Kejadian pada Hari Terakhir
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Juni 2023
Sebelum membahas komentar terakhir, kita
mulai dari komentar pertama. Suatu malam Simotau melihat video perbincangan dua
wanita muda di Insragram tentang jodoh. Intinya narasumber menjawab,
"Tidak perlu mencari jodoh. Kita hanya perlu berlari kepada tujuan
kita. Ketika berlari di jalur tersebut, kita akan menemukan orang yang juga
berlari ke arah tujuan yang sama dengan kita. Bisa jadi dialah jodoh
kita."
Lalu Simotau membaca komentar pertama dari
Sisoktau, "Kata-katanya tidak alkitabiah ..." Lantas orang lain
berkomentar, "Ini bukan acara bincang-bincang rohani sehingga tidak harus
alkitabiah." Sisoktau tetap menjawab bahwa segala sesuatunya harus
alkitabiah. Karena Simotau penasaran tentang sudut pandang alkitabiah Sisoktau,
dia pun terus menerus membaca komentar demi komentar terkait hal itu.
Ada orang Kristen yang berusaha menasehati
Sisoktau agar tidak mudah menghakimi orang lain karena hanya Tuhan yang
berhak menghakimi, tetapi Sisoktau merasa berhak menghakimi orang dengan
alasan kasih itu menegur. Ada orang Kristen yang mengatakan dia salah jalan
karena mengikuti Injil Kemakmuran. Namun, Sisoktau menjawab bahwa dia bosan
menjadi orang susah dan miskin.
Bahkan, dia mengatakan bahwa Yesus itu pebisnis sukses dan ikut Yesus membuatnya kaya dan diberkati. Dia pun menilai bahwa orang yang miskin dan susah adalah orang yang tidak diberkati oleh Tuhan. Beberapa orang Kristen berusaha menyadarkan dia untuk memikul salib, tetapi dia menolaknya pula. Katanya kuk dari Yesus itu ringan lalu dia menyebutkan beberapa ayat kenikmatan.
Beberapa orang bertanya,
"Alkitabiahnya seperti apa?" Dia pun menjawab, "Pikirkan dan
bayangkan semua yang kamu inginkan, maka hal ini akan kamu dapatkan."
Padahal, hal ini adalah ajarannya para motivator dunia.
Lantas ada Muslim yang tertawa karena
merasa tersesat dalam perdebatan orang Kristen dan menyebut Sisoktau fanatik.
Ada pula umat Budha yang juga merasa tak seharusnya tersesat dalam perdebatan
tersebut dan menyampaikan salam toleransi.
Sementara itu, Simotau hanya senyum-senyum
sendiri sambil membatin, "Kenapa aku ikutan nyasar ke komentar ini?"
Namun, dia enggan berkomentar. Dia pun terus membaca hingga komentar
terakhir berkata, "... Janganlah kita menjadi serupa seperti dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budi."
Seketika, hati Simotau bernyanyi, "JanGanLaH KiTa mEnjaDi SeRuPa DuNia iNi, ..." lalu dia pun ikut berkomentar, "Ayo belajar kepada para rasul dalam MEWARNAI DUNIA
Janganlah kita menjadi serupa dunia ini. Namun berubahlah
oleh pembaharuan budi agar kita mengerti kehendak Allah sejati, yang baik, yang
berkenan, dan yang sempurna.
Reff: Firman-Nya mewarnai dunia dengan pikiran baru. Kasih- Nya berikan hati
baru. Kurindu mewarnai dunia dengan pikiran baru seperti yang ada dalam
Kristus.”
Kemudian Simotau langsung tidur sambil
tersenyum melihat kekonyolan Sisoktau, "Kukira dia memang orang yang
alkitabiah, tetapi ternyata hanya sok tahu."
0 komentar:
Post a Comment