Sunday, February 13, 2022

Cara Berkenan di Hati Allah ~ Pdt. Dr. Gatut Budiyono

Berkenan di Hati Allah
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 13 Feb 2022

Agar bisa berjalan dengan Allah seperti Henokh, kita harus memiliki:
*. Tujuan sama. Pak Gatut berjalan dengan pak Hendra. Pak Gatut ingin ke Kediri sedangkan pak Hendra ingin ke Malang. Karena beda tujuan, tak mungkin bisa jalan bersama. Lalu pak Gatut bertobat dan setuju mengikuti pak Hendra ke Malang. Apakah mereka bisa jalan bersama? Belum tentu.

*. Cara sama. Pak Gatut mau ke Malang lewat Madiun, sedangkan pak Hendra mau ke Malang lewat Pandaan. Memang aneh ya mau ke Malang lewat Madiun, tetapi akhirnya pak Gatut setuju ke Malang lewat Pandaan. Apakah mereka bisa jalan bersama? Belum tentu.

*. Tempo sama. Pak Hendra bisa menyetir 160 km/jam sedangkan pak Gatut hanya bisa menyetir 50 km/jam. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa jalan bersama. Namun, akhirnya pak Gatut setuju untuk satu mobil dengan pak Hendra. Nah, tujuannya sudah sama, caranya juga sama, temponya juga pasti sama, apakah mereka bisa jalan bersama? Belum tentu pula karena masih ada satu lagi yang perlu sama.

*. Hati sama. Pak Hendra suka bangunan dan mobil, sedangkan pak Gatut suka pemandangan. Ketika di dalam mobil, pak Hendra berkata: "Mobil itu bagus ya", tetapi pak Gatut berkata: "Iya, sawahnya bagus." Jadi, mereka tetap tidak bisa jalan bersama karena hatinya berbeda.

Untuk bisa berjalan dengan Tuhan, kita harus menjadikan tujuan-Nya sebagai tujuan kita. Kita pun harus mengikuti cara-Nya dalam mengembangkan gereja. Kita juga harus mengikuti tempo-Nya dan mengikuti hati-Nya. Jika kita senantiasa berjalan dengan Tuhan, kita akan menjadi orang yang berkenan di hati-Nya.

Seharusnya kisah Henokh bergaul dengan Allah bisa dicatat dalam buku 8 seri, tetapi justru tidak banyak catatan tentang hidupnya. Namun, ada satu kitab lagi yang mencatat tentang Henokh.

Yudas 1:14-15 Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan."

Henokh senantiasa hidup dengan menyadari akan adanya akhir zaman. Ini terbukti dari nama yang diberikan kepada anaknya, yaitu Metusalah. Met artinya akhir zaman dan Syalah artinya mempertemukan atau mengirimkan. Henokh senantiasa menyadari bahwa Tuhan akan datang. Kita juga harus senantiasa menyadari hal ini.

Ortu tak mungkin memanggil anaknya dengan nama lengkap seperti: "Gatut Budiyono saya mau berbicara denganmu Gatut Budiyono." Ortu pasti memanggil anaknya dengan nama singkat, yaitu Gatut atau Tut saja. Demikian juga dengan Henokh. Kemungkinan besar dia hanya memanggil anaknya dengan nama Met atau akhir zaman. Jadi, dia akan bertanya kepada isterinya: "Dimana akhir zaman?" "Kemana akhir zaman?" "Kapan akhir zaman datang?" Dia masih di sekolah.

Selain itu, sejarah mencatat bahwa Henokh hidup seperti biasa. Dia menikah dan punya anak. Dia tidak hidup mengasingkan diri agar menjadi orang suci. Dia hanya petani biasa, peternak biasa, tetapi dia mengelola pertaniannya dan peternakannya menurut kehendak Tuhan. Di tengah-tengah kesibukannya dia melakukan penginjilan kepada orang-orang di sekitarnya yang jahat. Inilah yang harus kita lakukan pula. Sembari bekerja kita bisa mengingatkan orang lain tentang Yesus. Selanjutnya, ketika Metusalah meninggal, akhir zaman benar-benar terjadi dengan adanya air bah. Ini sesuai dengan nubuat Henokh.

Cara Tuhan

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.