Monday, March 25, 2019

Manna di Daerah Baru

Binatang di Daerah Baru
Catatan Ibadah ke-4 Minggu 24 Maret 2019

Keesokan malamnya hujan pun turun dengan amat deras padahal aku perlu makan malam. Aku pun mencoba jasa grab food, tetapi tidak ada sopir yang mau menerima pesananku. Lantas aku mencoba go food, tetapi lama sekali tidak ada sopir yang menerima pesananku sehingga aku berdoa: “Tuhan, bantu aku mendapatkan makanan.” Tring... tiba-tiba ada sopir yang mau menerima pesananku dan dia memintaku menunggu. Oh, syukurlah, ada yang mau.

Aku pun memantau jalannya di peta dan kulihat cukup jauh juga dari tempatku (mungkin sekitar 20 menit) sehingga aku pun merasa tak enak hati terhadapnya karena cuaca di luar amat tidak bersahabat. Namun, aku heran karena dia mau menerima pesananku. Karena dia memintaku menunggu, aku pun menunggunya dan tidak membatalkan pesananku. Proses. Pasti tidak menyenangkan baginya. Bagaimana jika tiba-tiba dia berubah pikiran dan membatalkan pesananku?

I am observant
Namun, beberapa menit kemudian dia tiba dengan membawakan pesananku sambil berkata: “Berat mbak, berat mbak.” Aku pun segera menjawab: “Iya pak, hujan terus dari tadi. Hujannya deras pula. Terima kasih banyak ya.” Hehehe... aku yakin yang berat adalah perjalanannya dan tentu saja bukan makanannya yang berat karena makanan yang kupesan tidak banyak. Lantas kami berpisah. Eh, tak lama berselang hujan berhenti. Oalah, jika tahu seperti ini, aku bisa menunggu beberapa menit lagi daripada merepotkan sopir tadi. Kasihan juga kan.

Namun, setiap orang memang harus melewati proses yang terkadang cukup berat. Proses ini tak bisa dihindari jika kita ingin bertumbuh. Proses ini pun diperlukan untuk melatih ketahanan dan kekuatan seseorang.
Mazmur 147:5 Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.
Sehabis bepergian ke Bali dan Jakarta, rasanya badanku sungguh lelah sehingga  aku pun ingin seperti kepompong yang bisa tidur nyenyak untuk waktu yang cukup. Aku pun berdoa: “Tuhan, badanku capek sekali. Pegal linu di sana sini. Rasanya seperti masuk angin. Selanjutnya, bagaimana aku bisa mengikuti outbound di Trawas dengan badan seperti ini? Tidak bisakah Kau tambahkan kekuatan agar aku tidak sampai sakit? Musa aja bisa tetap kuat sampai tua hingga masih bisa naik gunung sebelum meninggal. Kaleb pun tetap kuat hingga usia lanjut. Aku juga mau sekuat mereka.”

Hehehe... menjelang larut malam aku pun tiba di rumah dan segera berkemas untuk outbound. Kegiatan outbound 3 hari pun berhasil kulewati tanpa rasa sakit yang berarti. Kupikir aku bisa cepat pulang setiba di kantor. Eh, helmku terkunci di ruangan lantai 3 sehingga aku harus turun lagi ke lantai 1 untuk mencari kuncinya. Setelah kunci ditemukan naik lagi dech ke lantai 3 padahal kaki ini rasanya sudah njarem alias amat lelah.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.