Sunday, January 30, 2022

Gara-gara Kehendak Bebas

Benteng Kenyamanan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 30 Jan 2022

KUBAWA KORBAN SYUKUR
Saat ku masuk ke hadirat-Mu, kutersungkur dan sembah-Mu. Kupersembahkan korban syukurku yang terbaik bagi-Mu.
Reff: Kubawa korban syukur ke tempat kudus-Mu Tuhan. Hatiku limpah dengan syukur s'bab Tuhan baik.

26 Januari aku dibangunkan Roh Kudus dengan refrain lagu itu. Jadi, kupikir hari itu akan ada hal-hal baik yang terjadi. Namun, beberapa jam kemudian aku malah mendapat kabar tidak baik. "Papa jatuh setelah divaksin," begitu bunyi pesannya. Aku pun bertanya-tanya: "Kok bisa? Padahal, aku mendapat lagu tentang korban syukur." Namun, setelah kupikir-pikir: "Hmm... benar juga ya. Sekalipun ada korban, harus tetap bersyukur karena lagunya korban syukur dan bukan puji syukur." Sekalipun ada berita buruk, aku harus tetap bersyukur karena Tuhan baik.

Usut punya usut musibah itu terjadi karena adanya kehendak bebas yang papa miliki. Mama minta papa menunggu beberapa hari agar vaksin bersamanya pada tanggal 29 Januari, tetapi papa tidak mau. Karena minta tanggal 26, dia pun diminta menunggu titi pulang dari fitnes agar bisa mengantarnya ke puskesmas, tetapi dia juga tidak mau. Dia maksa pergi sendiri. Setiba di puskesmas diketahui bahwa tensinya 180/80 tetapi dia tetap divaksin.

Beberapa orang awam menyayangkan hal itu. "Seharusnya jangan mau divaksin jika tensinya tinggi", begitulah kata mereka. Namun, tak ada yang paham betul perihal batasan tensi. Selesai vaksin papa juga tidak mau menunggu beberapa menit, tidak minta dijemput, dan juga tidak mau naik becak. Karena lokasinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 10-15 menit, dia pun langsung pulang sendiri. Beginilah susahnya jika kita tidak sadar usia. Padahal, seiring pertambahan usia, mau tak mau kita harus menerima kenyataan bahwa kemampuan fisik akan mengalami penurunan.

Di tengah jalan mendadak kepalanya pusing lalu dia jatuh tertelungkup. Salah satu lututnya cedera, dahinya mengucurkan darah, dan salah satu bagian bawah matanya juga memar. Untunglah Tuhan masih baik kepadanya. Sekalipun papa keras kepala tidak mau diantar jemput, Tuhan masih peduli kepadanya. Tuhan menggerakkan hati seorang pengendara motor untuk menolongnya. Seperti orang Samaria yang baik hati, tentara itu pun membonceng papa hingga tiba di rumah. Lalu dia langsung pergi begitu saja tanpa minta imbalan atau ucapan terima kasih dari pihak keluarga.

Papa langsung berjalan masuk ke rumah dan berkata kepada mama: "Aku baru jatuh..." Seketika mama terkejut dan segera membersihkan serta merawat lukanya. Ketika pulang kerja dan mendengar cerita lengkapnya, aku hanya bisa berkata di depan ortu: "Itulah buah ketidaksabaran. Andai saja mau menunggu beberapa hari atau beberapa jam, seharusnya hal itu tidak perlu terjadi." Mama pun menyetujui hal itu, tetapi papa hanya diam saja. Wew... ada-ada saja sih padahal mau Imlek. Untung Tuhan tetap baik kepada orang yang tidak sabaran.

Ibrani 13:15 Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.