Catatan ibadah ke-2 Minggu, 25 Oktober 2015
Ketika kelas 6 SD aku sempat bermain kejar-kejaran bersama memeku. Di tengah kegelapan malam memeku berlari ke halaman yang gelap dan aku pun mengejarnya. Tanpa kami sadari ada sesosok makhluk mengintai kami dalam kegelapan.
Ketika kelas 6 SD aku sempat bermain kejar-kejaran bersama memeku. Di tengah kegelapan malam memeku berlari ke halaman yang gelap dan aku pun mengejarnya. Tanpa kami sadari ada sesosok makhluk mengintai kami dalam kegelapan.
Setelah meninggalkan
halaman yang gelap langkah kami kami pun terhenti di sebuah halaman bermain
yang terang benderang. Saat itulah seekor makhluk berbulu hitam mendekatkan
moncongnya pada kaki kananku. Aku pun segera menoleh dan melihat anjing asrama
berlari terbirit-birit ke dalam kegelapan sembari meninggalkan rasa sakit di
kakiku.
Kulihat kulit kakiku
hanya sedikit tergores oleh giginya (tidak sampai menancap ke dalam dagingku)
tetapi rasa sakitnya sungguh luar biasa. Namun, aku tak berani menceritakan hal
ini kepada suster atau guru asrama karena bisa-bisa aku dimarahi karena bermain
kejar-kejaran di halaman yang gelap.
Beberapa hari sebelumnya
kami sempat mendapat pelajaran tentang rabies sehingga teman-teman pun berkata:
"Awas rabies". Hmmm...
Seraya menahan sakit aku pun buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan lukaku
dan berharap tidak kena rabies. Untunglah memang bukan rabies. Ah... sempat
bikin was-was saja. Seandainya kami tidak pernah mendengar tentang anjing
rabies, tentu kami tak akan was-was.
Namun, rasa sakit akibat
gigitan tersebut menimbulkan dampak yang mendalam. Sejak kejadian tersebut aku
takut anjing dan semakin berhati-hati dalam bertindak. Aku akan memikirkan
dampak atau resikonya terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu atau mengatakan
sesuatu.
"Jika ini kulakukan, apa konsekuensinya? Jika ini tidak kulakukan, apa dampaknya?
Kira-kira apa resikonya dan apa resikonya bisa kuhadapi? Jika ya, aku akan
lakukan. Jika tidak, aku akan mundur teratur."
Ya, sepertinya rasa takut
bisa membantuku menghindari hal-hal yang menyakitkan. Jadi, rasa takut itu
masih ada gunanya 'kan... asal tidak berlebihan. Namun, ketika rasa takutku
mulai berlebihan, biasanya perlahan mulai menghilang ketika Tuhan berfirman. Hehehe...
aneh bin ajaib. Ini beberapa contohnya:
* Pergilah ke Gurun >> “janganlah takut, sebab Aku menyertai
engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan
akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang
membawa kemenangan.” (Yesaya 41:10)
* Kuyakin saat Kau berfirman >> “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu
datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”
(Yesaya 60 : 1)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
DENGAN SAYAP-MU (Sari Simorangkir)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Firman-Mu berkata Kau besertaku,
Maka kuat roh dan jiwaku. Tangan-Mu Tuhan s'lalu kunantikan Di setiap langkah
kupercaya.
Reff: Dengan sayap-Mu ku akan terbang
tinggi. Di tengah badai hidup ku tak menyerah. Kau kekuatan dan perlindungan
bagiku.
Pertolonganku di tempat maha tinggi.
Ku mengangkat tanganku, aku berserah. Kau kunantikan, Kau yang kusembah
Yesusku, Rajaku.
0 komentar:
Post a Comment