Saturday, April 17, 2021

Sekalipun Tidak Ideal

Semula daunku begitu lebat, tetapi tikus-tikus telah memakan habis semua daunku. Sebagian ranting temanku pun dilahapnya. Aku tidak paham dengan pemilik tempat ini. Mengapa dia menempatkanku di tempat yang gersang dan berbahaya ini?

Pengkhotbah 11:4 Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.

Ibu Pandan Wangi mengatakan bahwa hidupku merupakan suatu keajaiban. Ketika dunia dilanda pandemi, anak pemilik rumah mulai membeli beberapa kilogram tanah untuk dimasukkan ke dalam pot besar. Lantas dia menaburkan beberapa benih cabe merah di atas tanah tersebut lalu menutupinya dengan sedikit tanah agar benih tersebut aman dari tikus dan tetap dapat bertumbuh.

Keesokan harinya dia menyadari bahwa usahanya sia-sia karena benih itu raib semua dimakan tikus. Maka, dia mengambil benih cabe merah lainnya dan menanamnya di dalam pot yang digantung. Eh, beberapa tikus tetap saja berhasil memakan habis benih-benih tersebut. Sebenarnya, kami bukan hanya menghadapi gangguan tikus, tetapi kami juga diganggu kutu daun dan laba-laba, tetapi tikus memanglah musuh terbesar kami.

Suatu hari anak pemilik rumah naik ke lantai 3 rumahnya sambil membawa kotak packing kayu yang telah dilapisi kawat ram hijau dan ditutup dengan kawat ram pula. Lantas dia meletakkan aku dan teman-temanku di dalam kotak itu. Seiring berjalannya waktu kami bertumbuh semakin tinggi hingga menyentuh tutup kotak.

Maka, kami bertiga dipindahkan ke atas sebuah kaleng besi tua yang sudah berkarat. Sementara itu satu temanku dipindahkan ke atas pot air minum porselen yang sudah tak terpakai. Untuk melindungi kami, anak pemilik rumah selalu menyemprotkan wewangian yang baunya menyengat di sekitar kaleng. Dia berharap aromanya membuat tikus tidak mendekati kami, tetapi harapannya tidak terwujud.

Sementara kulihat temanku yang berada di atas pot porselen aman dari gangguan tikus, di sinilah penderitaan kami bertiga dimulai. Acapkali malam tiba para tikus mulai beraksi. Mereka mengambil daun-daun kami. Ketika menyadari hal ini, pemilik rumah segera memetik buah-buah kami selagi masih hijau karena dia mengetahui bahwa tikus menyukai buah kami yang merah. Namun, dia tidak menyadari keberadaanku yang masih tertutup dedaunan lebat sehingga aku belum dipetiknya.

Hal tersebut membuat tikus semakin marah. Mereka bukan hanya merampas daun-daun kami, tetapi juga merampas bunga kami sehingga kami batal berbuah. Nah, sementara teman-temanku sudah gundul, aku masih memiliki satu daun dan satu buah hijau yang tersisa pada tangkaiku.

Lantas anak pemilik rumah membawa gulungan kawat ram untuk melindungi kami bertiga yang ada di atas kaleng. Sayangnya, ketinggian kawat ram kurang tepat sehingga aku pun harus merelakan satu-satunya daunku diambil tikus. Bahkan, salah satu temanku juga harus kehilangan sebagian rantingnya demi melindungi satu-satunya buahku.

Keesokan harinya anak pemilik rumah kembali memindahkan kami. Dia hanya meletakkan kami di atas beberapa potongan kayu dan gulungan kawat ram tetap dipakainya untuk melindungi kami. Ah, akhirnya kami bisa bernafas lega. Para tikus tak bisa mengganggu kami lagi. Tentu saja mereka marah besar. Mereka pun merusak dedaunan pak Kunir dalam pot padahal sebelumnya mereka tidak pernah menggangu pak Kunir.

Akhirnya anak pemilik rumah meletakkan pak Kunir di dalam kotak packing kayu yang merupakan tempat perlindungan pertama kami. Ah, semoga saja pak Kunir masih bisa diselamatkan seperti kami. Beberapa hari pun berlalu setelah peristiwa pahit tersebut. Kini daun-daun kami mulai bertumbuh kembali dan buahku mulai sedikit memerah bak rona pipiku ini... xixixi...

Ecclesiastes 11:4 (TLB) “If you wait for perfect conditions, you will never get anything done.”

Hohoho... Sekalipun tempat kami tidak ideal, benarlah kata ibu Pandan Wangi bahwa hidup kami merupakan suatu keajaiban karena kami bertiga masih bisa bertumbuh dan berbuah di tengah segala keterbatasan dan gangguan musuh yang ada di sekitar kami. Ya, semoga ke depannya kami tetap bisa menghasilkan lebih banyak buah yang baik di tempat yang semakin kondusif...^.^...

>> Yap, sementara beberapa orang berada di tempat yang aman, beberapa orang lainnya ditempatkan di zona berbahaya karena harus menghadapi serangan dari orang bebal. Seperti tikus yang suka merusak kebahagiaan, mengabaikan peringatan dan teguran, begitulah orang bebal. Namun, Tuhan tidak akan membiarkan kita menghadapi bahaya yang melampaui batasan kita. Pada saat yang tepat Dia akan memindahkan dan melingkupi kita dengan hadirat-Nya yang manis sehingga kita terhindar dari kebebalan mereka... hahaha... <<

DALAM LEMBAH KELAM
Sekalipun aku dalam lembah kelam, ku tak takut s'bab Kau besertaku. Sekalipun badai topan datang menerpa, ku tak gentar s'bab Kau di sisiku.
Chorus: Aku percaya berkat-Mu atasku melimpah. Kebajikan, kemurahan s'lalu mengikutiku. Kupuji, kusembah Kau Tuhan.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.