Catatan Ibadah ke-1 Minggu 9 Oktober
2022
Lalu aku pun mencoba bercocok tanam untuk
memastikan sarannya juga untukku atau hanya untuknya. Maklum lha masih belajar
membedakan perkataan Tuhan dan perkataan orang…^.^ Apakah berhasil? Tentu
saja tidak saudara-saudara. Ternyata saran itu diberikan Tuhan untuk penginjil
itu dan tidak berlaku untukku.
Semua tanamanku mati. Ada yang dimakan
tikus. Ada yang dimakan koloni semut. Ada yang mati kekeringan. Ada yang mati
kebasahan. Bahkan, ada yang tidak pernah tumbuh dan tetap berupa biji… xixixi… Burung
bisa terbang, tetapi tak bisa berenang. Sekeras apapun burung mencoba, dia tetap
tak bisa berenang. Setidaknya dia sudah mencoba ya… hahaha…
Yeremia 32:9 Jadi
aku membeli ladang yang di Anatot itu dari Hanameel, anak pamanku, dan
menimbang uang baginya: tujuh belas syikal perak.
Lantas kuingat bahwa Yeremia juga pernah
diminta membeli tanah menjelang masa pembuangan. Sementara itu Habakuk malah
seolah-olah kehilangan tanahnya. Tampaknya mereka hidup pada zaman yang sama.
Selagi Yeremia menyampaikan kabar buruk kepada bangsanya, Habakuk justru
menerima kabar buruknya.
Apa itu berarti Yeremia lebih diberkati Tuhan daripada Habakuk? Tentu saja tidak. Keduanya sama-sama diberkati dan sama-sama dipakai oleh Tuhan. Hanya saja dengan cara yang berbeda. Yeremia tidak akan menang jika berusaha menjadi Habakuk. Begitupun sebaliknya.
Ketika bangsa Israel dibuang ke Babel, orang-orang benar juga ada yang dibuang ke sana. Ezra, Nehemia, Daniel dkk pun ikut ke Babel. Kenapa mereka ikut dibuang? Lalu dimana perbedaannya? Faktor pembedanya adalah responnya. Ketika kesusahan datang, orang jahat dan orang fasik mengutuki Tuhan dan berpaling ke ilah-ilah lain yang menawarkan kesenangan.
Sementara itu, orang benar akan tetap
bersyukur dan memuji Tuhan sekalipun realitanya belum seindah janji Tuhan. Ini
terlihat dari sukacita Habakuk: “Hore… semuanya lenyap. Sekarang aku bebas
berjalan dengan Tuhan… wkwwkw…” Mungkin Habakuk seceria itu ya… Bahkan,
dengan berani dia menantikan hari kesusahan itu. Bagaimana dia bisa setenang
itu?
Habakuk 3:16 …
dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, …
Keesokan harinya aku terbangun karena ‘mendengar’
rohku menyanyikan sebuah lagu yang nadanya tidak asing: ”I confide in You Through all my darkest moments. In You
I find my peace. My comfort when I'm weak. I trust in You, through storm and
raging sea. ….Oh… You're my God.”
Kata-kata itu seperti diputar
berulang-ulang di dalam kepalaku. Padahal, seharusnya aku tak pernah ingat bait
lagu itu dan hanya ingat refrainnya. Aha… inilah rahasia ketenangan Habakuk.
Dia berfokus kepada pribadi Tuhan. “Who can
stand between my Lord and me?”
Markus 5:36 ”Jangan
takut, percaya saja!”
Ini kedua kalinya kuterima ayat tersebut
saat perjamuan kudus. Fiuh… tulisan ini pun harus kutulis dua kali karena
tulisan pertama di color note tak sengaja tertimpa oleh kutipan “Who can stand between my Lord and me?” Padahal,
saat itu aku sudah selesai menulis semuanya sebanyak 5 halaman.
Wah… kapok deh pakai color note.
Coba dari awal pakai Word, kan bisa undo sehingga tak perlu mengulang
tulisan dari awal. Tapi, syukurlah hanya tulisannya yang terhapus. Setidaknya
ingatanku tidak ikut terhapus sehingga masih bisa menulis ulang…^.^ Dengan
tenang kuhadapi semua ini... xixixi…
BE WITH YOU
Verse 1: Savior of my
soul, I confide in You Through all my darkest moments. In You I find my peace. My
comfort when I'm weak. I trust in You, through storm and raging sea.
Verse 2: Faithful, You're my God. You're the glory and the lifter of my head. Your
light it fills my days. It leads me in Your ways. Forever I surrender all to
You.
Chorus: And I live to worship You. My Jesus You're the only one for me. Nothing
will ever take Your place, My precious savior. Who can stand between my Lord
and me.
Lord I live to honor You And I long to bring my life an offering. Take me
higher. Draw me deeper. I give all to be with You.
0 komentar:
Post a Comment