Sunday, October 9, 2016

Hubungan Baik dengan Sesama ~ Ps.Sukirno Tarjadi

Catatan Ibadah ke-2 Minggu 09 Oktober 2016
Matius 22:36-40 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Berdasarkan penelitian di Harvard ditemukan bahwa hal yang paling membahagiakan seseorang adalah adanya hubungan baik dengan sesama. Larry King pernah mengatakan bahwa 3 kata terpenting di dalam hidupnya yaitu: "leave me alone" (tinggalkan aku sendiri). Dampaknya dia kawin cerai 8 kali dan hatinya hancur ketika mengetahui isterinya berselingkuh.

Banyak orang merasa kesepian karena salah satu kebutuhan manusia adalah bersosialisasi. Kesepian itu mematikan. Lebih baik makan babi Hong bersama-sama daripada makan propolis (makan sehat) sendirian. Jadi, meskipun di dalam suatu komunitas ada orang yang menyebalkan sehingga kita ingin mencekiknya, kita tetap membutuhkannya untuk bertumbuh. Salah satu tanda kedewasaan rohani adalah adanya pertumbuhan kasih kepada Tuhan dan sesama.

Ada seorang koboi yang merasa tidak membutuhkan orang lain sehingga selama 46 tahun dia hidup seorang diri di propinsi Chili. Namun, ternyata dia masih membutuhkan orang lain karena setiap 2 tahun sekali dia pergi ke pasar untuk menjual kambing dan setiap hari dia mendengarkan radio.

Di dunia ini ada 3 jenis orang, yaitu:
1. Takers: orang yang selalu mengambil segala sesuatu bagi dirinya dan tidak pernah memberi. Orang ini penuh perhitungan sehingga hanya mau melakukan sesuatu bagi orang lain jika ada keuntungannya.
2. Matchers: orang yang mau memberi jika diberi. Ini pun masih perhitungan.
3. Givers: orang yang selalu memberi tanpa perhitungan.
Menurut penelitian diketahui bahwa kebanyakan presiden direktur bertipe takers karena mereka tega mengambil sesuatu dari orang lain. Namun, anehnya kebanyakan givers juga bisa menjadi presiden direktur. Ini sesuai yang Yesus katakan: "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kis 20:35)

APA YANG KITA BERI?

1. WAKTU
Perbincangan Suami Isteri
Kita telah mengenal 5 bahasa cinta, yakni: waktu, hadiah, kata, melayani, sentuhan. Namun, waktu merupakan hal terpenting dari kelima bahasa tersebut. Jika seseorang selalu diberi hadiah tetapi tidak pernah ditemui selama setengah tahun, tentu saja tidak bahagia. Jika seseorang selalu dihujani kata-kata nan manis tetapi tak pernah ditemui selama setengah tahun, ini sama saja dengan omong kosong atau rayuan gombal. Jika tidak ada waktu bertemu selama setengah tahun, bagaimana bisa melayani dan menyentuh? Itu sebabnya kita perlu menyediakan waktu untuk orang yang kita kasihi.

Suatu hari pak Sukirno ditanya: "Bapak biasa olahraga apa?" Jawabnya: "Saya biasanya naik turun mimbar, melompati halaman buku, dan menarik kesimpulan." Lantas penanya meminta jawaban yang serius kepada pak Sukirno lalu dia berkata: "Saya tidak berolahraga." Maka, penanya berkata: "Pasti bapak sibuk." Jawab pak Sukirno: "Tidak. Bagi saya olahraga itu tidak penting karena bila olahraga penting bagi saya tentu saya akan meluangkan waktu untuk berolahraga." Jika kita menganggap sesuatu itu penting, tentu kita akan meluangkan waktu untuk hal itu.

2. TELINGA
Agar bisa menjadi pendengar yang baik, kita bukan hanya memberikan telinga kita, tetapi kita juga harus memberikan perhatian, hati, dan pikiran kita. Karena banyak orang perlu didengarkan, di Jepang ada pria yang membuka jasa mendengarkan (ossan). Ketika dia mau pensiun, banyak klien memprotesnya: "Jika kamu pensiun, siapa yang akan mendengarkan kami?" Pada akhirnya dia tidak jadi pensiun karena menyadari bahwa mendengarkan sudah menjadi salah satu kebutuhannya. Ketika tak ada yang didengar, dia merasa kesepian.
Yakobus 1:19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
Amsal 10:19 Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.
Banyak isteri melakukan konseling karena suaminya tidak mau mendengar. Kebanyakan suami tidak tahan dengan isterinya yang suka mengeluh sehingga ketika mendengarkan isterinya, pikirannya malah berada di tempat lain. Ini dapat menghancurkan hubungan. Oleh sebab itu, sempatkanlah untuk mendengar.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.