Catatan
Ibadah ke-4 Minggu 24 Maret 2019
Selanjutnya, bagaimana jika lampu kamar hotel mati nyala sendiri karena
daerah yang dituju terkenal mistis? Duh, sampai-sampai mimpi bertemu setan
kecil di dalam ruangan remang-remang dan diajari cara menengking setan: “In Jesus name.” Hahaha... iya juga
ya... ngapain sich takut terhadap setan yang tidak bisa dilihat? Kalau lampu kamar
hotel, mati nyala sendiri, anggap saja lampunya sedang disko atau rusak dan
tinggal mengucapkan perkataan tadi dengan penuh keyakinan: “In Jesus name”. Selanjutnya, buruan keluar kamar dan komplain
minta diganti lampu baru atau minta kamar baru. Gitu kok repot?
Oke dech, akhirnya siap berangkat. Eh, sebelum berangkat tiba-tiba hati
ini ingin sekali membawa sabun colek. Kok tumben ya aku ingin bepergian sambil
membawa sabun colek? Aneh dech. Namun, kelihatannya ini akan kuperlukan di
sana. Hmmm... mungkin aku perlu mencuci pakaian dalam. Jadi, kubawa aja dech.
Nah, menjelang larut malam aku pun berhasil tiba di hotel dengan selamat
tanpa tersesat. Petugas hotel pun mengantarku ke kamar di lantai 3 dan dia
telah memeriksa seluruh ruangan terlebih dahulu sebelum meninggalkanku
sendirian di sana. Setelah dia pergi aku pun mengunci pintu kamar dan menata
barang-barangku. Lalu aku makan dengan tenang dan sesudahnya aku ke kamar
mandi. KECOAK. Aduh, ini salah satu musuh bebuyutanku malah enak-enakan di
kamar mandi.
Sontak aku segera menutup pintu kamar mandi. Lantas aku bergegas mengambil
secuil sabun colek dan meletakkannya di dalam gelas melamin yang tersedia di
sana lalu kuberi air. Setelah air di dalam gelas tersebut kubuat berbusa,
segera saja kubuka pintu kamar mandi dan kusiram tuh kecoak. Namun, dia
melarikan diri ke belakang kloset sehingga aku buru-buru menutup pintu kamar
mandi lagi dan menyiapkan air sabun kedua.
Tak lama berselang kubuka lagi pintu kamar mandi, tetapi kecoaknya sudah
tak terlihat. Kucari di atas, bawah, kanan, kiri, dan segala penjuru kamar
mandi, tetapi kecoaknya tetap tak terlihat padahal tadi positif hadir.
Kemana ya dia pergi? Oh, mungkin dia sudah keluar lewat lubang saluran air atau
jendela. Maka, aku pun segera menutup pintu kamar mandi dan bisa ote-ote dengan tenang.
Eh, ketika asyik menyiram badan dengan air dari shower, tiba-tiba saja ada yang merambat di kakiku.
Aaaaahhhh... sontak kusemprot kakiku dengan air shower dan segeralah kudapati seekor kecoak yang badannya telah terbalik.
Oh, buru-buru kuambil secuil sabun colek lagi dan kugosok-gosok sabun tersebut
di atas telapak tangan di bawah pancaran air shower. Alhasil, air sabun terus menerus mengalir dari telapak
tanganku dan membasahi lantai kamar mandi hingga mengenai kecoaknya.
Sembari melakukan hal itu aku pun berdoa: “Oh Tuhan, bantu aku membunuh kecoaknya. Cepatlah bunuh kecoaknya. Aku
tahu ini ciptaan-Mu pula, tetapi aku tak akan bisa tenang jika dia masih hidup
dan berkeliaran di sini.” Lantas aku pun terus menyiramkan air sabun hingga
akhirnya kecoak berpulang ke akhirat. Fiuuuh... leganya.
Selanjutnya, daripada mikir sialnya, ya lebih baik mikir untungnya.
Sialnya sich cuma satu, yaitu bertemu musuh bebuyutan di kala sedang sendirian.
Namun, untungnya jauh lebih banyak lho. Terima kasih Tuhan, untung aku mendapatkan
ilham untuk membawa sabun colek. Untung air shower tidak mati. Untung kecoaknya hanya ada satu. Untung
tetangga di kamar sebelah tidak mendengar jeritanku di tengah malam sehingga
tidak sampai mendobrak pintu kamar atau pintu kamar mandi untuk memberi
pertolongan.
“Pancet
ae dagelanmu,” begitulah kata mamaku ketika mendengar ceritaku
karena di rumah aku pun sering berteriak-teriak jika berjumpa kecoak, terutama
di kamar mandi. Astaga! Ini serius lho, bukan dagelan. Kecoak tuh musuh yang
nyata adanya dan ini merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang paling kutakuti
sekaligus paling kubenci. Oh Tuhan, mengapa Engkau menciptakan kecoak? Apakah
untuk menguji imanku atau untuk melatih keberanianku? Duh, jangan sering-sering
dech.
0 komentar:
Post a Comment