Sunday, January 23, 2022

Aku Tidak Memerlukannya

Cara Menatap Masa Depan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 23 Jan 2022

Jangankan 5 tahun lagi. Bahkan, kebutuhan saat ini pun ada yang tidak mengetahuinya. Ada seorang wanita yang sempat memberi teguran di grup komunitas secara terbuka. Hal ini membuat yang merasa tertuduh jadi tersinggung sekalipun namanya tidak disebut. Wanita itu mengatakan bahwa dia berniat baik, tetapi kok malah ditanggapi seperti itu. Seseorang coba membantunya dengan melihat dari kacamata berbeda karena yang dianggapnya baik belum tentu baik menurut orang lain.

Dia berkata kepada wanita itu, "Niat baik harus disampaikan dengan cara yang baik. Mengapa harus menegur lewat grup? Mengapa tidak disampaikan secara pribadi? Bagaimana jika kamu yang ditegur di grup? Apa kamu bisa menerimanya?" Dia menjawab bahwa dia tidak menyebutkan namanya dan itu hanyalah teguran secara umum demi kebaikan bersama.

Beberapa hari kemudian pertanyaan di atas segera terjawab. Orang yang merasa pernah ditegurnya membalas wanita itu dengan balik memberi teguran di grup yang sama. Sekalipun juga tanpa menyebutkan nama, wanita itu turut merasa tertuduh. Semenjak itu wanita tadi mulai menjaga jarak dari orang yang pernah kesal setelah ditegur olehnya secara terbuka. Rupanya dia juga merasa tidak suka jika ditegur dengan cara yang sama seperti caranya, tetapi dia tidak mau mengakuinya.

Lukas 6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

Lalu seseorang mencoba berbicara secara pribadi kepada wanita itu: "Mengapa kamu berubah? Mengapa kamu seperti ngambek setelah ditegur di grup? Lagipula kamu duluan yang menegurnya. Jika sekarang kamu balas ditegurnya, berarti impas donk. Mengapa tidak berdamai saja dan lupakan yang sudah terjadi daripada susah sendiri?"

Jawab wanita itu, "Aku tidak ada masalah. Aku hanya menjaga jarak dan berbicara seperlunya saja karena aku takut kepadanya. Aku juga tidak susah. Aku mau membuktikan kepada diri sendiri bahwa aku bukan pelakunya. Lagipula mengapa mereka baru memberi teguran setelah kutegur? Mengapa tidak menegur dari dulu-dulu?"

Suatu hari wanita itu membutuhkan sesuatu dan ketika diminta menanyakan hal itu kepada orang yang pernah ditegurnya, ternyata dia tidak mau. Ini berarti sekalipun perlu, dia tetap tidak mau bicara kepadanya, kecuali amat terpaksa karena tidak ada alternatif lain. Selain itu, karena menjaga jarak, wanita itu jadi susah sendiri karena harus menahan ‘panggilan alam’. Dia menahan diri untuk tidak ke toilet demi menghindari orang yang pernah ditegurnya. Bukankah ini menyusahkan diri sendiri sekalipun dia tidak mau mengakuinya?

Kedua belah pihak sama-sama menegur secara terbuka lewat grup komunitas tanpa menyebutkan nama. Jika memang tidak sesuai dengan teguran yang ada, bukankah sebaiknya diabaikan saja dan tidak dimasukkan ke hati? Jika tegurannya benar, bukankah sebaiknya kita hadapi dengan sikap membenahi diri dan lebih berhati-hati agar tidak mengulangi kesalahan yang sama? Mengapa wanita itu malah menghindar dan menjaga jarak? Jika suka menegur orang, bukankah sebaiknya juga siap ditegur orang?

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.