Orang-orang Sulit
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 26 Februari
2022
Kemarin Marsha bertanya kepada Ran,
"Bagaimana bosmu?" Jawab Ran, "Baik. Dia tidak pernah
kesetanan seperti bosmu." Balas Marsha, "Enak ya ..." Ini
karena bos Marsha adalah mantan bos Ran.
Setelah bebas dari bos yang sering
kesetanan itu, sebenarnya Ran sempat trauma untuk kembali menjadi karyawan.
Maka, dia tidak mau melamar pekerjaan lagi. Dia pun menolak dua tawaran kerja
dari perusahaan lain dengan alasan tempatnya jauh.
Setelah mengetahui bahwa sumber infomasi
mereka adalah Linkedin, Ran segera memperbarui profilnya. Dari akuntan
diganti manusia pembelajar dan menyatakan bahwa dia ingin ahli profesi. Lantas
ada beberapa teman yang memberikan info loker (lowongan kerja) lewat WA, tetapi
dia mengatakan bahwa dia ingin usaha sendiri.
Lalu adik dari bos kesetanan itu juga
menawarkan pekerjaan, tetapi dia juga tidak mau. Eh, Tuhan malah memakai Conan
Adagawe. Pada awalnya Ran juga menolak dengan alasan kejauhan, tetapi Conan
mengatakan ada anjemnya. Karena ada sedikit trauma, Ran menanyakan bosnya dan
Conan memberikan gambarannya.
Karena sudah ada sedikit gambaran dari
Conan, Ran berani untuk mencobanya lagi. Padahal, sebelumnya dia sempat berkata
kepada Tuhan, "Aku tidak mau jadi karyawan lagi. Lebih baik Kau bantu aku
usaha sendiri. Aku bisa gila jika terus menerus Kau pertemukan dengan orang
kesetanan, seperti Herodes, Haman, dan Firaun."
Lanjut Ran, "Mereka membuatku trauma
jadi karyawan. Jika Kau tidak membantuku usaha sendiri, aku akan menunggu
mati kelaparan sehingga bisa pulang ke sorga." Eh, tiba-tiba Conan
nongol setelah sekian lama menghilang tanpa kabar. Kemampuan bicaranya, seperti
Harun bagi Musa. Di satu sisi dia berhasil menghilangkan trauma Ran dengan
memberikan sedikit gambaran tentang calon bosnya.
Di sisi lain Conan juga berhasil meyakinkan bos yang mungkin agak trauma dengan karyawan sebelumnya. Dulu karyawan itu tidak mau datang wawancara hingga bos itu sampai datang ke rumahnya. Dia pun diberi fasilitas sesuai maunya dan gajinya 50% lebih tinggi daripada Ran. Namun, faktanya dia hanya pintar bicara dan membolak-balik kata. Dia pun mengeluhkan banyak hal. Semua dikomplain olehnya hingga ada yang menangis.
Office girl
di sana berkata kepada Ran, "Untung Ibu tidak cerewet dan tidak suka
komplain. Apa aja diterima. Yang dulu selalu komplain. Makanan saja dikomplain.
Diberi sosis merah, minta sosis putih." Ran Molari hanya tersenyum sambil
menjawab, "Itu kurang bersyukur."
Ini sebabnya Ran benar-benar salut kepada
mereka yang berkecimpung di bidang kejiwaan. Sekalipun tiap hari berurusan
dengan orang gila atau setengah gila atau depresi berat atau kepahitan, mereka
tuh tidak sampai trauma dan tidak ikut gila. Eh, ada yang malah ketagihan
hingga terus mempromosikan jasa konselingnya.
Terus terang saja Ran tidak mampu. Temannya
yang juga berhasil melepaskan diri dari bos beracun itu sempat trauma pula.
Namun, dia hanya trauma dimarahi saat melakukan kesalahan. Dia belum trauma
menjadi karyawan. Untuk menghadapi orang yang terganggu jiwanya memang perlu
karunia khusus.
Jika belum terpanggil untuk melakukannya,
ya mana tahan? Rasanya ingin cepat-cepat kembali ke sorga. Namun, daya tahan mental
Ran sempat meningkat pula. Jika awalnya hanya bisa bertahan selama beberapa
hari hingga beberapa bulan, akhirnya bisa bertahan selama kurang lebih empat tahun.
Lumayan lha untuk orang yang bukan ahli jiwa.
MUJIZAT dalam BERSYUKUR
Tangan Tuhan tak kurang
panjang, untuk s’lalu menolong hidupku. Telinga-Nya tak kurang tajam, untuk
mendengar seruan hatiku.
Ada mujizat dalam bersyukur, Engkau tempat perlindunganku, Tuhan. Imanku
tetap teguh dalam-Mu, ‘ku menang, ‘ku menang bersama-Mu.
Haleluyah, Haleluyah, Haleluyah, Haleluyah. Haleluyah, Haleluyah,
Haleluyah, Haleluyah.
0 komentar:
Post a Comment