Sunday, May 8, 2022

Penolong Pelengkap

Wanita Kerajaan Allah
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 8 Mei 2022

Biasanya kalau melihat postingan pendeta yang akan berkhotbah di gereja, aku tuh nggak penasaran dengannya. Namun, semalam waktu melihat bu Esther akan berkhotbah, entah kenapa aku langsung penasaran untuk googling tentangnya. Dari sini kuketahui bahwa dia merupakan isterinya pak Gatut.

Maka, kupikir suaranya juga akan sekalem dan setenang pak Gatut. Namun, ternyata suara bu Esther terkesan lebih tegas dan mantap. Kelihatannya sih beda karakter, seperti orang Jawa biasa menyebutnya tumbu oleh tutup alias pas banget untuk saling melengkapi... xixixi.... Lantas lewat khotbahnya bu Esther menjelaskan kenapa dia mau sama pak Gatut sekalipun banyak pilihan yang dari penampilan luarnya terlihat lebih baik daripada pak Gatut.

Nah, sebenarnya tadi pagi aku sempat terlambat 15 menit untuk berangkat ke gereja. Ini bukan yang pertama kalinya sih. Dulu juga pernah terlambat berangkat 15 menit. Kalau menyetir sendiri, mungkin tak masalah karena beberapa orang masih bisa menambah kecepatan berkendaranya.

Namun, kecepatanku bergantung pada sopir bemo karena aku tak bisa menyetir sendiri. Dulu aku berdoa agar sopir bemonya tidak berjalan seperti kura-kura. Karena sudah ada beberapa penumpang di dalam bemo, doaku pun terkabul. Bemo melaju dengan kecepatan normal.

Namun, hari ini berbeda. Ketika mau berangkat ke gereja, mamaku bertanya: "Kamu kok gak malas ke gereja?" Ah, ini emang pertanyaan klasik yang biasa ditanyakan kebanyakan orang. Mereka pasti malas lha kalau harus naik bemo lalu jalan kaki beberapa meter agar bisa tiba di gereja. Namun, temanku yang bisa menyetir sendiri juga malas ke gereja.

Semalam aku bertanya kepadanya: “Besok kamu ke gereja?” Karena dia menjawab tidak, aku pun berkata: “Masih online? Katamu mau cari jodoh, masa ketemu online? Balasnya: “Ngeceh ya? Ngeceh.” Jawabku: “Nggak kok… cuma mengingatkan. Katamu mau cari yang seiman, ya carinya di gereja lho. Tapi, kalau mau online, bisa coba situs jodohkristen.com”

Hehehe… sekalipun tidak kenal pemilik situsnya dan juga tidak ikutan, tak apa lha bantu promosi dikit karena mungkin saja ada yang perlu. Lantas temanku menjawab: “Tidak dulu lha.” Nah, andaikata aku malas ke gereja, mana bisa ingetin dia? Meskipun demikian, kalau ke gereja, aku tuh nggak tertarik untuk menarik perhatian orang. Fokusnya sama Tuhan saja.

Hehehe… dari kecil kata dandan juga tidak pernah ada di dalam kamus hidupku. Bahkan, aku lebih suka seperti bunglon agar tak keliatan para pengincar hati wanita… wkwwkw… Males banget berurusan dengan mereka. Jadi, aku harus menghindarkan diri dari pencobaan, seperti doa Bapa Kami: “Janganlah bawa aku ke dalam pencobaan.” Maka, aku pun belajar membaca orang, seperti nasehat Sun Tzu: “Kenali dirimu sendiri, dan kenali pula musuhmu. Niscaya dalam 100 pertempuran akan ada 100 kali kemenangan.”

Karena aku seperti mendapat dorongan angin, ya jadi rajin ke gereja. Langkahku ringan. Biasanya aku berjalan santai sambil menyanyikan beberapa lagu di dalam hati. Namun, karena hari ini buru-buru, tentu saja aku berjalan cepat. Eh, sudah jalan cepat, kereta pun lewat sehingga bemo yang kutunggu agak terhambat.

Beberapa menit kemudian kereta melaju dan kemacetan segera terurai. Aku pun bergegas naik bemo. Meskipun penumpangnya sudah cukup banyak, sopir bemo melaju perlahan. Hmm... aku pun hanya berharap bemo kedua bisa lebih cepat daripada bemo pertama ini.

Tampaknya bel pada bemo pertama tidak berfungsi sehingga beberapa emak-emak yang mau turun dan sudah ngebel tidak digubris. Awalnya sopir bemo sempat melihat tanganku yang menekan bel ketika ada emak-emak mau turun sehingga bemo segera berhenti, tetapi ya tetap bablas setengah meter.

Namun, saat emak terakhir mau turun sopirnya tidak melihat tangan kami yang menekan bel. Alhasil, aku bantu mengetok-ngetok kaca belakang hingga bemo berhenti. Sementara itu, pria muda yang duduk di pojok dekat sopir tidak tergerak untuk mengetuk kaca depan.

Alhasil, bemo bablas semeter. Hehehe... tetapi si emak tetap berterimakasih padaku. Andai saja pria muda itu mau bertindak, tentu hasilnya lebih baik karena ketukan di kaca depan pasti lebih didengar daripada ketukan di kaca belakang. Tapi, kenapa tuh pria malah mematung di pojokan?

Hmm... Mungkin dia sedang melamunkan sesuatu yang indah hingga dunia serasa miliknya saja. Kami berdua pun turun paling akhir di terminal sehingga tidak perlu menekan bel atau mengetuk-ngetuk kaca. Namun, sekalipun dia lebih dekat pintu, dia tidak segera turun. Jadi, ya ladies first lha dan aku segera pergi meninggalkannya tanpa mengenalnya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.