Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 25 Desember 2016
Ps.Philip Mantofa: "Umpamakan saya ini juru masak. Keluarga saya pasti tertawa kalau saya juru masak karena saya tidak bisa memasak. Saya hanya bisa memasak supermie dan masak air. Meskipun kita pernah memasak atau bisa memasak, kita belum bisa disebut juru masak. Juru masak itu panggilan profesi."
DU DI DAM - Enno Lerian
Du di du di dam dam, Du di du di dam. Du di du di dam dam, Du di du di dam.
Kamu makannya apa? Saya juru masaknya. Ada tempe goreng, ada ayam goreng. Semua
yang digoreng (oseng, oseng, oseng) Sayurnya pilih saja. Semua ada di meja. Ada
sayur bayem, ada tempe bacem. Awas pedes sambelnya. Masih kecil makan disuapin.
Mau mimik mama yang buatin. Sudah besar harus bisa bantu mama, Kerja di rumah.
Du di du di dam dam, Du di du di dam. Du di du di dam dam, Du di du di dam.
Aku namanya tempe dan aku daging ayam, Dicampur nasi dan sayur mayur, Semuanya
dimakan. Jangan dicampur sambal, Nanti mataku pedih. Aku bisa menangis, Aku
bisa tertawa, Gembira ria. Du di du di du di dam du di dam. Du di du di dam
dam, Du di du di dam. Du di du di dam dam, Du di du di dam.
Saya
juru masaknya? Hahaha... keluargaku pasti tertawa pula jika aku
juru masaknya. Karena aku tidak hobi makan, aku juga tidak hobi masak. Masak
itu amat sangat melelahkan. Ketika membantu mama membuat dadar jagung, keringat
pun bercucuran sejagung-jagung. Wew... jalan kaki sekitar setengah jam saja
terasa jauh lebih ringan daripada mengulek jagung.
Lalu ketika harus mengiris bawang merah, air mata pun
bercucuran dengan derasnya... hahaha... Ketika menggoreng sambal, waduh...
bersin-bersin dan batuk-batuk tiada henti hingga mata pun ikut berair. Ketika
menggoreng ikan, aduh... sakit lho terkena cipratan minyak panas. Dapur itu
benar-benar cocok untuk orang-orang yang sabar, kuat, dan berani karena di
dapur banyak tantangan.
Oh, untunglah masih ada mama yang mau memasak. Jika mama
tidak sempat memasak, masih ada papa yang masakin aku. Namun, papa masak yang
sederhana doank seperti tumis sayur, orak-arik telur, tempe atau tahu goreng.
Meskipun masakannya tak selalu enak, ya selama ada yang masakin, aku makan
saja... mumpung masih bisa makan.
Orang kaya sering kebingungan: "enaknya makan apa ya?" Namun, orang yang tabungannya
seperti voucher isi ulang alias hidup
pas-pasan (pas butuh, pas ada) dan tempat kerjanya terancam gulung tikar,
tentulah dilanda kekhawatiran: "apa bulan depan masih bisa
makan?" Di tengah situasi semacam ini orang-orang atheis mencari
kepastian tetapi mereka hanya bisa mengatakan bahwa di dunia ini tak ada yang
pasti.
Namun, orang kaya yang atheis dengan mudahnya mengatakan
bahwa di dunia ini masih ada yang pasti, seperti pasti mati dan pasti makan. Pasti
mati? Belum tentu karena ada Henokh dan nabi Elia yang tidak mati
tetapi langsung diangkat ke Sorga.
Kejadian 5:24 Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.
2 Raja-raja 2:11 Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.
Pasti makan? Belum tentu juga karena masih banyak
orang miskin yang tidak bisa membeli makanan. Bisa makan sehari sekali saja
sudah bersyukur, apalagi kalau bisa makan 3 kali sehari.
Satu-satunya
yang pasti adalah Tuhan Yesus. Kelahiran-Nya sudah dipastikan sebelum
Dia lahir. Kematian dan kebangkitan-Nya juga sudah dipastikan. Maka, apapun
yang terjadi, Dia selalu bisa memberikan jawaban yang pasti. Janji-Nya pasti
pas...^.^ (tepat pada waktu-Nya). Janji-Nya ya dan amin
karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.
Mazmur 23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
0 komentar:
Post a Comment