Penabur Benih Kematian
Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 19 Jan 2025
** Kisah ini hanya fiktif belaka. Jika ada
kesamaan nama, tempat, dan kejadian, ini merupakan pertanda bahwa kesudahan
segala sesuatunya sudah dekat. **
Loriana: "Apa
kamu masih berharap bisa memperbaiki penduduk kerajaan ini?"
Lotina: "Tidak. Aku sudah kehilangan harapan. Aku sudah tidak peduli lagi
dengan mereka."
Loriana: "Sekalipun mengatakan bahwa tidak peduli, tetapi tetap saja kita
kepikiran karena kita punya beban moral."
Lotina: "Ya, tetapi tak ada gunanya kita mati-matian menutup setiap celah
kejahatan jika Raja Monkesina sendirilah yang membuka pintu selebar-lebarnya
bagi para pemuja iblis. 1-2 orang tidak akan mampu menutup celah tersebut."
Loriana: "Apa
kamu ingin selamanya di sini?”
Lotina: "Tentu saja tidak. Begitu ada kesempatan, mari kita pergi dari
sini. Tempat ini tidak memiliki masa depan cerah. Para raja tidak peduli dengan
keselamatan kita padahal kita harus bertaruh nyawa untuk melawan antek-antek
iblis yang ingin menghancurkan mereka. Lebih baik menyongsong harapan baru di
tempat lain. Jadi, biarkan Tuhan sendiri yang menangani mereka. Biarkan mereka menuai hasil
perbuatannya."
WAKTU yang TERBAIK – GMS Live
Saat
ku tak mampu berharap, kekhawatiran menghimpit jiwaku. Kekuatanku datang
dari-Mu, memampukanku kembali berharap.
Ajarku
mengenal hati-Mu dan percaya jalan-Mulah yang terbaik. Di kelemahan kuasa-Mu
sempurna. Kau Allah yang tak akan tinggalkan.
Kupercaya
Engkau bekerja buat kebaikanku. Walau belum kumelihat namun kuasa-Mu sempurna.
Kupercaya pasti Tuhan bukakan jalanku. Di waktu-Mu yang terbaik sturut
kehendak-Mu.
Pdt. Dr. Erastus Sabdono: "Jangan takut untuk
berbeda dengan yang lain, asalkan kita berkenan di hadapan-Nya."
Loriana: "Kalau berbeda, nanti kita makin ditekan."
Lotina: "Makin besar tekanan, kita bisa meloncat makin tinggi seperti pegas."
Hahaha... tuing.. tuing.. tuing.. kabur deh dari kerajaan gelap dan pindah ke kerajaan terang.
Lidiaming:
"Coba tanyakan Tuhan dulu. Dia mau kamu menerangi kerajaan gelap itu atau tuing
ke tempat lain."
Lotina: "Aku bilang sama Tuhan kalau Dia mau aku menerangi tempat itu, Dia
harus bantu membersihkannya. Jika tidak, lebih baik aku loncat ke tempat lain karena
tempat itu sarat dosa (hampir sesuram Sodom)."
Kejadian 18:20-21 (TB) Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh
kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat
berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah
benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah
sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya."
Penduduk
Sodom tidak mau bertobat dan juga ingin mencelakai malaikat Tuhan. Penduduk
Kerajaan Amburadul juga seperti itu. Mereka ingin mencelakai orang-orang benar
yang berusaha meluruskan jalan mereka. Nah, ketika kabar akan kehidupan dosa
mereka sampai ke langit, Roh Kudus berkumpul untuk merencanakan tindakan. Di
antara mereka, ada seorang panglima yang bijaksana bernama Galadriel. Ia
dikenal karena keberaniannya dan tanpa henti berusaha menyelamatkan jiwa-jiwa
yang terperangkap dalam kegelapan.
"Kerajaan
ini berada di ambang kehancuran," kata Galadriel kepada para malaikat.
"Kita tidak dapat lagi menyaksikan kejahatan ini berlanjut. Kita harus
bertindak!" Mereka pun sepakat untuk turun ke dunia agar bisa menghadapi
Raja Monkesina dan para pemuja iblis. Mereka mendatangi istana yang dimiliki
oleh pasangan samenleven itu. Tiap hari pasangan itu akan bangun siang
karena setiap malam mereka akan begadang demi mengurus kenikmatan dunia.
Dengan
wajah berseri dan cahaya yang bersinar, Galadriel dan Roh Kudus akan muncul di
dalam mimpi buruknya. "Wahai Raja Monkesina sekeluarga, dengarkanlah
kami," tegas Galadriel. "Kehidupan yang kau pilih hanya akan membawamu pada kebinasaan.
Ingatlah, upah dosa adalah maut!"
Raja
Monkesina terkejut, tetapi segera menanggapi dengan sinis. "Kau berani
masuk ke istanaku? Kalian tidak lebih dari ilusi! Tidak ada yang bisa mengubah
hidupku. Kekuasaanku
jauh lebih besar daripada kata-kata kalian!" kata raja sambil tertawa lepas.
0 komentar:
Post a Comment