Mengelola Emosi
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 8 Okt 2023
Saat malam tiba Lui mendengarkan
khotbah bu Debby Basjir. Pendeta itu bercerita, "Ada orang yang tidak mau
melayani Tuhan ketika sedang sehat. Lalu dia terkena kanker dan mengatakan
bahwa dia mau melayani Tuhan setelah sembuh dari kanker. Namun, Tuhan
berkehendak lain. Dia meninggal tanpa sempat melayani Tuhan."
Maka, ketika diberi kesempatan,
bu Debby tetap melayani Tuhan sekalipun
sedang sakit. Beberapa jemaat sampai bertanya, "Kenapa bu Debby tidak
berisitirahat saja?" Tidak. Bu Debby tidak mau menyia-nyiakan kesempatan
yang ada untuk melayani Tuhan. Dia baru beristirahat jika benar-benar sudah
tidak kuat.
Lui bergumam, "Sama. Dari
kecil aku juga selalu tetap masuk sekolah dan tetap bekerja meskipun sedang
sakit. Saat ini pun tenggorokanku sedang sakit dan aku tetap bekerja. Tak ada
yang mengetahui bahwa aku sakit."
Roh Kudus menimpali,
"Setidaknya hanya tenggorokanmu yang sakit, tetapi di sana ada hati yang
sakit. Biarkan senyummu mengubah dunia dan jangan biarkan dunia mengubah
senyummu. Bersukacitalah senantiasa. Heal
the World." Hmm ...
Filipi 4:4 (TB) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!
Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
Keesokan harinya Lui juga mendengar dari teman-temannya bahwa Mr. Guxin sempat menggebrak meja di depan papanya. Lui pun bertanya kepada beberapa orang, "Apa sebelumnya dia pernah marah sampai seperti itu?" Mereka semua menjawab, "Belum pernah."
Ehm, kemarahannya pasti
terakumulasi dan pasti ada sebab-sebab lain di balik kemarahannya itu. Namun,
ketika ada kesempatan Lui sempat memprotes Mr. Guxin perihal keterlambatan data
yang menghambat akuntan. Mr.
Guxin menjawab, "Saya tidak suka
itu. Kalau di luar, kita baik kepada orang lain, masa terhadap orang dalam,
kita bersikap tidak baik?"
Dia juga bercerita, "Ada
seorang anak yang kabur dari rumah karena ribut dengan orang tuanya. Lalu dia
kelaparan dan diberi makan oleh orang lain. Anak itu pasti berterima kasih kepadanya. Masa tidak membela orang yang memberi makan, tetapi malah membela orang lain?"
Lui pun terheran-heran, "Astaga, ini orang
kok bisa berpikir seperti itu? Maksud akuntan adalah mencapai keseimbangan
antara kedua belah pihak. Akuntan tuh terbiasa menyeimbangkan neraca. Jadi,
maunya juga ada keseimbangan antara luar dan dalam alias timbal balik. Masa cuma minta dipedulikan dan dibaiki,
tetapi tidak mau melakukan hal yang sama pula?"
Selain
itu, Lui sih lebih suka membela kebenaran daripada pemberi makan karena sumbernya
juga dari Tuhan dan seringkali orang baik tuh karena ada maunya doank. Beberapa
hari sebelumnya Mr. Guxin juga mengatakan bahwa dia lebih membela kebenaran
daripada papanya sendiri. Masa dia lupa? Kenapa
dia lebih membela kebenaran daripada papanya? Masa papanya tidak memberinya makan?
Sambil menyentuh obat Hau Fung San yang ada di dalam kantong
celananya, Lui berdoa, "Ah, tolong dia Tuhan, sepertinya dia salah paham
dan sakit hati. Tak ada gunanya melanjutkan perkataanku jika dia sudah marah.
Tak masalah jika dia tidak suka karena obat
yang pahit memang tidak enak, tetapi bisa menyembuhkan."
0 komentar:
Post a Comment