Catatan Ibadah ke-1 Minggu 9 Juni 2024
Ketika SMA, dokter Bill membedah kodok lalu
gurunya berkata, "Hasil bedahmu sangat bagus. Nanti kamu harus menjadi
dokter bedah." Beberapa tahun kemudian dia pun menjadi dokter bedah. Lalu
ada seorang pria berobat kepadanya. Karena dia tidak bisa berbicara, dokter
Bill berbicara dengan istri pria itu. Dia pun ditanya, "Mengapa kamu
menjadi dokter bedah?"
Dokter Bill menceritakan tentang guru
SMAnya. Pria itu hanya mendengarkan karena tidak bisa berbicara. Setelah
operasi dilakukan dan dia bisa berbicara, pria itu bertanya kepada Bill,
"Sudahkah kamu berterima kasih kepada guru SMAmu?" Dokter Bill
berpikir bahwa perkataannya benar lalu dia menghubungi sekolahnya dan mencari
gurunya untuk berterima kasih. Gurunya berkata, "Dari sekian banyak murid,
hanya kamu yang mengucapkan terima kasih." Hal ini membuat gurunya
terharu.
Di lain waktu dan tempat ada seorang pria
yang mengalami sesak nafas karena kebocoran gas di toko rotinya. Lantas seorang
tuna wisma yang lewat di tokonya berinisiatif menolongnya. Sebagai rasa terima
kasih karena nyawanya telah diselamatkan, pria itu memberikan toko rotinya
kepada pria tunawisma tersebut seharga EUR 1.
Hal ini membuat pria tunawisma sangat senang. Tadinya dia tidak memiliki rumah, tetapi sekarang memiliki toko roti. Namun, pemilik toko roti mengatakan bahwa dia akan mengajari pria itu terlebih dahulu sehingga dia bisa membuat roti dengan baik.
Suatu malam pria itu gelisah karena telah
menyerahkan toko rotinya. Maka, dia pergi melihat keadaan di sana. Dia melihat
lampu masih menyala. Dia berpikir bahwa pria tunawisma itu sangat rajin karena
masih bekerja hingga larut malam.
Ketika dia masuk ke toko rotinya, dia
sangat terkejut dan marah karena pria tunawisma itu telah mengundang banyak
tunawisma lain untuk berpesta narkoba dan mabuk-mabukan. Alhasil, dia batal
memberikan toko rotinya kepada pria tunawisma itu.
Apakah kalian pernah mengalami hal semacam
itu? Pasti sering. Seringkali kebaikan kita tidak dihargai dan kita menjadi
kecewa. Kekecewaan ini timbul karena kita salah berharap.
Lukas 17:7 (TB) "Siapa
di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan
ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang:
Mari segera makan!
Lukas 17:8 (TB) Bukankah
sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah
pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah
itu engkau boleh makan dan minum.
Jika kita memiliki pembantu yang sudah
seharian bekerja, akankah kita memintanya segera makan? Tentu tidak. Kita pasti
meminta dia menyiapkan makanan kita terlebih dahulu. Setelah itu barulah dia
boleh makan.
Lukas 17:9 (TB) Adakah
ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang
ditugaskan kepadanya?
Lukas 17:10 (TB) Demikian
jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna;
kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Dalam kisah tersebut posisi kita dimana?
Tidak mungkin majikan karena di sini majikan adalah gambaran Tuhan. Kita adalah
hamba-hamba Tuhan. Maka, ketika kita sudah melakukan segala sesuatu dengan
baik, kita harus mengatakan bahwa kita hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.
Ketika kita mampir ke restoran, ada dua hal
yang kita harapkan, yaitu: makanan disajikan dengan cepat dan benar sesuai yang
kita pesan. Seringkali kita marah kalau makanan yang disajikan tidak sesuai
pesanan kita. Jika sesuai pesanan kita, tetapi keluarnya 2 jam kemudian, tentu
kita kesal juga.
Maka, ada suatu rumah makan yang bernama Sabar
Menanti. Padahal, ini rumah makan masakan Padang yang tidak perlu dimasak
dulu, tetapi siapa tahu ada yang tidak sabar lalu marah-marah. Ketika makan di
sini, setiap orang tentu sudah harus siap sabar menanti.
0 komentar:
Post a Comment