Sunday, November 12, 2023

Kisah Kak Tani dan Bunganya

Janji Tuhan Memulihkan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Des 2023

Di sebuah Desa Kuncup terlihat Kak Tani mengalami kesulitan dalam mengelola lumbung bunganya. Lantas dia meminta bantuan Mr. Expert untuk memperbaiki keadaan lumbungnya. Namun, alih-alih memperbaiki lumbung, Mr. Expert malah merusak lumbung dan mengganggu para bunga.

Karena tak tahan dengan situasi ini, Bunga Bakung mempertanyakan cara pandang Kak Tani terhadap Mr. Expert. Dia khawatir Kak Tani telah salah menilainya. Namun, Kak Tani berkata, "Semua bunga harus bersabar terhadapnya. Ini hanyalah perbedaan sudut pandang. Contoh: Feses tidak disukai manusia, tetapi dibutuhkan oleh para bunga karena bisa menjadi pupuk."

Bunga Bakung pun cukup lama merenungkan perkataan Kak Tani lalu dia tersadar. Memang benar Feses bisa berubah menjadi pupuk dan pupuk bisa menyuburkan bunga. Namun, Mr. Expert pasti bukanlah Feses karena dia suka merusak dedaunan para bunga. Lagipula tidak semua bunga membutuhkan Feses. Bunga yang terbiasa tumbuh liar di tempat gersang tidak membutuhkannya.

Kidung Agung 2:1 (TB) Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah

Kemungkinan besar Mr.Expert telah terinfeksi oleh rambut atau duri Ulat Daun. Lantas dia melupakan jati dirinya sehingga selalu bertindak seperti Ulat Daun. Suka tidak suka, faktanya Mr. Expert telah berubah menjadi hama bagi lumbung bunga.

Maka, sudah dipastikan bahwa dia tidak akan bisa berubah menjadi pupuk. Dia hanya bisa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu jika dia sudah sembuh dari segala kegilaannya. Namun, mengapa Kak Tani tidak menyadari hal tersebut?

Mengapa dia tidak bisa membedakan pupuk dan hama? Semua orang sudah mengetahuinya, kecuali dia. Mengapa Kak Tani malah berusaha merusak lumbung bunganya sendiri? Bukankah ini konyol?

Beberapa hari kemudian Bunga Bakung mengantar Bunga Méihuā - putri Ulat Daun. Kusir kereta mengambil buket bunga yang telah dipesan oleh teman Méihuā lalu menyerahkannya kepada Méihuā.

Namun, di dalam kereta Méihuā tampak agak kecewa. Katanya, "Mengapa ada bunga putih ini? Bunga ini tidak membawa keberuntungan. " Bakung pun bertanya, "Apa untuk acara ulang tahun? Birthday?"

Méihuā tidak paham sehingga dia segera mengeluarkan ponselnya. Bakung mengetikkan kata 'birthday' lalu Méihuā menggeleng dan mengetikkan kata berbeda yang artinya 'pindah rumah'. Oh, di Indonesia tidaklah lazim memberikan buket bunga kepada mereka yang pindah rumah. Biasanya untuk acara ulang tahun atau kelulusan, tetapi susah menceritakannya dengan kendala bahasa. Maka, mereka terdiam.

Namun, tiba-tiba Méihuā bertanya lagi dengan ponselnya, "Apa ada toko bunga lain? Mau beli lagi." Setelah menjelajah internet kusir kereta dan Bakung menemukan Omah Bunga terdekat. Foto buket bunganya sungguh cantik dan Méihuā pun tertarik. "Ayo ke sana," katanya.

Mereka pun mendatangi Omah Bunga. Setiba di sana mereka mendapati bahwa mereka hanya menjual buket bunga artifisial. Padahal, Méihuā mau bunga yang masih segar. Alhasil, mereka batal membeli bunga dan segera pergi.

Tak habis akal Méihuā segera mengambil dan membuang bunga-bunga putih yang dianggapnya tidak membawa keberuntungan. Setelah itu Bakung melihat buket bunganya menjadi lebih cantik.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.