Saat ini banyak orang
takut terkena virus Corona sehingga timbul kepanikan. Ketika mendapat undangan
rapat di Singapura, pak Sukirno pun sempat bertanya kepada pengundangnya: "Benar
ya semua pasti datang di tengah situasi seperti ini?" Dia pun
diyakinkan sehingga berangkat ke Singapura. Setiba di sana ternyata
pengundangnya malah tidak datang. Rapat pun berlangsung sebentar.
Ketika pak Sukirno di
pesawat dan anak yang duduk di sampingnya batuk-batuk, kepalanya mulai pusing.
Di Australia ada sekolah yang ditutup karena ada dua anak Indonesia yang batuk...
uhuk... uhuk. Padahal, belum tentu mereka terkena Corona. Namun, anak di
sampingnya itu terlihat pucat dan batuknya sudah 7-8 kali sehingga sudah
dipastikan sakit. Sekarang zamannya batuk pun dihitung. Mamanya tumpang tangan
mendoakan anak itu dalam nama Yesus dan juga berbahasa Roh. Maka, pak Sukirno
turut mendoakan anak itu, bukan untuk mengusirnya. Lalu dia pindah ke tempat
duduk lain, bukan karena takut, tetapi agar anak itu bisa leluasa beristirahat.
Kemudian pak Sukirno
teringat pesan isteri untuk mensterilkan semua benda. Maka, dia bersihkan dulu
semuanya sebelum duduk. Lalu di tengah perjalanan dia sempat ke toilet. Agar
steril, dia pun menggunakan tissue untuk membuka pintu. Ketika membuang sampah,
tissue-nya macet sehingga dia ambil tissue lagi untuk mendorong tissue. Lalu
ambil tissue lagi untuk membuka pintu dan ambil tissue lagi untuk membuangnya
ke tempat sampah. Jadi, menghabiskan banyak tissue. Ketika sudah kembali ke
tempat duduknya dan memasang sabuk pengaman, pak Sukirno baru ingat kalau dia
belum membersihkan sabuk pengamannya. Mendadak kepala pusing.
Ketika naik taxi, dia pun
mendapat tawaran dari sopirnya: "Mau
pakai AC atau buka jendela atau keduanya?" Baru kali itu dia mendapat
tawaran semacam ini. Karena panas, pak Sukirno minta pakai AC. Setiba di tempat
tujuan dia pun diwajibkan mencuci tangan dengan hand sanitizer sebanyak mungkin. Lalu dia teringat bahwa sopir taxi
wanita tadi sempat batuk ketika melepas maskernya. Kepala pun mendadak pusing.
Ketika naik lift, dia teringat harus menekan tombol dengan buku jari, tetapi
dia sempat lupa sehingga menekan tombol dengan jari. Panik. Mendadak kepala
pusing.
Jadi, sebenarnya kita sedang menghadapi dua
virus, yaitu virus Corona dan virus panik. Bisa-bisa kita malah sakit
karena panik dan bukan karena Corona. Nah, daripada takut akan Corona, lebih
baik takut akan Tuhan.
Amsal 14:26-27 Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya. Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.
Dengan takut akan Tuhan,
kita akan beroleh perlindungan dan terhindar dari jerat maut. Jerat berarti
sesuatu yang sengaja dipasang untuk mencelakakan kita. Nanti di rumah bacalah
Mazmur 91 dan Mazmur 27: ada pemisahan antara orang benar dan orang fasik.
Di Australia ada pembeli
yang berebut tissue hingga menusuk pembeli lainnya. Ketika polisi datang untuk
melerai, polisi pun dipukulnya. Kedengarannya lucu karena tidak ada hubungan
antara tissue dan Corona. Namun, di sana memang ada kelangkaan bahan kebutuhan
pokok.
Di sana anak pak Sukirno
sempat salah membeli spaghetti. Dia membawa pulang spaghetti rasa bayam padahal
dia tidak suka sayuran. Lantas dia kembali ke toko untuk menukar spaghetti itu
dengan yang original. Penjaga toko mengatakan bahwa dia tidak akan mendapatkan
spaghetti lagi jika mengembalikannya ke rak toko karena barang-barang di sana
sudah habis.
Sebenarnya di Amerika
kematian karena flu biasa jauh lebih besar jumlahnya daripada kematian karena
Corona. Di sana puluhan ribu orang telah meninggal karena flu biasa tetapi
tidak ada kepanikan. Jadi, mengapa kita harus panik karena Corona?
0 komentar:
Post a Comment