Catatan Ibadah ke-1 Minggu 08 Jan 2023
Yohanes 6 berkisah tentang Yesus yang
memberi makan 5000 pria. Ini belum termasuk wanita dan anak-anak. Gedung GMS
pusat bisa menampung 3000 orang. Jadi, yang saat itu mendengarkan Yesus jauh
lebih daripada itu.
Yohanes 6:5 Ketika
Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak
berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di
manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
Yesus bukan hanya peduli dengan kebutuhan
rohani. Dia juga memedulikan kebutuhan jasmani. Ini sebabnya dia meminta
murid-murid-Nya untuk memberi orang-orang itu makan. Namun, para murid
kebingungan. Bagaimana memberi mereka makan? Saat itu tidak ada toko yang buka,
tidak ada roti, tidak ada gojek, tidak ada pentol, dan juga tidak ada uang
untuk membeli makanan.
Yohanes 6:8-9 Seorang
dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan;
tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
Andreas menemukan seorang anak yang
memiliki roti jelai. Roti ini terbuat dari barley, bukan gandum.
Padahal, barley biasa digunakan sebagai pakan hewan. Jadi, kualitas roti
ini jelek. Ikannya pun tidak besar dan kecil seperti ikan teri.
Nah, Andreas ini merupakan seorang Israel sejati yang tidak ada kepalsuan di dalam dirinya. Jadi, dia langsung mengatakan semua yang dia pikirkan. Dia terus terang mengatakan bahwa roti itu tidak ada artinya. Orang lain juga pasti sependapat dengannya, tetapi mereka tidak mengatakannya.
Yohanes 1:47 Kata
Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang
kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel
sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
(🤔 Ehm... Apa Andreas dan Natanael merupakan
orang yang sama?)
Tuhan mau memakai 5 roti jelai dan 2 ikan
untuk memberi makan ribuan orang. Anak itu juga pasti memberikan bekalnya
dengan ikhlas. Dia memberikan semuanya kepada Tuhan. Sekalipun dia miskin dan
hanya bisa membawa bekal seperti itu, Tuhan mau memakainya. Orang lain malah
tidak membawa apa pun.
Ketika diserahkan kepada Tuhan, bekal yang
diremehkan itu justru memberkati banyak orang hingga berkelimpahan. Kita juga
dibekali dengan karunia dan talenta. Mungkin kita berpikir bahwa milik kita
jelek. Namun, hal itu belum tentu jelek di hadapan Tuhan. Sekalipun jelek,
Tuhan mau memakainya.
Tuhan mau kita menyerahkan segalanya kepada
Dia. Kita harus berhenti memegang kontrol. Biarkan Tuhan yang pegang kendali.
0 komentar:
Post a Comment