanginya. Meskipun dia tidak membawa surat penyitaan barang, kami biarkan dia mengambil kembali semua barangnya. Dulu aku yakin bahwa dia mengambil kembali semua barangnya atas seizin perusahaan tetapi kini aku bertanya-tanya: "mungkinkah tindakan tersebut hanyalah inisiatif sales P?"

Di sisi lain ada pengusaha A yang baik hati. Ketika kami tak bisa membayar hutang, dia malah mengizinkan papa mengambil banyak barang kepadanya dengan harapan toko kami bisa tetap beroperasi hingga akhirnya bisa membayar hutang kepadanya. Namun, sayangnya kami tetap tak bisa membayar hutang kepadanya hingga akhirnya dia mengabaikan hutang kami lalu pindah ke wilayah lain hingga meninggal di sana.

Sementara itu sekitar setahun lalu aku pun mendengar bahwa perusahaan tempat kerja sales P telah bangkrut dan entah bagaimana nasib sales P sekarang.
Lukas 7:41-43 "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
Dari sisi customer, tentu saja aku suka kepada pemasok yang baik hati. Namun, dari sisi pengusaha, tentulah aku berharap semua piutang bisa ditagih. Jika tak bisa mendapatkan pembayaran dalam bentuk uang, tentulah ambil barangnya untuk dijual kembali kepada customer lain agar pengusaha tidak terlalu rugi. Jadi, aku tidak menyalahkan sales P yang mengambil kembali semua barangnya yang memang belum laku tetapi sayang caranya salah.

Beberapa tahun sebelumnya ketika aku masih SD, papa banting tulang di negara lain dan mama membuka toko sembako. Seringkali mama membiarkan beberapa tetangga mengambil sembako secara kredit. Meskipun ada yang lama tidak membayar piutangnya, tetap saja mama memberinya sembako karena tak tega. Ketika mengetahui hal itu, aku terheran-heran: "Mama ini bisnis atau beramal? Kalau mereka tidak membayar, ya jangan diberi barang lagi donk. Kalau terus memberi mereka barang, bagaimana mama bisa untung?"

Namun, mama tak bisa menolak mereka hingga akhirnya hutang mereka mencapai belasan juta Rupiah. Salah satunya melarikan diri ke desa (pulang kampung) setelah berulang kali minta maaf karena tak bisa membayar hutang. Sementara satu tetangga lagi malah meminta mama membeli rumahnya dengan dikurangi jumlah hutangnya. Dengan demikian, piutangnya lunas tetapi mama malah keluar uang untuk rumah yang tidak dibutuhkan untuk tempat tinggal.

Eh, ketika SMA, barulah kusadari bahwa rumah yang mama beli ada gunanya juga. Ketika papa ditipu pebisnis lain (yang beli kredit lalu kabur ke kota lain), rumah itu pun dijual dan digunakan untuk melunasi sebagian hutang kepada saudara papa.

Jadi, manakah pilihan yang tepat untuk mengatasi piutang tak tertagih yang disebabkan ketidakmampuan customer dalam membayar hutang? Dari sisi customer, pastilah berharap dihapuskan hutangnya atau membiarkan barangnya diambil. Namun, bagaimana bila dari sisi pengusaha? Ikut cara mama yang tetap memberikan barang kepada customer hingga dapat rumah dan kebaikan hati pengusaha A atau menyita barang seperti yang dilakukan oleh sales P?

Hehehe... meskipun kami masih kulakan (beli) secara kredit, pastinya sekarang kami hanya menjual secara kontan sehingga tak ada piutang. Jadi, aku ya masih belum mengetahui cara yang paling tepat untuk mengatasi piutang tak tertagih dari sisi pengusaha. Satu hal yang kuyakini bahwa Tuhan sanggup membalikkan keadaan bila kita mengikuti-Nya dengan sepenuh hati.
Ulangan 28:12 TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman.
Ulangan 28:13-14 TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.
TUHAN PASTI SANGGUP
Kuatkanlah hatimu lewati setiap persoalan. Tuhan Yesus s'lalu menopangmu. Jangan berhenti harap pada-Nya.
Reff : Tuhan pasti sanggup. Tangan-Nya tak 'kan terlambat 'tuk mengangkatmu. Tuhan masih sanggup Percayalah Dia tak tinggalkanmu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.