Catatan Khotbah pendeta Chris Manusama pada ibadah
ke-3 Minggu, 17 Mei 2015
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, (Efesus 1:4-5)
>> Tak seorang pun
dapat hidup kudus bila tidak dipilih oleh-Nya. Kita dipilih sebagai anak-Nya
untuk menjadi serupa dengan Dia. Hanya kita yang bisa memanggil-Nya Bapa.
Malaikat tidak bisa memanggil-Nya Bapa karena mereka hanya makhluk kudus. Bila
malaikat sudah tidak kudus dan berubah menjadi iblis, Tuhan membuangnya tetapi
jika kita tidak hidup kudus Tuhan berduka.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)
>> Kristen bukan
sekedar agama tetapi panggilan hidup untuk serupa dengan Yesus Kristus yang
telah menebus dosa kita. Agama menetapkan standar-standar yang harus dipatuhi
agar kita bisa hidup kudus. Kalau soal standar, tentu saja kita kalah dari
agama-agama lain. Apakah kita akan mengurung diri di kamar untuk berdoa,
menjauhi ponsel, dan hal-hal duniawi lainnya selama berbulan-bulan? Apakah
dengan demikian kamu kudus? Tidak, kamu akan menjadi kampungan.
>> Kita tidak bisa disebut Kristen bila belum
mengalami perubahan hidup. Kita tidak bisa disebut Kristen bila belum
mengalami perjumpaan dengan Yesus. Untuk bisa hidup kudus sebagai Kristen (pengikut
Kristus), hidup kita harus selaras dengan kehendak-Nya. Untuk mengerti
kehendak-Nya, kita harus senantiasa mencari-Nya untuk berbincang-bincang
dengan-Nya melalui doa, membaca Alkitab, pujian dan penyembahan.
>> Kalau membaca
Alkitab hanya dengan otak, yang kita dapat hanya pengetahuan (seperti sekedar
tahu nama orang). Namun, bila kita membaca
Alkitab dengan hati, kita dapat mempercayai Tuhan secara penuh (berserah).
>> Pada perjanjian lama: kaki
seorang imam harus diikat dengan tali ketika membawa masuk darah binatang ke
tempat kudus. Lewat darah tersebut dia menguduskan dirinya dan semua bangsa
setiap tahun. Bila imam Harun keluar dari tempat kudus dengan selamat, seluruh
warga akan bersorak sorai karena ini berarti Tuhan telah menguduskan mereka.
Bila imam mati di dalam tempat kudus, tak seorang pun berani masuk ke dalamnya
karena bisa mati pula sehingga mereka akan menggunakan tali untuk menarik
jenasah imam.
>> Pada perjanjian baru: Yesus
mempersembahkan darah-Nya sendiri untuk menguduskan kita semua. Jadi, sudah
selayaknya jika kita memuliakan nama-Nya di dalam kehidupan kita karena kita
adalah anak-Nya, sahabat-Nya, dan calon mempelai-Nya.
0 komentar:
Post a Comment