Sunday, November 12, 2023

Perjalanan Dua Bunga

Kisah Kak Tani dan Bunganya
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Des 2023

Kemudian Méihuā ingin membeli semangka jika searah dengan tujuan perjalanan mereka. Lantas kusir menghentikan kereta di dekat penjual buah. Di depan toko Méihuā melihat semangkanya kurang segar. Maka, Bakung menunjuk ke semangka yang digantung di dalam toko. Ketika mulai memasuki toko, Méihuā melihat buket buah dan dia pun tertarik untuk membelinya.

Bakung segera menanyakan harga dan lamanya proses pengepakan. Penjual buah berkata, "2 jam." Namun, ada pembeli lain yang segera menimpali, "Bohong itu. Ini bisa langsung dikerjakan. Hanya 10 menit."

Bakung pun memberitahu Méihuā dengan bahasa Cina perihal harga dan waktu pengerjaannya. Maka, Méihuā langsung melupakan semangkanya, memilih keranjang buah, dan memilih sendiri buah-buah lainnya.

Setelah buah ditata penjual ingin meletakkan bunga-bunga plastik kecil dan daun plastik sebagai hiasan, tetapi Méihuā menolak. Kata Bakung kepada penjual, "Jangan bunga plastik. Kasih bunga-bunga yang masih segar." Mereka menjawab, "Tunggu nanti tak petikkan di luar sana." Tentu saja hanya basa-basi.

Lalu penjual mengatakan bahwa hiasan itu buatan Cina. Maka, Bakung memastikannya kepada Méihuā. Namun, Méihuā menunjukkan foto buket buah yang biasa ada di Cina. Maka, Bakung berkata lagi, "Kasih pita-pita." Jawabnya, "Iya. Ini tak kasih pita merah bertuliskan, 'Semoga lekas sembuh'."

Méihuā terlihat senang dan mau menerimanya, tetapi Bakung langsung menolak. Dia berpikir bahwa tulisan itu akan sangat cocok diberikan kepada papa Méihuā alias Ulat Daun agar dia segera waras. Hahaha ... Méihuā pun menurutinya sekalipun Bakung sulit menjelaskan makna kata-kata yang tertulis pada pita tersebut.

Lalu Bakung meminta pita lain yang berwarna merah atau pink. Eh, adanya warna orange. Untunglah warna tersebut masih bisa diterima oleh Méihuā karena dia tidak mau pita berwarna hijau yang tampak menyegarkan.

Hehehe ... memang beda budaya. Di Indonesia buket buah biasa diberikan kepada orang sakit, bukan orang pindahan rumah. Jadi, wajarlah kalau penjual buah tidak menyediakan warna merah yang disukai warga Cina dalam menyambut kegembiraan, kecuali menjelang momen Imlek.

Mereka pun melanjutkan perjalanan ke rumah baru teman Méihuā. Sebelum tiba di tujuan Méihuā bertanya, "Kasih buket buah atau buket bunga?" Jawab Bakung, "Semua. Keduanya." Sebelumnya kusir sempat berkata, "Kalau dia tidak mau bunganya, aku mau."

Bunga Artifisial Omah Bunga
Hehehe ... tentu saja Bakung tidak mau menyarankan hal tersebut. Mereka pun tiba di tempat tujuan. Méihuā turun dengan dua buket dan sekantong buah di tangannya. Dia langsung disambut oleh temannya sekeluarga.

Bakung dan kusir langsung melanjutkan perjalanan setelah memastikan Méihuā berada di tangan yang tepat. Oh, mereka tidak menyangka akan ada kejadian tak terduga karena buket bunga.

Beberapa bunga putih yang dibuang Méihuā masih tertinggal di dalam kereta. "Pak, di sini masih ada bunga-bunga yang dianggap sebagai pembawa sial, tetapi aku juga tidak paham jenis bunga dan maknanya. Warga Cina memang biasa memaknai alam dan warnanya... wkwwk..."

Kusir kereta pun tidak mempermasalahkan bunga putih itu. Lantas Bakung berpikir untuk bisa secantik bunga artifisial di Omah Bunga agar terbebas dari Ulat Daun. Pikir Bakung sembari memegang sehelai kuntum bunga putih yang terbuang, "Tak ada gunanya menjadi bunga putih. Lebih baik menjadi bunga hitam. Munafik harus dibalas munafik biar Ulat Daun tahu rasanya."

Amsal 31:30 (TB) Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.

Maka, terdengar suara kecil berbisik, "Firman itu bukan hanya untuk istri, tetapi juga untuk semua bunga." Wkwwkw ... ini yang namanya diluputkan dari kebinasaan. Untung Méihuā masih cantik dan tidak terkontaminasi oleh papanya.

BESAR ANUGRAH-MU
Kuada, sebagaimana ku ada, berdiri menghadap tahta-Mu, Bapa. Semua kar'na anug'rah-Mu yang t'lah s'lamatkanku.
Kuhidup dalam s'gala kelimpahan. Kulayak untuk melayani Tuhan. Semua kar'na anug'rah-Mu tercurah bagiku.
Besar anug'rah-Mu, Berlimpah kasih-Mu. Semakin hari s'makin bertambah Besar anug'rah-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.