Sunday, November 20, 2022

Pemberian Kasih

Sikap dalam Memberi
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 20 November 2022

Ketika mengasihi, kita pasti berusaha memberikan yang terbaik. Seringkali kita berpikir bahwa yang terbaik pastilah yang enak-enak sehingga bisa membahagiakan orang lain. Padahal, kasih itu juga memberikan disiplin.

Kadang kala kita berpikir bahwa yang baik buat kita juga pasti baik buat orang lain. Padahal, belum tentu demikian. Ada tukang parkir murah hati yang memberikan sepotong roti goreng kepada seorang bos. Padahal, bos itu menderita diabetes dan tidak boleh memakannya.

Ketika istrinya mengetahui hal itu, dia mengomeli suaminya. Namun, suami menjawab, "Hanya makan satu saja diomeli." Jawab istrinya, "Ingatlah ketika kamu sakit, aku juga yang susah." Emang ya kasih itu memberi. Namun, kejadian ini mengajarkan bahwa kasih itu tak selalu memberikan yang enak.

Kadang kala kasih itu memberikan teguran yang rasanya tak enak. Mungkin kita berpikir bahwa kasih itu harus manis bagai madu. Padahal, ada kalanya kasih itu harus terasa pahit seperti obat. Jika tidak demikian, kasih bisa mengakibatkan orang yang dikasihi mengalami diabetes atau keracunan yang manis.

Pemberian kasih yang pahit semacam inilah yang seringkali tak bisa diterima oleh mereka yang masih hidup bagi dirinya sendiri. "Hidup cuma sekali, masa mau makan aja dilarang?" Begitulah komentar mereka.

Salah satu teman yang dulu seasrama denganku juga telah tiada karena diabetes. Padahal, saat itu dia masih muda dan setahun lebih muda dariku. Memang sih mulut kita juga bisa menjadi tiket ke akhirat kalau sering salah makan atau salah bicara.

Ah, ini ironi. Banyak orang takut mati jika tidak bisa makan. Di sisi lain malah ada orang-orang yang mati karena kelebihan makanan enak. Padahal, manusia hidup bukan hanya dari roti atau makanan enak saja. Jadi, berhati-hatilah dalam memberi. Bisa jadi makanan yang enak buat kita justru menjadi racun bagi orang lain.

Matius 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Seorang teman juga bercerita bahwa dia memberikan susu yang dikhususkan untuk penderita malnutrisi kepada mamanya yang kena Covid. Ketika meminum susu itu, perut mamanya langsung melilit-lilit. Dokter mengatakan bahwa susu itu tidak boleh diminum oleh orang yang tidak mengalami malnutrisi, kecuali dosisnya dikurangi.

Aku pun berusaha menghiburnya, “Tak apa, sebenarnya niatmu baik.” Jawabnya, “Ya, tapi tetap saja aku menyesal.” Balasku, “Tak apa, yang penting kini mamamu sudah baik.” Kita juga harus bisa mengasihi diri sendiri dengan cara memberi maaf pada diri sendiri. Memang ada kalanya niat baik yang tidak didukung pengetahuan yang baik, bisa berujung pada malapetaka.

2 Petrus 1:5-7 (TB) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

MEWARNAI DUNIA
Janganlah kita menjadi serupa dunia ini. Namun berubahlah oleh pembaharuan budi agar kita mengerti kehendak Allah sejati, yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.
Reff: Firman-Nya mewarnai dunia dengan pikiran baru. Kasih- Nya berikan hati baru. Kurindu mewarnai dunia dengan pikiran baru seperti yang ada dalam Kristus.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.