Tuesday, May 13, 2014

Ketika Tuhan Menghentikan Langkahku – seri 1

Ketika lulus SD Asa meninggalkan asrama putri Katolik. Saat berpamitan susternya berpesan: "Asa tetaplah jujur." Asa segera menganggukkan kepalanya dengan yakin karena dia berpikir itu mudah sebab tak ada orang yang mau dibohongi.

Tahun berganti tahun dan Asa telah bekerja sebagai staf akuntan bagian buku besar. Lalu beberapa tahun kemudian staf pajak perusahaan mengundurkan diri dan Asa dipercaya untuk merangkap pekerjaannya. Awalnya itu bukan beban yang berat. Namun, beberapa waktu kemudian atasan Asa mengajaknya ke kantor pajak untuk menemui seorang pemeriksa pajak. Di sana Asa melihat dan mendengar atasannya tawar menawar uang suap dengan pemeriksa pajak. Asa terkejut dan tidak menyukai fakta yang sedang terjadi. Namun, dia diam saja dan hanya mengamati.

Setelah diperoleh kesepakatan, Asa dan atasannya segera pergi meninggalkan ruang pemeriksa pajak. Dalam perjalanan menuju tempat parkir mobil Asa bertanya pada atasannya: "Itu tadi dimintai uang?" Atasannya menjawab: "Ya, berikutnya kamu yang tangani. Makanya aku ajak kamu ke sini untuk belajar."

jangan-menjadi-hamba-uang
Sejak saat itu timbullah pertentangan batin di hati Asa. Lalu secarik kertas berjudul 'Surat dari Bapa' yang tersimpan di atas meja kerjanya semakin mengusik hatinya. Tak ada yang mengetahui dengan pasti penulis surat tersebut. Surat itu diketik dengan rapi dan beberapa penggal kalimatnya berbunyi: "Anakku, aku memahami pertentangan batin yang kamu alami dan aku rindu menantimu kembali ..."
Lalu Asa teringat akan firman Yesus tentang kewajiban membayar pajak. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Matius 22:21)

Hal itu membuat Asa makin gelisah sehingga dia coba melamar kerja di perusahaan lain meskipun belum mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Namun, dia mendapati kenyataan yang serupa. Teman-temannya juga bercerita bahwa 99% perusahaan memang seperti itu... mereka tidak jujur dalam hal pajak.

            Melihat fakta yang ada Asa berkata pada Tuhan dari dalam hatinya: "Tuhan, biarlah aku tetap mempertahankan pekerjaanku sekarang. Kelihatannya ini benar karena banyak perusahaan menerapkan sistem pajak seperti ini. Atasanku juga bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik meskipun dia rajin ke gereja untuk mendengarkan firman-Mu. Mungkin agama dan bisnis memang tak bisa disatukan. Jadi, aku akan belajar menangani pekerjaan tersebut. Namun, seandainya keputusanku salah, TOLONG HENTIKAN AKU TUHAN."

Lirik Lagu “Janji-Mu seperti Fajar” (Nikita)
(http://youtu.be/cJqdQyBz9U4)

Ketika Kuhadapi Kehidupan Ini, Jalan Mana Yang Harus Kupilih. Ku Tahu Ku Tak Mampu, Ku Tahu Ku Tak Sanggup. Hanya Kau Tuhan Tempat Jawabanku.

Aku Pun Tahu Ku Tak Pernah Sendiri S'bab Kau Allah Yang Menggendongku. Tangan-Mu Membelaiku, Cinta-Mu Memuaskanku. Kau Mengangkatku Ke Tempat Yang Tinggi.

Reff: 
Janji-Mu Seperti Fajar Pagi Hari Dan Tiada Pernah Terlambat Bersinar.
Cinta-Mu Seperti Sungai Yang Mengalir Dan Ku Tahu Betapa Dalam Kasih-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.