Sunday, February 26, 2023

Menunggu Masuk Sorga

Orang-orang Sulit
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 26 Februari 2022

Kemarin Marsha bertanya kepada Ran, "Bagaimana bosmu?" Jawab Ran, "Baik. Dia tidak pernah kesetanan seperti bosmu." Balas Marsha, "Enak ya ..." Ini karena bos Marsha adalah mantan bos Ran.

Setelah bebas dari bos yang sering kesetanan itu, sebenarnya Ran sempat trauma untuk kembali menjadi karyawan. Maka, dia tidak mau melamar pekerjaan lagi. Dia pun menolak dua tawaran kerja dari perusahaan lain dengan alasan tempatnya jauh.

Setelah mengetahui bahwa sumber infomasi mereka adalah Linkedin, Ran segera memperbarui profilnya. Dari akuntan diganti manusia pembelajar dan menyatakan bahwa dia ingin ahli profesi. Lantas ada beberapa teman yang memberikan info loker (lowongan kerja) lewat WA, tetapi dia mengatakan bahwa dia ingin usaha sendiri.

Lalu adik dari bos kesetanan itu juga menawarkan pekerjaan, tetapi dia juga tidak mau. Eh, Tuhan malah memakai Conan Adagawe. Pada awalnya Ran juga menolak dengan alasan kejauhan, tetapi Conan mengatakan ada anjemnya. Karena ada sedikit trauma, Ran menanyakan bosnya dan Conan memberikan gambarannya.

Karena sudah ada sedikit gambaran dari Conan, Ran berani untuk mencobanya lagi. Padahal, sebelumnya dia sempat berkata kepada Tuhan, "Aku tidak mau jadi karyawan lagi. Lebih baik Kau bantu aku usaha sendiri. Aku bisa gila jika terus menerus Kau pertemukan dengan orang kesetanan, seperti Herodes, Haman, dan Firaun."

Lanjut Ran, "Mereka membuatku trauma jadi karyawan. Jika Kau tidak membantuku usaha sendiri, aku akan menunggu mati kelaparan sehingga bisa pulang ke sorga." Eh, tiba-tiba Conan nongol setelah sekian lama menghilang tanpa kabar. Kemampuan bicaranya, seperti Harun bagi Musa. Di satu sisi dia berhasil menghilangkan trauma Ran dengan memberikan sedikit gambaran tentang calon bosnya.

Di sisi lain Conan juga berhasil meyakinkan bos yang mungkin agak trauma dengan karyawan sebelumnya. Dulu karyawan itu tidak mau datang wawancara hingga bos itu sampai datang ke rumahnya. Dia pun diberi fasilitas sesuai maunya dan gajinya 50% lebih tinggi daripada Ran. Namun, faktanya dia hanya pintar bicara dan membolak-balik kata. Dia pun mengeluhkan banyak hal. Semua dikomplain olehnya hingga ada yang menangis.

Office girl di sana berkata kepada Ran, "Untung Ibu tidak cerewet dan tidak suka komplain. Apa aja diterima. Yang dulu selalu komplain. Makanan saja dikomplain. Diberi sosis merah, minta sosis putih." Ran Molari hanya tersenyum sambil menjawab, "Itu kurang bersyukur."

Ini sebabnya Ran benar-benar salut kepada mereka yang berkecimpung di bidang kejiwaan. Sekalipun tiap hari berurusan dengan orang gila atau setengah gila atau depresi berat atau kepahitan, mereka tuh tidak sampai trauma dan tidak ikut gila. Eh, ada yang malah ketagihan hingga terus mempromosikan jasa konselingnya.

Terus terang saja Ran tidak mampu. Temannya yang juga berhasil melepaskan diri dari bos beracun itu sempat trauma pula. Namun, dia hanya trauma dimarahi saat melakukan kesalahan. Dia belum trauma menjadi karyawan. Untuk menghadapi orang yang terganggu jiwanya memang perlu karunia khusus.

Jika belum terpanggil untuk melakukannya, ya mana tahan? Rasanya ingin cepat-cepat kembali ke sorga. Namun, daya tahan mental Ran sempat meningkat pula. Jika awalnya hanya bisa bertahan selama beberapa hari hingga beberapa bulan, akhirnya bisa bertahan selama kurang lebih empat tahun. Lumayan lha untuk orang yang bukan ahli jiwa.

MUJIZAT dalam BERSYUKUR
Tangan Tuhan tak kurang panjang, untuk s’lalu menolong hidupku. Telinga-Nya tak kurang tajam, untuk mendengar seruan hatiku.
Ada mujizat dalam bersyukur, Engkau tempat perlindunganku, Tuhan. Imanku tetap teguh dalam-Mu, ‘ku menang, ‘ku menang bersama-Mu.
Haleluyah, Haleluyah, Haleluyah, Haleluyah. Haleluyah, Haleluyah, Haleluyah, Haleluyah.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.