Pikiran Milyuner
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 21 April 2024
"Maaf pak, tidak bisa (memberi pinjaman lagi),
saya juga masih banyak kebutuhan." Ujar seorang wanita kepada seorang
bapak yang suka berhutang. Setelah nyaur atau bayar
pinjaman, beberapa hari kemudian nyilih atau pinjam lagi.
Nyaur nyilih terus seolah-olah wanita itu adalah bank
kreditnya.
Pernahkah bertemu orang seperti itu? Ada orang yang suka membiasakan dirinya berhutang. Jika
tak berhutang, dia selalu merasa kurang. Alhasil, dia harus gali lubang, tutup
lubang. Pasti capek. Ini yang disebut susah payah mengikuti.
Sementara itu, beberapa bos seringkali meminta
karyawannya mengurangi pengeluaran tertentu ketika kebutuhan perusahaan
meningkat. Lambat laun aku pun bertanya-tanya, "Jika kebutuhan bertambah,
mengapa harus mengurangi pengeluaran? Mengapa tidak cari cara untuk menambah
pendapatan saja?"
Katanya sih menambah pendapatan lebih susah
daripada mengurangi pengeluaran. Dalam jangka pendek, mungkin ini benar. Namun,
dalam jangka panjang kita akan jauh lebih susah jika tidak mempelajari cara
baru untuk menambah pendapatan karena ada ancaman inflasi pula.
Ulangan 15:6 (TB) Apabila TUHAN, Allahmu, memberkati
engkau, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, maka engkau akan memberi pinjaman
kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak akan meminta pinjaman; engkau
akan menguasai banyak bangsa, tetapi mereka tidak akan menguasai engkau.
Aku juga anti hutang, sampai-sampai aku sering diomeli para penjual kartu kredit karena diberi gratis pun aku tetap tidak mau. Lha iya kartunya gratis administrasi, tetapi kalau kartunya digunakan, ya harus bayar sendiri toh. Mana mau mereka bayari barang-barang yang sudah dibeli dengan kartu kredit itu? Namun, aku tak punya waktu untuk meladeni omelan mereka sehingga telepon langsung kututup dan nomernya kublokir.
Tuhan pun tahu aku lebih memilih mati kelaparan
daripada berhutang atau mengemis. Jadi, Tuhan akan selalu
mencukupkan kebutuhanku yang selalu kuatur di bawah penghasilanku.
Namun, tentu saja tak ada yang instan dan ada kalanya harus via Dolorosa.
Suatu hari aku ingin membeli ebook cerita fiksi
terbitan Amerika. Tentu saja dijual dalam mata uang USD. Untuk membelinya,
tentu saja harus menggunakan kartu kredit atau Paypal. Namun, aku hanya punya
kartu debit dan Paypal. Ebook itu belum kutemukan di Indonesia.
Sekalipun kartu debit sudah bisa ditingkatkan
menjadi master dan visa, tetap saja pembayaran dengan kartu debit tersebut
ditolak oleh pedagang Amerika. Aku berencana meminjam kartu kredit seseorang,
tetapi tidak jadi karena tiba-tiba aku teringat pada Paypalku.
Sayangnya, Paypalku sudah lama tak terurus karena
kesibukan kerja. Alhasil, isi Paypal tak jua bertambah. Dari dulu sampai
sekarang baru terisi sekitar USD 1. Dulu ada mitos yang mengatakan bahwa kita
baru bisa memiliki akun Paypal jika kita memiliki kartu kredit.
Lantas kulihat penjual kartu kredit virtual (Virtual Credit Card / VCC) mulai bertebaran. Namun, aku tidak mau
menggunakan jasa mereka. Maka, dulu aku mengirim email bahasa Inggris ke pihak
Paypal untuk menyatakan ketertarikanku.
0 komentar:
Post a Comment