Sunday, October 2, 2016

Petani: Musim dan Waktu (2) ~ Ps.Philip Mantofa

Petani: Musim dan Waktu
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 2 Oktober 2016 (youtu.be/IF4k26DeDhQ) 
Pengkhotbah 3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
Jika kita melihat atau mendengar berita kematian atas orang-orang yang sebaya dengan kita, ini saatnya kita bertanya: "apa yang harus kulakukan jika saatku tiba?" Sebelum kita bersaksi, kita harus menjadi saksi Tuhan. Kita harus menuai jiwa tetapi sebelum itu kita harus menuai janji Tuhan bagi kita, yaitu damai sejahtera. Kita harus bisa memberikan solusi kepada orang lain dan bukan menjadi pembawa masalah, seperti Sinchan.
Pengkhotbah 3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
Suatu ketika ada pebisnis yang menderita kerugian lalu ko Philip menyarankan agar dia membiarkannya rugi dan tidak mencemplungkan diri terus menerus hingga semakin berdarah-darah seperti orang bermain judi.
Pengkhotbah 3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
Jika keadaan rumah seperti kapal pecah, ayah tidak boleh diam saja. Misalnya: isteri ribut dengan anak, seorang ayah harus angkat bicara dengan menegur anaknya dan jangan marahi isteri di depan anak karena seorang anak harus diajari agar tetap menghormati ibunya. Jika anak bertanya tentang Tuhan, ayah juga harus bisa menjelaskan dan jangan melemparkan pertanyaan tersebut kepada isteri. Maka dari itu, ayah harus ikut kelas MSJ (My Spiritual Journey).

Persekutuan dengan Tuhan
Seorang ayah harus dewasa rohani. Mulailah membangun mezbah doa sejak masa pacaran dan hal tersebut akan terus bergulir hingga ke pernikahan. Ko Philip biasa menggandeng isterinya saat doa sebelum makan. Suatu ketika terjadilah kesalahpahaman. Ketika ko Philip menggandeng isterinya, orang di sisi satunya turut menggandengnya hingga akhirnya belasan orang di meja makan saling bergandengan tangan... hahaha... tak apa sich. Jadi, mulailah mezbah doa dengan doa sebelum makan. Tak perlu doa semalam suntuk karena pasti tertidur... hehehe...

Markus 4:26-29 Perumpaan tentang Benih yang Tumbuh
26-27 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
28-29 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."

Petani tidak takut dengan perubahan. Ketika benih bertunas, dia tidak panik dan tetap tenang. Kita pun harus siap dengan perubahan dan mendukung perubahan. Jika pebisnis ingin anaknya melanjutkan usahanya, berilah dia kesempatan dan ajari dia. Jangan terus menerus menganggapnya sebagai benih tetapi lihatlah sebagai tunas yang mulai bertumbuh.

Bahkan, kita harus turut melakukan perubahan yang positif agar orang lain tidak terkena cipratan perbuatan buruk kita. Jika kita menabur perbuatan baik, anak-anak kita akan menuai hal-hal yang baik. Namun, jika kita menabur perbuatan buruk, seperti berhutang, anak-anak kita pun harus membayarkan hutang kita. Kita harus berhati-hati dalam melakukan sesuatu agar tidak merugikan orang lain. Contoh: Perokok mungkin meninggal pada usia tua tetapi dampak perbuatannya akan mengenai perokok pasif. Akibat ulah perokok, orang yang tidak merokok bisa terserang penyakit karena menghirup asap rokok.

Ko Philip juga turut kecipratan ulah orang Kristen yang tidak bertanggung jawab. Jika dipersalahkan atas kesalahan sendiri, itu masih bisa diterima. Namun, jika dipersalahkan atas ulah orang Kristen lainnya, pertanyaannya "apa yang telah kulakukan?" 
Pengkhotbah 11:4 Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.
Menaburlah tidak pada waktunya agar dapat menuai pada waktunya. Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menabur. Jika kita menunggu pintar berdoa, baru mendoakan orang lain, kita tidak akan pernah melakukannya. Jika kita menunggu kaya, baru memberi, kita tidak akan pernah memberi. Berikan pinjaman kepada yang membutuhkan. Jika kita menunggu nikah, baru menjaga kekudusan, kita tidak akan melakukannya. Jagalah kekudusan sejak sekarang.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.