Cara Merobohkan Benteng
Catatan Ibadah ke-1
Minggu 30 Jan 2022
Beberapa hari lalu ada seorang wanita yang mengatakan bahwa dia tidak kunjung menikah sekalipun sudah diajak menikah karena kekasihnya belum mendapatkan pekerjaan tetap. Kekasihnya itu masih kesulitan menghidupi dirinya sendiri. Untunglah dia masih tinggal bersama keluarganya. Lalu bagaimana mungkin kekasihnya bisa menghidupi dirinya dan calon anaknya kelak jika dia tidak mendapat penghasilan tetap?
Kataku kepadanya: "Ya, kamu yang bekerja dan suamimu yang menjadi bapak rumah tangga, seperti beberapa orang yang kukenal." Namun, dia tidak mau karena setelah menikah dia berharap bisa menjadi ibu rumah tangga. Saat ini dia sudah memiliki rumah, mobil, dan tabungan pribadi. Jadi, dia berharap bisa lebih nyaman setelah menikah dan bukan bertambah susah. Dia tidak rela jika harus berkorban untuk menghidupi suaminya nanti, kecuali dia sudah menjadi pengusaha.
Maka, aku berkata kepadanya: "Jika begitu, cari saja yang lain." Teman lain berkomentar: "Lho, kok kasih saran begitu?" Jawabku: "Iya, tidak ada titik temunya. Kalau dia mau berkorban, dia bisa segera menikah, tetapi dia tidak mau." Wanita itu pun mengatakan bahwa hingga sekarang kekasihnya tak jua berubah. Jadi, dia pun tak terlalu berharap kepadanya. Nah, jika demikian, apa masih perlu diteruskan? Buang-buang waktu saja donk. Memang beberapa pria kesulitan mendapatkan pekerjaan karena ada yang lemah gemulai, ada yang lebih suka berbicara daripada bekerja, tetapi kadang kala beberapa perekrut kerja juga lebih suka mencari pekerja wanita yang dinilai lebih rajin daripada pekerja pria. Padahal, beberapa wanita juga cenderung mulai malas bekerja setelah menikah. Biasanya karena sudah ada pria yang menafkahi, beberapa wanita mulai tidak bekerja serajin dulu lagi hingga ada yang mencuri jam kerja dengan sering tiktokan atau membuang waktunya dengan hal-hal lain yang tidak produktif ketika tidak diawasi. Dulu rajin bekerja mungkin karena takut dirumahkan, tetapi setelah menikah dia kehilangan rasa takut itu.Amsal 6:6-8 Hai pemalas, pergilah kepada semut,
perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya,
pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan
mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
Tuhan mau kita terus
berkarya sekalipun sudah berjaya karena seringkali kenyamanan membuat kita
kehilangan daya juang dalam kehidupan. Maka, tidaklah mengherankan jika ada
orang-orang sukses yang akhirnya menyerah pada kehidupan. Mereka sudah terlalu
nyaman sehingga tidak lagi melakukan persiapan untuk menghadapi badai kehidupan
yang bisa datang sewaktu-waktu. Mereka pikir badai sudah berlalu padahal selama
nafas masih berhembus kita harus tetap waspada dan tidak terlena dengan
kenikmatan dunia. Kita harus senantiasa
bersandar pada kekuatan Tuhan.
Kejadian 2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Seharusnya para pria mendekati Tuhan dulu sebelum mendekati wanita. Meskipun demikian, kutemukan beberapa wanita kuat yang sanggup menghidupi suami dan anaknya. Ada yang melakukan hal ini dari awal pernikahan karena berpikir bahwa suaminya akan bekerja setelah mereka menikah. Sayangnya hal tersebut tak pernah terjadi. Namun, ada pula yang melakukannya karena suami mendadak dirumahkan di tengah pandemi atau mendadak sakit atau sebab-sebab lainnya. Memang seorang penolong harus selalu lebih kuat daripada yang ditolong ya...
BERLARI ke HADIRAT-MU
Yesus pemegang nafasku. Jiwaku aman
dalam-Mu. Kau Tuhan yang tak pernah menyerah membangkitkanku. Yesus Kau sangat
berharga.
Berlari ku ke hadirat-Mu. Sumber segalanya hanya hadirat-Mu. Mengakui-Mu di
segala jalanku. Dalam hadirat-Mu ada urapan baru.
0 komentar:
Post a Comment