Ciri-ciri Murid
Catatan Ibadah ke-1
Minggu 27 Mar 2022
Beberapa hari lalu terjadi perang di petang hari. Peperangan ini seharusnya bisa dihindari kalau saja Tuhan mengizinkanku mundur dari area tersebut dan mengutus orang lain untuk maju menggantikanku. Hiks... Tuhan tidak mau melakukannya. Padahal, aku benci perang.
Sebenarnya dari bulan lalu aku sudah pernah menegur ibu senior yang kedapatan berbuat salah, tetapi dia masih berusaha menutup-nutupi kesalahannya. Aku sudah berpura-pura tidak tahu, tetapi dia tetap seenaknya begitu. Mungkin dia pikir aku akan diam saja dan terus mengalah, tetapi aku hanya menunggu waktu yang tepat hingga dia tidak bisa mengelak lagi.
Akhirnya hari itu tiba. Aku pun menegurnya lagi dengan lebih keras daripada sebelumnya karena bukti sudah ada di depan mata, tetapi dia malah marah-marah. Padahal, saksi hidup pun sudah ada di depan matanya pula. Keesokan harinya perang berlanjut pada petang hari pula. Dengan tenang mbak senior menegur ibu senior untuk mendamaikan kami. Namun, ibu senior menjadi sangat marah dan membentakku agar diam.Alhasil, mbak yunior ikut marah karena ibu senior terkesan tidak menghargai teguranku dan mbak senior. Dia berteriak: "Kamu mengaku saja... Sudah jelas kamu berbuat kok tidak mau mengaku... Kamu ini tidak menghargai mereka…" Setelah menyampaikan beberapa alasan yang berputar-putar ibu senior pun berkata: "... Ternyata kamu dan mbak yunior malah melaporkanku kepada mbak senior."
Balasku dengan marah pula: "Kamu sendiri yang minta. Kemarin kamu bilang agar aku memberitahu mbak senior." Dia pun hanya bisa terdiam dengan marah. Yach, ini namanya senjata makan tuan. Kata peribahasa: "Mulutmu harimaumu." Perkataanmu bisa menggigit dirimu sendiri.
Setelah ibu senior pergi mbak yunior berkata: "Senior kok kelakuannya gitu. Mending senior lainnya itu. Untung kamu ingat perkataannya. Tapi, ada yang bertanya: kok tumben kamu marah padahal biasanya tidak pernah marah."
Jawabku: "Ya, ibu senior itu sudah keterlaluan. Bolak balik bohong. Dia pikir aku tidak tahu. Tapi, setahuku tiap hari dia mendengarkan ceramah. Sayang lho cuma didengar dan tidak dilakukan. Sejak tidak pernah sholat dia berubah jadi seenaknya gitu."
Lantas ada teman muslim yang bertanya: "Apa dia akan puasa?" Jawabku: "Mungkin saja dia puasa, tetapi tidak sholat." Dia segera menjawab: "Tidak bisa. Setiap orang yang puasa pasti sholat. Kalau tidak sholat, puasanya akan sia-sia." Jawabku: "Ya, lihat saja nanti."
Beberapa teman lain pun tertawa mendengar ceritaku. Seseorang berkata: "Hati-hati dengan Rully karena dia bisa mengingat perkataan kita..." Hahaha... aku bisa mengingat kata-kata itu karena kukaitkan dengan emosiku.
Namun, kita memang harus berhati-hati dengan perkataan kita karena ada yang bilang Ucapanmu adalah Doa. Ketika kita meminta sesuatu, pastikan kita memahami konsekuensinya. Jangan sampai malah bertambah marah ketika permintaanmu dikabulkan.Di sisi lain ada orang yang takut meminta sehingga tidak pernah mendapatkan karena takut ditolak, takut dianggap lemah, atau rendah diri. Padahal, sebenarnya yang ditolak bukan dirinya, melainkan permintaannya, caranya meminta, atau waktu meminta yang tidak tepat.
Dalam kasus tersebut seharusnya minta aja lagi dengan cara berbeda atau di waktu berbeda. Tapi, jangan minta yang aneh-aneh, seperti 'Ambilkan bulan bu... ambilkan bulan bu... untuk menerangi tidurku yang lelap di malam g'lap...’ wkwwkw... untung tidak ada yang minta ini.
Jangan pula meminta hal yang tidak pantas, seperti meminta pacar orang atau pasangan milik tetangga. Ini sih tidak mungkin dikabulkan. Kalau sampai dikabulkan, ini sih buah karya setan untuk membuatmu bersenang-senang dahulu biar sakit kemudian.
Nah, kalau permintaannya sudah sesuai dengan kehendak Tuhan atau nilai-nilai Kerajaan Allah, yakinlah pasti dikabulkan pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat. Jadi, jangan takut meminta. Kalau ditolak, coba lagi, seperti permintaan seorang janda terhadap hakim lalim.
Lukas 18:4-5 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak.
Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah
dan tidak menghormati seorang pun, namun karena
janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus
saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
BAPA yang KEKAL
Kasih yang sempurna telah kut'rima
dari-Mu. Bukan kar'na kebaikanku, hanya oleh kasih karunia-Mu. Kau pulihkan
aku, Layakkanku 'tuk dapat memanggil-Mu
Bapa.
Reff: Kau b'ri yang kupinta. Saat
kumencari, kumendapatkan. Kuketuk pintu-Mu dan Kau bukakan s'bab Kau Bapaku,
Bapa yang kekal. Tak 'kan Kau biarkan aku melangkah hanya sendirian, Kau selalu
ada bagiku s'bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal.
0 komentar:
Post a Comment