Tuesday, April 18, 2017

Melakukan yang Terbaik

Hanya Aku Seorang Diri
Catatan Ibadah Paskah ke-4 Minggu 16 April 2017

Kemudian mereka berbincang hingga ada yang mengatakan bahwa aku akan pulang Jumat. Maka, aku langsung ditegur seseorang: "Bukankah kamu libur di hari Sabtu?" Karena dia terlihat kecewa mendengar rencana kepulanganku dan kulihat tak ada keponakan lain yang datang, aku pun buru-buru berkata: "Iya aku libur tetapi adik iparku masih bekerja di hari Sabtu. Dia sudah cuti untuk hari Kamis. Jadi, nanti malam dia akan kemari bersama istrinya (memeku), mama, dan kedua anak mereka tetapi Jumat siang langsung balik ke Surabaya."
Pengkhotbah 7:2 Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.
Pundi-pundi
Lalu aku berpikir dan berpikir. Jika aku hanya ingin menyumbang gereja, aku bisa menitipkannya pada titiku yang terkendala hadir di rumah duka ini karena masih ada tugas pelayanan di gereja dan lain hal. Namun, jika dia juga tidak bisa ke gereja saat Jumat Agung, aku masih bisa menyetorkan amplopku di kantong persembahan hari Minggu. Jadi, kuputuskan untuk menitipkan amplopku lalu aku tetap membantu di rumah duka hingga saat terakhir. Jika memungkinkan, aku akan ke gereja pada Minggu Paskah saja karena prosesi kematian ini tak mungkin diulang lagi untuk orang yang sama.

Sementara di rumah duka aku pun berusaha menjernihkan hubungan suk-suk di Korea dengan putrinya yang berlibur di Malang. Pada akhirnya suk-suk tersebut memutuskan pulang ke Indonesia bulan depan. Sementara itu putrinya mengatakan bahwa dia akan datang ke rumah duka Jumat jam 8 pagi tetapi ditunggu hingga malam tak jua datang. Maka, kutanyakan nomer ponselnya lalu Sabtu pagi kutanya putrinya lewat WA: "Kapan datang ke rumah duka? Apa kamu akan datang bersama kokomu juga?" Dia segera menjawab bahwa dia akan datang nanti malam bersama temannya dan kokonya akan datang Minggu pagi.

Ketika tiba, dia pun menghubungiku dan segera kusambut dengan gaya SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) lalu kuantar menemui saudara-saudara papa kami. Lalu kukabari papanya di Korea bahwa putrinya ada di dekatku. Maka, papanya segera meneleponku dan minta disambungkan dengan putrinya. Dari perbincangan mereka kuketahui bahwa selama ini telah terjadi miskomunikasi.

Papanya mengira putrinya hanya ingin uangnya tetapi kulihat putrinya pemalu dan sinyal ponselnya memang bermasalah sehingga susah dihubungi. Biasanya orang pemalu juga tak pandai basa-basi dan hanya bicara seperlunya sehingga tidak mengherankan bila dia hanya menelepon saat membutuhkan sesuatu. Kemungkinan dia juga tidak mengetahui apa yang harus dikatakan kepada papanya yang berada nun jauh di Korea. Selain itu, sinyal ponselnya juga kurang bagus sehingga pembicaraannya terputus-putus hingga tak jelas.

Di telepon aku dengar putrinya sekolah komunikasi tetapi putrinya berkata: "nggak.. dulu saya pemalu sehingga diminta sekolah komunikasi... tapi itu dulu." Hehehe... sekarang pun masih terlihat bahasa tubuhnya yang pemalu. Namun, ketika ko Judy mengatakan bahwa dulunya dia pemalu, aku jadi bertanya-tanya: "Masa sich? Kok tidak kelihatan sama sekali bahwa dulu dia pemalu? Hehehe... Dulu belum kenal sich... tapi sekarang ya malu-maluin... hehehe... nggak kok... sekarang ko Judy sangat penuh percaya diri...^_^"

Sehari sebelum kremasi pengatur acara minta keluarga almarhum menyiapkan 2 orang penabur bunga di samping kanan kiri peti mati. Karena keponakan yang datang dari awal hanya aku, aku pun berkata: "Kita bisa meminta bantuan anak-anak putra ke-3." Namun, putra ke-2 yang juga tak menikah berkata dengan kesal: "Iya kalau mereka datang tetapi yang hari ini datang hanya putra pertamanya. Mereka tak bisa dijagain. Keponakan tidak kompak semua."

Ouw... mungkin dia kesal karena memikirkan prosesi pemakamannya di masa mendatang. Dia melihat tidak semua keponakannya mau hadir. Namun, seharusnya dia bersyukur donk karena masih ada satu keponakannya yang hadir dari awal dan telah memutuskan menemaninya hingga hari terakhir. Maka, aku diminta tabur bunga untuk prosesi kremasi.

Ketika kukatakan bahwa aku tidak mengetahui caranya, dia terlihat kesal lalu menjelaskan: "Kamu hanya perlu duduk di mobil yang berada di depan ambulans pembawa peti mati lalu ambil sedikit bunga dan taburkan ke jalan-jalan yang dilewati." Oke dech, nanti akan kuajari meme sepupuku (anak dari suk-suk di Korea). Minggu pagi putra putri dari suk-suk di Korea hadir di rumah duka lalu kuajak putrinya untuk tabur bunga bersamaku dan dia bersedia karena semasa hidupnya almarhum pernah mengasuhnya.

Lah... bunga-bunga telah dimasukkan dalam satu keranjang lalu di atas bunga-bunga tersebut diletakkan beberapa lembar kertas. Wah... penipuan ini. Kok tidak dijelaskan dari awal kalau tabur bunga dan kertas? Namun, mana mungkin aku batal tabur bunga pada hari H? Mana pantas membuat keributan menjelang prosesi kremasi? Oke dech, aku akan tetap tabur bunga seperti yang sudah kujanjikan pada putra ke-2 karena aku teringat pada perkataan Naaman yang baru saja kubaca saat Jumat Agung dalam program #iLoveMyBible.
2 Raja-raja 5:18-19 Dan kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam perkara yang berikut: Apabila tuanku masuk ke kuil Rimon untuk sujud menyembah di sana, dan aku menjadi pengapitnya, sehingga aku harus ikut sujud menyembah dalam kuil Rimon itu, kiranya TUHAN mengampuni hambamu ini dalam hal itu." Maka berkatalah Elisa kepadanya: "Pergilah dengan selamat!"
Selidiki Aku
Lantas aku berdoa: "Tuhan, jangan lihat perbuatanku tetapi lihatlah hatiku. Di mata mereka kertas-kertas tersebut adalah uang untuk arwah tetapi di mataku kertas-kertas tersebut hanyalah kertas."

Ketika menjelang prosesi kremasi, keluarga besar baru terpikir untuk menyewa jasa fotografer profesional sehingga aku pun harus mengikuti semua prosesi upacara. Ketika semua orang berdoa sambil pegang hio dan mengangguk-angguk beberapa kali hingga tersungkur menyembah di depan peti, hanya aku seorang diri yang berdoa sambil mengatupkan tangan. Oh, di sinilah aku merasa sedih. Aku tak tahu harus berdoa seperti apa.

Di sebelah kiri ruang kremasi jenasah almarhum kulihat ada patung kecil Yesus disalib diletakkan di atas meja. Patung tersebut biasa dipasang di gereja-gereja Katolik. Jadi, aku memejamkan mata dan berdoa: "Terima kasih Yesus, Kau hadir di sini. Terima kasih Kau perlancar prosesinya. Kuserahkan jiwa apak kepada-Mu. Sekalipun kami menyanyanginya, aku yakin kasih-Mu kepadanya jauh lebih besar daripada kasih kami kepadanya. Terima kasih atas penyertaan-Mu sepanjang hidupnya. Kuatkanlah keluarga yang ditinggalkan dan semoga mereka semua dapat mengenal Tuhan dengan benar dan merasakan jamahan kasih-Mu. Amin."

SELIDIKI AKU
Selidiki aku, lihat hatiku. Apakah kusungguh mengasihi-Mu Yesus. Kau yang Maha Tahu dan menilai hidupku, Tak ada yang tersembunyi bagi-Mu.
Reff: T’lah kulihat kebaikan-Mu yang tak pernah habis di hidupku. Kuberjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia.

1 comment:

  1. Untuk segala sesuatu yang baik, akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Ini iman yang realistis.
    (youtu.be/mndbHI75mCs)

    Hikmat itu bukan filsafat tetapi akan nampak dalam perbuatan. Hidup ini tidak patut merasa aman di luar Tuhan karena kita tidak mengetahui masa depan. Satu keputusan salah dapat mengakibatkan seseorang bunuh diri karena di dalam diri kita selalu ada rahasia gelap, seperti ada yang minder akan bagian tubuhnya atau ada yang minder akan beberapa fitur di dalam dirinya tetapi semuanya disembunyikan.

    Kita harus berpikir dengan jelas tentang kematian. Kita harus ingatkan diri kita bahwa kita semua akan mati. Jika esok kita mati, apakah kita telah bijaksana? Jika kita mati besok, apa yang belum kita lakukan? Setelah memikirkan kematian, kita juga harus memikirkan masalah. Jika ingin bijaksana, berharaplah mendapat masalah, mulai dari masalah kecil hingga masalah besar.

    ReplyDelete

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.