Happy Me, Blessed Us
Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 15 Okt 2023
"Kalian berdua ini seperti Tom and Jerry, tetapi tak tahu
siapa Tom-nya dan siapa Jerry-nya." Komentar seorang ibu terhadap Nona
Yang.
Jawab Nona Yang, "Dia tuh yang selalu cari gara-gara. Ada saja ulahnya." Ibu itu tertawa dan berkata,
"Hati-hati! Dia memang suka
mempersulit banyak orang. Dari dulu begitu."
“Kamu baru tahu ya kalau dia begitu? Dari
dulu kami sudah mengetahuinya. Dia
memang membuat sulit semuanya dan tidak pernah mau diberitahu.” Celetuk
seorang bapak lain dan didukung pula oleh tawa bapak yang ada di sebelahnya.
“Aku tuh kepikiran dia hingga tak bisa tidur,” timpal ibu lain ketika Nona Yang curhat kepadanya.
“Apa kepikiran wajahnya? Terbayang-bayang gitu?”
Jawabnya, “Tidak. Aku kepikiran kegilaannya. Dia itu sebenarnya tidak paham, tetapi dia malas berdiskusi dan berbicara dengan orang-orang Indonesia. Aku jadi kasihan terhadap orang-orang itu.”
Orang-orang lainnya juga turut membenarkan,
“Iya, dari dulu dia memang begitu.” Bapak lain juga berkata, “Males aku
berurusan dengannya. Dia menyita banyak waktu. Masa dia meminta hal-hal yang tidak penting?” Seorang wanita pun terdengar
berseru-seru, "Tolongin donk, tolongin ... beritahu dia." Wanita lain
lagi berkata, “Sekarang areanya tambah ruwet, tambah kacau sejak kedatangan
orang itu.”
Wew ... ternyata semua orang sependapat
dengan ibu itu, tetapi hanya Nona Yang yang mau capek-capek menegurnya. Jadi,
kesannya hanya Nona Yang yang tidak cocok dengannya padahal semua orang sedang memendam kekesalan yang
sama terhadapnya. Namun, mereka tidak mau banyak bersuara karena enggan
atau malas berkonflik atau takut juga kepada pembelanya.
Rupanya
dia memang sok tahu dan tidak pernah mau diajak berdiskusi, tetapi malah menuduh Nona Yang yang memaksakan kehendak pribadi
kepadanya. Hellow, ge-er amat sih
orang itu. Pantas saja putrinya selalu cemberut ketika harus berbicara
kepadanya. Jika tidak terpaksa, tentulah Nona Yang juga enggan berbicara
dengannya. Namun, demi kebaikan bersama, ya terpaksa dia harus berbicara.
Bapak setipe Mr. Bean itu benar-benar
menyebalkan. Dia tidak mau bekerja sama dengan orang lain. Katanya, "Dia
hanya mau membantu dan tidak mau bertanggung jawab." Faktanya, dia malah
mempersulit semua orang hingga Nona Yang ingin
pergi saja agar tidak berurusan dengannya lagi.
Kalau kita hanya menonton kelakuan Mr. Bean seperti dalam film-film, kita masih bisa tertawa terbahak-bahak hingga perut mulas. Namun, kalau harus menghadapinya di dalam dunia nyata, alih-alih tertawa, justru rasanya ingin meledak, seperti gunung berapi yang memuntahkan laharnya.
Jadi, Nona Yang curhat kepada beberapa
temannya. Tak terasa sejam lebih telah berlalu dan hatinya mulai tenang
kembali. Maka, dia terlelap dalam damai. Keesokan harinya orang itu mau mencari
gara-gara lagi, tetapi Nona Yang sudah mulai bisa mengendalikan emosinya.
Nona Yang juga sempat bertanya kepada ibu
tadi, "Sudah berapa lama Ibu ada di sini? Kerasan ya?" Ibu itu menjawab, "Makin ingin keluar,
justru makin terikat." Hehehe ... Nona Yang sependapat karena pengalamannya
membuktikan hal tersebut.
Kalau
kita kabur dari orang-orang yang menggesek kita, pasti nantinya kita
dipertemukan lagi dengan orang-orang setipe itu di tempat yang lain. Jadi, percuma kabur. Sekalipun beda lokasi, proses yang harus kita
jalani masih tetap sama.
Maka dari itu, kita harus belajar ikhlas.
Ketika kita bisa ikhlas menjalani prosesnya, otomatis kita akan menemukan
sesuatu yang bisa disyukuri. "Syukurlah tidak semua orang seperti Mr. Bean
itu." Maka, segalanya akan menjadi lebih mudah untuk dihadapi.
Pengkhotbah 3:11
(TB) Ia membuat segala sesuatu indah
pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia
tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Jika belum indah, berarti belum waktunya ...
hahaha … Lalu kapan waktunya? Hanya Tuhan yang tahu … huhuhu …
JADIKAN AKU PELANGI – Putri Siagian
Berliku-liku kehidupan ini. Jalan mana yang harus kulalui? Rintangan dan
cobaan s'lalu membayangi bila kuingin datang pada-Mu.
Kulayangkan pandang di awan-awan. Sejenak anganku bertanya-tanya, “Dapatkah
hati ini bagaikan pelangi, setiap saat pancarkan damai?”
Tuhan berikanlah kuasa-Mu, “Jadikan aku
pelangi-Mu, kelak ‘kan dapat menerangi kegelapan Bumi.” Tuhan peganglah tanganku ini bila
mendaki bukit terjal. Janganlah diombang-ambingkan iman percayaku.
Kar’na Kasih-Mu Tuhan ada pengampunan. Kar’na kasih-Mu Tuhan, aku dis’lamatkan.
0 komentar:
Post a Comment