Kekuatan Bersyukur
Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 19 Nov 2023
Hehehe ... tadi sebelum ibadah dimulai aku
juga mendengar pembicaraan seorang wanita sanguin dengan bapak di sampingnya.
Biasanya bapak itu diam saja, tetapi hari ini terdengar dia bercerita karena
ada wanita yang bertanya-tanya kepadanya. Istrinya sudah meninggal, satu
anaknya ikut ibadah sore, dan anak lainnya masuk Islam, cecenya ada yang berada
di Cina.
Lalu si wanita sanguin berkata, "Saya tidak bisa bahasa Cina."
Bapak itu pun bertanya, "Tidak pernah sekolah Cina? Dulu saya sekolah Cina
sampai kelas 3 SMP lalu sekolah-sekolah Cina ditutup pada tahun 1965."
Batinku, "Itu CLBK (bukan Cinta Lama
Bersemi Kembali, tetapi Cerita Lama
Bersemi Kembali). 1965 memang zaman susah bagi orang Cina dan keturunannya, tetapi keluarga
engkongku dilindungi oleh marinir yang jatuh hati kepada tanteku.” Eh, ada
cerita cintanya juga. Hahaha … demi cinta, marinir itu pun bertaruh nyawa
menjaga rumah engkong sekeluarga. Lambat laun hubungan mereka direstui.
Jadi, selagi rumah warga keturunan Cina
lainnya hancur dijarah oleh warga sekitar, rumah sekaligus toko engkong yang
terletak di perbatasan Surabaya-Sidoarjo itu tetap aman, baik nyawa maupun
hartanya.
Seringkali papa berkata kepada mama, "Masa anaknya guru bahasa Cina, tetapi tidak bisa bahasa Cina?" Jawab mama, "Bagaimana mau bisa kalau tidak diajari? Saat itu emak engkong malah belajar bahasa Jawa." Hahaha ... basa Jawa luwih mantep lha daripada bahasa Cina. Karakter hanacaraka tuh jauh lebih sedikit daripada hanzi.
Terdengar lagi wanita sanguin berkata,
"Kalau sampai kelas 3 SMP pasti bisa menulis juga." Aku menyetujui di
dalam hati karena papaku yang sampai SMP juga sudah bisa menulis hanzi. Bapak itu pun membenarkan lalu
menimpali, "Iya, saya bisa, tetapi sudah lama tidak memakainya."
Eh, hari ini sopir gojek kok juga
bertanya-tanya tentang bahasa Cina? Ah, aku jadi teringat pada kisah AADC, tetapi ini bukan film Ada Apa
Dengan Cinta, melainkan Ada Apa Dengan
Cina?
Beberapa waktu lalu seorang bapak bertanya
kepadaku, "Bagaimana masalahmu dengan Mr. Cina itu?" Jawabku,
"Oh, aku sudah tak perlu berurusan dengannya. Jika aku memerlukan sesuatu
darinya, aku hanya perlu berbicara dengan Mr. Taiwan. Nanti dia yang akan
menyampaikan pesanku kepada Mr. Cina."
Ujarnya, "Itu artinya kamu gagal
menangani dia." Jawabku, "Tidak. Justru aku berhasil mendapatkan
moderator." Hahaha ... lebih enak
diberi moderator daripada capek menjadi gladiator.
Daripada susah payah menggunakan Google Translate Indonesia-Cina dan
bahasa isyarat atau mencari penerjemah Cina dari Indonesia yang super duper
sibuk lalu Mr. Cina tetap tidak mau mendengarkanku, tentu lebih mudah berbicara
kepada moderator dari Taiwan yang paham bahasa Inggris dan mau mendengarkanku.
Mr. Taiwan bisa memakai bahasa
Cina-Inggris dan aku bisa menggunakan bahasa Indonesia-Inggris. Lalu Mr. Taiwan
akan menyampaikan pesanku kepada Mr. Cina dalam bahasa persatuan mereka, yaitu
bahasa Cina.
Hahaha ... aku jadi teringat perbincangan dengan temanku. Karena aku kesulitan belajar bahasa Cina, aku pun bertanya kepadanya, "Bagaimana kamu bisa menyukai bahasa Cina? Aku belajar lupa terus. Dulu tak bisa, sekarang lupa. Pagi ingat, sore lupa ... hahaha ..." Dia menjawab, "Bahasa Cina memang susah, tetapi masih bisa dipelajari. Aku ingin pergi ke Cina lagi."
Kataku, "Kamu lupa dengan sumpah yang selalu kita ucapkan sejak kecil? Dulu
tiap 28 Oktober kita pasti mengucapkan sumpah ini. Kita telah bersumpah untuk
menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia."
Hahaha ... dia pun tertawa dan menjawab,
"Gayamu. Itu sumpah karena terpaksa.” Hahaha ... walaupun terpaksa, tetap
harus dipegang karena sudah terlanjur diucapkan. Menurut firman-Nya, kita harus
tetap memegang sumpah walaupun rugi ... xixixi ... biar ada alasan untuk tidak
menguasai bahasa asing.
Mazmur 15:1, 4b (TB)
Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh
diam di gunung-Mu yang kudus? ... yang
berpegang pada sumpah, walaupun rugi;
Eh, tapi kenapa bahasa persatuanku malah
bahasa Inggris? Sejak kapan aku bisa memahami bahasa ini? Hehehe ... mungkin
sejak ada Google Translate. Seingatku
aku selalu menghindari bahasa ini karena sampai sekarang aku juga tidak
menyukai bahasa asing. Namun, kini tiap kali ada masalah dengan Mr. Cina,
justru bahasa Inggris yang membantuku keluar dari kesulitan.
Oh, terima kasih kepada para kontributor Google
Translate Indonesia-Inggris… wkwwkw…
JEHOVA JIREH
Verse 1: To the one who understands my troubles, who holds me
and listens to what I feel, to the source of peace that goes beyond me, I give
my life to You.
Verse 2: You’re the answer to my burning questions. For You know the plans
that You have for me. You’ve prepared my way into the future. I give my life to
You.
Chorus: Jehovah Jireh, You provide all my needs. Jehovah Jireh, nothing
else that I seek.
Bridge 1: From the beginning until the end, Father, You’re with me, Fear
has no place. For I put my trust in You alone, The Lord who provides.
Bridge 2: Though I still struggle, It’s not the end. Father, You’re with me
and You have a plan.
So I’ll walk by faith and look to You, The Lord who provides. So I’ll walk
by faith and look to You, The Lord who provides.
0 komentar:
Post a Comment