Catatan Ibadah ke-1 Minggu 2
Oktober 2016 (youtu.be/IF4k26DeDhQ)
Pengkhotbah 3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
Jika kita melihat atau mendengar berita kematian atas orang-orang yang
sebaya dengan kita, ini saatnya kita bertanya: "apa yang harus kulakukan jika saatku tiba?" Sebelum kita bersaksi, kita harus menjadi
saksi Tuhan. Kita harus menuai jiwa tetapi sebelum itu kita harus menuai
janji Tuhan bagi kita, yaitu damai sejahtera. Kita harus bisa memberikan solusi
kepada orang lain dan bukan menjadi pembawa masalah, seperti Sinchan.
Pengkhotbah 3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
Suatu ketika ada pebisnis yang menderita kerugian lalu ko Philip
menyarankan agar dia membiarkannya rugi dan tidak mencemplungkan diri terus
menerus hingga semakin berdarah-darah seperti orang bermain judi.
Pengkhotbah 3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
Jika keadaan rumah seperti kapal pecah, ayah tidak boleh diam saja.
Misalnya: isteri ribut dengan anak, seorang ayah harus angkat bicara dengan
menegur anaknya dan jangan marahi isteri di depan anak karena seorang anak
harus diajari agar tetap menghormati ibunya. Jika anak bertanya tentang Tuhan,
ayah juga harus bisa menjelaskan dan jangan melemparkan pertanyaan tersebut
kepada isteri. Maka dari itu, ayah harus ikut kelas MSJ (My Spiritual Journey).
Seorang ayah harus dewasa rohani. Mulailah
membangun mezbah doa sejak masa pacaran dan hal tersebut akan terus bergulir
hingga ke pernikahan. Ko Philip biasa menggandeng isterinya saat doa sebelum
makan. Suatu ketika terjadilah kesalahpahaman. Ketika ko Philip menggandeng
isterinya, orang di sisi satunya turut menggandengnya hingga akhirnya belasan
orang di meja makan saling bergandengan tangan... hahaha... tak apa sich. Jadi,
mulailah mezbah doa dengan doa sebelum makan. Tak perlu doa semalam suntuk
karena pasti tertidur... hehehe...
Markus 4:26-29 Perumpaan tentang
Benih yang Tumbuh
26-27 Lalu kata Yesus: "Beginilah
hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu
pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu
makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
28-29 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu
bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang
itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."
Petani tidak takut dengan perubahan. Ketika benih bertunas, dia tidak panik
dan tetap tenang. Kita pun harus siap dengan perubahan dan mendukung perubahan.
Jika pebisnis ingin anaknya melanjutkan usahanya, berilah dia kesempatan dan ajari
dia. Jangan terus menerus menganggapnya sebagai benih tetapi lihatlah sebagai
tunas yang mulai bertumbuh.
Bahkan, kita harus turut melakukan perubahan yang positif agar orang lain
tidak terkena cipratan perbuatan buruk kita. Jika kita menabur perbuatan baik,
anak-anak kita akan menuai hal-hal yang baik. Namun, jika kita menabur
perbuatan buruk, seperti berhutang, anak-anak kita pun harus membayarkan hutang
kita. Kita harus berhati-hati dalam
melakukan sesuatu agar tidak merugikan orang lain. Contoh: Perokok mungkin
meninggal pada usia tua tetapi dampak perbuatannya akan mengenai perokok pasif.
Akibat ulah perokok, orang yang tidak merokok bisa terserang penyakit karena
menghirup asap rokok.
Ko Philip juga turut kecipratan ulah orang Kristen
yang tidak bertanggung jawab. Jika dipersalahkan atas kesalahan sendiri, itu masih bisa diterima. Namun, jika dipersalahkan atas ulah orang Kristen lainnya,
pertanyaannya "apa yang telah
kulakukan?"
Pengkhotbah 11:4 Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.
Menaburlah tidak pada waktunya agar dapat menuai pada waktunya. Tidak
pernah ada waktu yang tepat untuk menabur. Jika kita menunggu pintar berdoa,
baru mendoakan orang lain, kita tidak akan pernah melakukannya. Jika kita
menunggu kaya, baru memberi, kita tidak akan pernah memberi. Berikan pinjaman
kepada yang membutuhkan. Jika kita menunggu nikah, baru menjaga kekudusan, kita
tidak akan melakukannya. Jagalah kekudusan sejak sekarang.
0 komentar:
Post a Comment