Catatan Ibadah Paskah ke-4 Minggu 16 April 2017
Setelah semua prosesi selesai
dilakukan, aku dan putra ke-4 tiba di Sidoarjo sekitar pk.18.00 WIB. Karena aku
masih dapat voucher diskon 50% dari Uber, aku pun buru-buru mandi dan bergegas
ke gereja sehingga tak sempat makan malam. Padahal paginya pun aku hanya makan
roti karena aku memang menolak nasi atau makanan berat di pagi hari.
Ps.Judy Koesmanto: "Pendoa tidak suka makan. Benar kan.."
Hahaha... aku memang tidak suka
makan pagi karena sarapan membuat perut mual, terutama bila makanannya kelas
berat dan berkuah. Namun, biasanya aku makan malam. Hanya saja kali ini aku
diburu waktu karena ingin ke gereja untuk berterima kasih lagi kepada Tuhan...
lebih dan lebih lagi atas semua berkat-berkat-Nya selama aku berada di rumah
duka.
Aku mau berterima kasih karena
aku mendapatkan tempat menginap gratis dan selama di sana aku super kenyang
dengan makanan gratis pula...^_^ Aku juga mau berterima kasih karena pada hari
Minggu aku diberi sejumlah uang sebagai upahku tabur bunga, juru foto, juru
rekam, dan penjaga pundi-pundi untuk mengganti biaya transportasi pulang pergi
Surabaya Malang. Pada awalnya aku tak ingin menerima uang tersebut karena aku
ikhlas membantu mereka. Namun, tiba-tiba aku teringat sebuah pernyataan: ‘setiap
pekerja patut mendapat upahnya.’ Maka, aku pun menerima uang tersebut.
Selain itu, di sana aku pun
sempat menguping harapan mertua terhadap menantunya. Dia bilang mertua harus
memejamkan satu mata saat berhadapan dengan menantunya. Anak zaman sekarang tak
sama seperti dulu. Bayangkan papa dan mama mertua sudah bangun pagi, belanja,
dan menyiapkan makanan. Namun, anak dan menantunya baru bangun jam 11 pagi lalu
sembari meregangkan tangan menantunya bertanya: "Ada makanan apa, ma?"
Lalu dia juga ingin mertuanya
ikut merawat anaknya tetapi mertuanya tidak mau. Hehehe... memang wanita zaman
dulu suka masak dan bangun pagi sedangkan wanita zaman sekarang tak suka masak
dan bangun siang. Selain itu, mereka juga lebih suka mencari uang daripada
mengurus anak sendiri sehingga kebanyakan anak dititipkan pada orang tua mereka
yang sudah tak lagi muda atau ditaruh di tempat penitipan anak. Ya, zaman sudah berubah.
Aku juga menguping sedikit
wejangan bisnis yang berharga tentang cara mempertahankan pelanggan...^_^
Ketika menghadapi komplain, pebisnis itu pun berprinsip: "Berani karena benar dan
takut karena salah." Dia menghadapi komplain dengan berkata: "Silahkan cek kualitas produk kita.
Jika memang jelek, tidak perlu bayar." Kemudian dia menang dari
tuntutan yang tidak benar tersebut. Hahaha... Hal itu pernah kutanyakan kepada
seorang pebisnis muda: "Apakah
prinsip tersebut tak bisa diterapkan di dunia bisnis?" dan dia tak
bisa menjawabnya. Ah, akhirnya kini kutahu prinsip itu berlaku pula di dunia
bisnis.
Lalu aku pun ingin berterima
kasih atas kedamaian yang kurasakan. Satu-satunya meme almarhum bertanya: "Kamu kapan nikah? Jangan sampai
seperti almarhum yang tidak menikah sehingga tak ada yang merawatnya ketika
sakit." Jawabku: "Kapan-kapan...
hehehe... Kulihat ada emak tinggal sendirian dan tak ada yang merawat."
Jawabnya: "Tapi dia sudah menikah."
Lho... gimana sich... tadi katanya menikah supaya ada yang merawat. Sekarang
kutunjukkan ada yang menikah, punya 10 anak, dan banyak cucu tetapi tak ada
yang merawat, jawabannya kok gitu?
Hehehe... sudahlah... emang gue
pikirin... aku sudah berdamai dengan diriku. Kutahu yang kumau. Menikah ataupun
tidak, aku tidak mau hidup sampai tua. Aku selalu berdoa agar Tuhan mengambil
nyawaku sebelum aku menjadi beban bagi orang-orang di sekitarku karena aku
menyadari bahwa merawat orang sakit itu sungguh-sungguh menguras tenaga dan
pikiran. Seandainya masih hidup hingga umur 90 tahun lebih tetapi
sehari-harinya hanya bisa tiduran dan mengoceh sendiri, untuk apa? Bukankah
hanya merepotkan orang lain? Aku tak
ingin panjang umur hingga membebani orang-orang di sekitarku dan kiranya Tuhan
kabulkan pintaku. Amin...^.^
Aku pun ingin berterima kasih
atas berkat-berkat lainnya yang tak mungkin kutuliskan satu per satu...^_^
Jadi, aku segera mandi dan langsung cus ke gereja setelah memakan sebuah buah
salak doank. Eh, di tengah jalan sopir Uber berkata: "Maaf mbak, nanti isi bensin dulu ya. Tadi habis melayat dan lupa
bawa uang." Wah... kok habis melayat sama sepertiku? Lantas kuiyakan
permintaannya sekalipun aku buru-buru dan antrian di SPBU juga cukup panjang.
Fiuh... alhasil aku terlambat 15 menit. Terima kasih pak sopir. Tak apalah...
lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Nah, karena kelelahan setelah
berhari-hari menyibukkan diri di rumah duka sambil mendengarkan celoteh
sana-sini, di gereja aku pun mulai mengantuk sehingga kupejamkan mata sembari
mendengarkan ko Judy berkhotbah. Eh, tiba-tiba ko Judy bernyanyi: "Seperti rusa rindu akan air jiwaku haus pada-Mu
Tuhan..." dan "Betapa
hatiku berterima kasih Yesus..." Lagunya semacam itu...^.^
Maka, kurasakan aliran listrik mengaliri tubuhku dan rasa kantukku mulai
menghilang. Hahaha.. untung ko Judy tidak bernyanyi: "nina bobo... oh nina bobo... kalau
tidak bobo digigit nyamuk..." wkwwkw... Tuhan tahu aja aku
ngantuk dan langsung diberi kekuatan baru.
SATU HAL yang KURINDU
Satu hal yang kurindu Berdiam di dalam
rumah-Mu. Satu hal yang kupinta Menikmati bait-Mu Tuhan. Lebih baik satu hari
di pelataran-Mu daripada s’ribu hari di tempat lain. Memuji-Mu, menyembah-Mu
Kau Allah yang hidup dan menikmati s’mua kemurahan-Mu.
0 komentar:
Post a Comment