Catatan Ibadah ke-1 Minggu 09 Sept 2018
Aku tidak suka bukit tinggi atau buka paha tinggi-tinggi karena pikiran bawah sadarku telah merekam banyak bahayanya. Salah satu bahayanya ada di sini. Dulu seorang resepsionis bercerita kepadaku. Dia pernah menjadi SPG (sales promotion girl) yang menjual kartu perdana. Karena kesulitan menjual, dia diajari temannya untuk buka paha kalau berhadapan dengan calon pembeli pria. Dia mencobanya.
Dia bercerita bahwa tidak semua pria bersedia membeli produknya dengan cara demikian. Meskipun demikian, dia berhasil dengan seorang om. Semula om itu tidak tertarik membeli produknya tetapi saat dia memperlihatkan pahanya, om tersebut langsung bersedia membeli semua kartu perdananya dengan syarat SPG itu memberikan nomer telepon pribadinya pula. SPG itu segera memberikan nomer telepon palsu. Kataku kepadanya: "Ya ampun, paha ayam aja ada harganya, masa pahamu diobral?"
Dia tertawa dan melanjutkan ceritanya. Keesokan hari om itu datang lagi untuk protes karena SPG tidak bisa ditelepon dan meminta nomer telepon yang benar. SPG pun memberikan nomer pribadi palsunya lagi. Maka, keesokan harinya om itu datang lagi. Ketika melihatnya, SPG itu langsung melepas sepatu hak tingginya dan berlari masuk ke dalam pasar sambil bertelanjang kaki. Eh, om itu melihatnya dan segera mengejarnya. Namun, untunglah SPG itu berhasil lolos dari kejarannya.
Kejadian itu pun membuat SPG jera dan akhirnya dia beralih profesi. Hehehe... maunya jalan pintas. Enak sich bisa berjualan langsung banyak sehingga komisi besar tetapi sesudah itu dia tak beroleh damai sejahtera. Oleh karena itu, jangan ambil jalan pintas sekalipun berjualan itu sulit.
Seorang penjual yang baik tidak boleh mengambil jalan pintas. Penjual yang baik harus tekun dan gigih seperti Bill Porter. Kedengarannya mudah ya. Jika ujian tertulis, aku sudah lulus nich sebagai penjual. Namun, di dalam ujian praktek aku menyerah seperti SPG itu karena batas waktunya tak terlihat pula. Hehehe... untung Tuhan tidak terus-terusan memaksa melebihi batas kekuatanku. Dengan mengangkat tangan, Tuhan pun turun tangan.
Ketika dilatih tekun dan gigih, rasanya tuh ingin terus menerus bertanya: "Berapa lama lagi ya Tuhan? Mengapa Engkau berlambat-lambat dalam menolongku? Apa Engkau tidak mau menolongku? Jika mau menolongku, mengapa tidak segera dilakukan? Sampai kapan ya Tuhan?" ^_^ Hehehe… tentu saja sampai batas kekuatan kita.
SETIA PADA-MU
Bila kupejamkan mataku dan kubuka hatiku, tampak jelas kulihat wajah-Mu. Kau yang mengenal hidupku, jauh ke dalam lubuk hatiku, Yesus.
Memang wanita itu berbeda daripada pria tetapi alangkah baiknya jika wanita tidak memanfaatkan kelemahan pria karena pria pun bisa memanfaatkan kelemahan wanita. Sebelum zaman now, jika cinta ditolak, dukun akan bertindak sehingga di rumah bisa ditemukan bungkusan berisi jarum dan sejenisnya. Namun, pada zaman now, jika cinta ditolak, kemajuan teknologi yang dimanfaatkan untuk membuat foto rekayasa demi menghancurkan reputasi mantan. Inilah beberapa curhat yang kudengar dari beberapa teman wanita dan di sinilah terlihat betapa jahatnya para pria yang tidak bisa move on. Mereka ingin mantan-mantannya merasakan penderitaan yang dia rasakan dan tidak rela mantan-mantannya bahagia dengan orang lain. Alhasil, orang-orang yang tidak bisa move on juga semakin jauh dari kebahagiaan. Jadi, daripada mengejar kejatuhan mantan, lebih baik mengejar Tuhan yang merupakan pusat kebahagiaan sejati. Karena hidup ini hanya sementara, untuk apa menghabiskan waktu dan emosi untuk hal yang sia-sia? Serahkan saja semuanya kepada Tuhan karena Dia selalu tahu yang terbaik.
0 komentar:
Post a Comment