A Light in The Darkness
Catatan Ibadah Natal ke-1 Minggu 25 Des
2022
Ah, ngapain pemeran Yusuf berbicara tentang
lampu yang terang terus? Ini mustahil. Salah satu lampu di depan kamarku
tuh mulai berkedip-kedip dan minta diganti. Padahal, beberapa hari lalu aku
juga baru mengganti dua buah lampu lain. Untuk menggantinya tentu saja
diperlukan suatu proses.
Aku harus menyiapkan lampunya dan tongkat pemasang lampunya. Sebelum itu lampu yang rusak juga harus diturunkan terlebih
dahulu. Nah, ketika lampu baru sudah kuputar-putar dan kuminta seseorang
menekan tombol lampunya, eh, lampunya tetap tidak menyala. Kukira putaranku
belum kencang sehingga tongkatnya kuputar-putar lagi sambil tengadah hingga merasa lelah.
Namun ternyata, orang yang kumintai bantuan malah memencet tombol lampu lainnya. Pantas aja lampu yang kupasang tidak jua menyala. Mintanya pencet tombol lampu kesatu, kok malah dipencet tombol lampu kedua? Piye toh? Kagak nyambung donk. Ah, bikin bete. Makanya kali ini aku masih agak enggan mengganti lampu di depan kamarku. Toh masih ada lampu yang lain.Alhasil, aku pun berharap ada produsen yang bisa menciptakan lampu ajaib, yaitu lampu yang bisa menyala terang terus sepanjang usiaku. Namun, harapanku belum menjadi kenyataan. Lampu terang terus tuh belum ada. Semua lampu masih memiliki batasan usia sehingga tidak bisa terang terus. Kalau lampu terang terus, produsen dan para distributor lampu juga harus siap beralih haluan nih.
Selain itu, terus terang saja aku juga
bingung seperti Maria. Namun, rasanya ini bukan saatnya untuk terus terang kepada
pria itu. Hubungan kami tidaklah seperti hubungan Yusuf dan Maria. Tentu saja untuk
terus terang kepadanya, keberanian saja tidak cukup. Ada hal lain yang harus
dipertimbangkan. Ehm ... bagaimana cara menyampaikannya ya?
Beberapa saat lalu ada sebuah rahasia yang
tersingkap, tetapi sepertinya ini bukan ranahku. Lalu kenapa aku harus
mengetahuinya ya? Tiba-tiba malam itu aku ingin mencari teman lamaku, sebut
saja namanya Melati Hinata di jejaring IG. Eh, aku malah menemukan Melati
Heronemu.
Seketika nama belakangnya langsung
mengingatkanku kepada Holi Heronemu. Mungkinkah Melati Heronemu adalah cecenya Holi?
Lantas aku melihat-lihat profilnya untuk memastikan kebenarannya. Di sana
kutemukan bahwa dia mengikuti salah satu CG GMS Barat.
Seingatku, Holi memang pernah mengatakan
bahwa dulunya dia Kristen, tetapi pindah ke Katolik sesuai iman pacarnya. Namun,
dia tidak mau menyebutkan nama gereja masa lalunya. Mungkinkah Holi juga mantan
GMS? Inikah sebabnya dulu kami dipertemukan? Mungkinkah dia menyimpan
kekecewaan terhadap GMS setelah patah hati kepada seseorang yang ada di sana?
Selain mengikuti satu CG GMS, Melati Heronemu juga tampak
mengikuti salah satu sosok yang pernah kuketahui semasa bekerja di pabrik
keramik, yaitu direktur marketing-nya. Maka, aku teringat kata-kata Holi
waktu kusebut nama pabrik itu di depan temanku yang lain. "Siapa yang
kerja di sana? Ceceku kerja di kantor pusatnya, bagian marketing." Jawabku
saat itu, "Dulu aku kerja di sana, tapi di cabangnya. Siapa nama
cecemu?"
Iya, rasanya masih jelas dalam ingatanku bahwa dia menyebutkan nama cecenya adalah Melati, tetapi nama belakangnya tidak disebutkan. Lalu kujawab bahwa aku tidak mengenalnya. Marketing pusat yang kuketahui hanyalah nama direkturnya. Sebut saja dia bernama Wika Selaras. Sekalipun tidak mengenal si direktur, aku mengingat namanya karena namanya memiliki beberapa kebetulan.
Nah, sebut saja nama atasan langsung Holi saat
itu adalah Ardo Selaras. Ketika papanya Ardo Selaras meninggal dunia, kulihat
nama belakangnya tak sama dengan nama belakang Ardo.
Maka, aku pun iseng bertanya kepada Holi, "Kenapa atasanmu diberi nama belakang Selaras padahal nama belakang papanya bukan Selaras?” Nama belakangnya tuh juga sama seperti nama belakang titiku. Padahal, nama belakang titiku merupakan pemberian seorang suster Belanda karena awalnya dia tidak punya nama belakang.
Kala itu Holi hanya menjawab, "Nanti
aja kamu tanyakan sendiri saat bertemu dia." Namun, beberapa bulan
kemudian kami menempuh jalan masing-masing. Holi pun susah dihubungi lagi.
Entah apa yang terjadi padanya.
Dia mirip temanku yang bernama Herodian.
Sekalipun berbeda jenis kelamin, mereka sama-sama berinisial H dan sama-sama
menghilang tanpa kabar setelah tingjing. Namun, beberapa bulan lalu tiba-tiba
Herodian menghubungiku dan mengatakan bahwa dia sudah bercerai. Entah apa alasannya.
Dia pun terkejut karena aku tidak mengetahuinya. Padahal, dia sendiri yang
tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Karena nama belakang Ardo Selaras dan titiku sama dengan nama belakang direktur itu, aku pun bisa mengingat namanya. Ketika melihat Melati mengikuti IG Wika Selaras, aku pun langsung yakin bahwa dia memang cecenya Holi.
0 komentar:
Post a Comment