Monday, November 7, 2016

Pintu Untukmu

Ketika aku berjalan di bawah langit yang gelap, aku berpapasan dengan seorang wanita setengah baya yang menanyakan keberadaan Minion: "Minion ada dimana?" Jawabku: "aku tidak tahu... aku tidak melihatnya." Lalu aku segera meninggalkannya dan berjalan menuruni tangga batu.

Di penghujung kiri bawah tangga kulihat ada gedung berpintu kaca coklat gelap. Aku pun mendorong pintu gedung tersebut. Di dalamnya kulihat ada pertunjukan musik. Deretan bangku di kiriku sudah terisi beberapa orang (tidak sampai penuh) dan deretan bangku di kananku masih kosong melompong. Maka, aku segera duduk sendirian di salah satu bangku kayu yang ada di deretan sebelah kanan. Beberapa orang menoleh sejenak ke arahku lalu melanjutkan aktivitas masing-masing.

Lantas aku berusaha melihat si pemain piano tetapi sebelum berhasil melihatnya, aku tak sengaja melihat teman SMPku ada di deretan depan. Kemudian kudapati Minion duduk tak jauh darinya (3 bangku di kanannya). "Apa mereka berdua saling kenal?", tanya hatiku. Tampaknya mereka berdua tamu istimewa dalam pertunjukan musik tersebut karena selain duduk di depan, mereka juga mendapatkan meja padahal penonton lain tidak mendapatkan meja.

Setelah pertunjukan usai aku pun meninggalkan gedung tersebut bersama para penonton lain. Namun, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Di bawah temaram cahaya rembulan kulihat seorang pria muda nan tampan berkulit putih dan berwajah ramah sedang tersenyum ke arahku seraya berkata: "Sekarang kamu memang harus memutar jalan untuk menuju ke atas."

"Iya... aku tahu," keluhku dalam hati.
Lanjutnya: "Tapi, jangan khawatir. Aku sedang membuatkan pintu untukmu. Jika pintu itu selesai dibuat, kamu dapat pergi ke atas melalui jalan pintas." Ketika mengatakan hal itu, pria tersebut mengarahkan tangannya ke udara lalu aku melihat sebuah pintu yang masih tertutup. Pintu itu tampak bercahaya di tengah kegelapan dan ukurannya cukup dilewati oleh seorang manusia berukuran standar.

Namun, aku tak mengenal pria tersebut. Mungkinkah dia malaikat pembawa kabar baik? Lantas aku hanya menganggukkan kepala kepadanya lalu pergi menuju pintu lainnya hingga aku tiba di lantai atas.

Di lantai atas tampaknya akan ada pesta karena kudengar ada suara musik, dan kulihat ada meja sajian di atas lantai keramik putih lengkap dengan hidangannya. Bunga-bunga pun menghiasi ruangan yang terang benderang dan tampak pula beberapa orang memenuhi tempat duduk yang tak jauh dari panggung.

Aku dan temanku segera duduk di sofa berlengan yang hanya cukup untuk 2 orang dewasa. Sofa tersebut terletak paling belakang dan paling jauh dari panggung sehingga aku bisa mengamati setiap orang yang lalu lalang. Fiuuh... dengan tersenyum lega aku pun duduk bersandar di atas sofa tersebut.

Tralala... trilili... burung pun bernyanyi membangunkanku dari mimpi...xixixi... Oh, siapa ya yang duduk bersamaku saat itu? Kenapa aku tidak melihat wajahnya? Tapi, nyaman sekali duduk bersamanya di atas sofa tersebut...^.^

KENYAMANAN
Suatu hari di kala kita duduk di atas sofa
dan memandang bunga bertebaran yang indah menawan
Para tamu duduk bersama diiringi musik
Suara musik ini hangatkan jiwa kita

Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam
suara musiknya mengalunkan melodi tentang kasih
Ada hati membara erat bersatu
getar seluruh jiwa tercurah saat itu

Kenyamanan ini janganlah cepat berlalu
Kenyamanan ini ingin kukenang selalu
Hatiku damai jiwaku tentram di sampingmu
Hatiku damai jiwaku tentram bersamamu

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.