Pintu yang Terbuka
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 14 Mei 2023
Cerita tentang kerajaan tadi merupakan
salah satu bentuk cerita dengan open ending, yaitu akhir yang terbuka.
Di dalam cerita semacam ini pembaca bebas menuliskan akhir ceritanya sesuai
imajinasinya sendiri.
Nah, cerita tersebut membuatku teringat
pada buku bacaan fiksi pada masa kanak-kanak. Saat itu suster menyediakan buku
cerita yang unik. Bukunya tipis dan dilengkapi ilustrasi gambar. Aku sudah tak
ingat judul buku dan jalan ceritanya, tetapi proses membacanya mengesankan.
Semisal aku tiba di halaman 3, muncullah 2 pilihan.
Jika pilih A, pergilah ke halaman 7. Jika pilih B, kembalilah ke halaman 2. Nah,
kalau sudah memilih salah satunya, kita dihadapkan pada pilihan lain lagi:
pergilah ke halaman 10 atau halaman 12. Begitu seterusnya hingga kita tiba di
akhir cerita.
Karena penasaran dengan jalan cerita
masing-masing pilihan, aku pun mengulang pembacaan buku tersebut beberapa kali.
Ternyata pilihan yang salah masih bisa diperbaiki di tengah-tengah cerita.
Namun, jika terus menerus membuat pilihan yang salah, akhir ceritanya bisa buruk.
Demikian pula pilihan-pilihan yang kita buat di dalam kehidupan ini juga memiliki konsekuensi tersendiri. Jadi, sebelum menentukan suatu pilihan, kita harus berpikir masak-masak. Nah, bagaimana akhir cerita si pemuda dan putri raja tadi? Tentu saja akhir ceritanya bisa bervariasi bergantung kepada pilihan masing-masing tokohnya. Berikut pilihan yang mungkin terjadi:
A. Sang Putri pingsan karena tak mampu
menentukan pilihan, maka:
A.1. Hukuman ditunda dan si pemuda kembali dimasukkan ke penjara.
Dari sini ada pilihan lain lagi, yaitu:
A.1.1. Putri itu menjadi putri tidur yang tidak akan pernah bangun
lagi, kecuali dinikahi oleh pemuda tadi. Maka, raja mengalah kepada putrinya
dan menikahkan mereka. (Happy ending)
A.1.2. Ketika tersadar, putri itu menunggu waktu yang tepat untuk kabur
diam-diam dengan menyamar sebagai pelayannya. Lalu dia membebaskan pemuda
tadi dan mereka kabur bersama.
Dari sini muncul pilihan lagi:
A.1.2.1. Mereka tertangkap dan pemuda itu mengulang hukumannya, tetapi si
putri dikurung di kamarnya agar tidak melihatnya lagi saat dihukum. Sejak saat
itu si putri menutup pintu hatinya rapat-rapat.
A.1.3.2. Mereka berhasil kabur dan bahagia dalam segala keterbatasannya.
Menjelang ajalnya raja sakit keras dan membuat permintaan maaf secara publik sembari
meminta putrinya kembali pulang.
A.2. Hukuman tetap dilanjutkan.
A.2.1. Pemuda itu memilih pintu berisi wanita dan dia menikahi wanita tersebut.
Maka, dia harus memilih lagi: belajar mencintainya atau menutup pintu hatinya.
A.2.1.1. Karena merasa dicintai oleh wanita itu, perlahan-lahan dia pun
melupakan sang putri dan mencintai wanita pilihan raja.
A.2.1.2. Karena dia tidak bisa melupakan sang putri, seumur hidupnya dia
menderita bersama wanita yang tidak dicintainya itu.
B.1. Pemuda itu rela mati untuk si putri dan dia telah mempercayainya sepenuh hati sehingga menelan mentah-mentah petunjuknya. Lalu dia menyesali keputusannya ketika melihat maut menjemput.
B.2. Pemuda itu tidak sepenuh hati mencintai si putri dan susah mempercayainya sehingga dia membuat pilihan yang bertentangan dengan si putri. Si putri hanya bisa marah-marah melihat keberuntungan pemuda itu.
C. Cinta si Putri amat tulus
sehingga dia mengarahkan pemuda ke pintu berisi wanita yang mencintainya. Pikirnya,
“Aku hanya ingin dia bahagia. Sekalipun dia tidak bersamaku, setidaknya dia bersama
wanita yang mencintainya. Wanita itu tak mungkin menyia-nyiakan dia.” Lantas
dia turut mendoakan kebahagian mereka.
Roma 12:15 (TB) Bersukacitalah
dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
C.1. Pemuda itu menikahi wanita lain dan tetap
berteman dengan putri itu.
C.2. Pada hari pernikahannya pemuda itu tidak mau mengucapkan janji pernikahan.
Amos 3:3 (TB) Berjalankah
dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?
Tentu saja tidak. Janji saja masih bisa
diingkari, apalagi tidak janji. Karena pernikahan batal, raja marah dan langsung
memasukkan pemuda itu ke gua singa. Namun, pemuda itu masih bisa keluar
hidup-hidup karena malaikat mengatupkan mulut singa.
Rupanya pemuda itu adalah keturunan ilahi
dari Daniel dan rajanya adalah keturunan Darius. Karena disertai Tuhan, raja
itu mengizinkan pemuda tadi menikahi putrinya. Mereka pun bahagia sampai
kembali ke rumah Bapa di surga.
Hahaha ... sebenarnya masih banyak
kemungkinan lain, tetapi cukuplah itu saja sebelum ceritanya menjelma menjadi
novel. Lihatlah, setiap pilihan para tokoh bisa mempengaruhi akhir ceritanya. Uniknya,
jumlah pintu ruangan di rumahku adalah sebanyak tanggal hari ini. Hehehe ...
setiap hari pasti ada pintu terbuka.
BUKA PINTU
Buka pintu, buka pintu,
beta mau, mau masuke. Siolah nona nona beta, adalah di mukae.
Beta panggil tidak menyahut, buka pintu juga tidak mau. Siolah nona beta
mau masuke.
Beta panggil tidak menyahut, buka pintu juga tidak mau. Buka pintu, beta
mau mau masuke.
Buka pintu, buka pintu, beta mau mau masuke. Siolah nona nona beta, adalah
di mukae
Ada anjing gonggong betae, ada hujan basah betae. Siolah nona, beta mau
masuke.
Ada anjing gonggong betae, ada hujan basah betae. Buka pintu, beta mau mau
masuke.
0 komentar:
Post a Comment