Tidak Mau Ditegur
Catatan Ibadah ke-1
Minggu 27 Mar 2022
"Jangan hidup dengan
perasaanmu! Hiduplah dengan imanmu!"
Pernahkah kau dengar perkataan semacam itu? Akhir-akhir ini entah mengapa perkataan itu benar-benar menyebalkan hatiku dan mengganggu pikiranku sehingga harus kutuliskan untuk mengurai kekusutan emosi. Untuk apa Tuhan memberikan perasaan jika aku tidak boleh menghidupinya?
Andai saja kata-kata itu kudengar selagi masa remaja, tentu saja akan langsung kusambut dengan hati terbuka. Namun, mengapa kata-kata itu baru muncul ketika Tuhan sudah berhasil membangkitkan perasaanku yang tertidur?
Beberapa ayah telah memutuskan untuk meninggalkan anak-anaknya di asrama agar bisa mencari uang. "Jika tidak ada uang, mana bisa kalian sekolah", begitulah dalih mereka. Mengapa mereka baru berpikir untuk mencari uang setelah punya anak? Mengapa mereka tidak memikirkan hal itu sebelum menikah? Apakah itu terjadi karena mereka tidak bisa mengendalikan perasaan cinta hingga buru-buru menikah sebelum membuat persiapan matang?
Bahkan, beberapa pria melegalkan tindak kekerasan atas nama cinta. Ah, mungkin saja mereka hanya terbawa nafsu atau perasaan cinta pada diri sendiri hingga mengabaikan perasaan orang-orang baru yang mungkin akan hadir dalam hidup mereka.Semasa remaja aku sudah mencoba hidup tanpa menggunakan perasaan. Aku selalu menyangkali semua perasaanku karena aku ingin seperti para pria yang sanggup hidup tanpa perasaan, terutama dalam pengambilan keputusan mereka. Alhasil, aku pun sukses meraih gelar 'the coldest girl in the class.'
Namun, benarkah Tuhan memang ingin kita hanya hidup dalam iman dan tidak menggunakan perasaan yang telah Dia berikan? Jika benar demikian, mengapa Dia berusaha keras mengembalikan perasaanku melalui sesosok gadis kecil? Gadis kecil itu begitu sensitif sehingga dia dapat 'membaca' perasaan orang-orang di sekitarnya. Dia dapat membedakan kesedihan biasa dengan kesedihan yang berujung putus asa.
Dia bisa membedakan perasaan yang tulus dan pura-pura. Dia pun bisa 'membaca' kesedihan yang tersirat di balik sebuah senyuman bahagia. Bahkan, dia bisa merasakan kemarahan terpendam di balik tawa seseorang. Perasaannya adalah kekuatannya. Kata orang: "Jangan baper!" Padahal, baper tuh bukan sekedar bawa perasaan. Karena baper juga bisa bawa perubahan.
Dengan kepekaan perasaannya dia berhasil mencerahkan hati
beberapa orang. Namun, suatu kegagalan membuat perasaannya terkubur begitu
lama. Sayangnya, perasaan itu hanya terkubur dan tidak pernah mati. Perasaan itu hanya tertidur lalu bangkit
kembali sehingga perasaan itu pula yang mendorongnya untuk mempertanyakan
kata-kata di atas: "Mengapa Tuhan
memberikan perasaan jika tidak boleh hidup dengan perasaan?"
SERIBU RASA ~ GMS Live
Oh oo, oooh... Oh oo, oooh... Oh oo, oooh... Oh oo, oooh...
Verse: Kukagum seribu rasa hadirat-Mu Mewarnai relung hatiku. Dengan pelangi
janji-Mu, Terpana tertegun aku dibuat-Mu S'bab Kau bukan Allah yang jauh,
S'lalu di dekatku.
Chorus: Hadir-Mu mengubah sifatku,
Menyinari kegelapanku. Tak dapat ku melukiskannya. Hadirat-Mu, Hadir-Mu
mengubah sifatku, Menyinari kegelapanku. Tak dapat ku melukiskannya. Hadirat-Mu
(seribu rasa)
0 komentar:
Post a Comment