Sunday, April 18, 2021

Anak dalam Gereja

Sense of Belonging

Catatan Ibadah Online Minggu 18 April 2021

Jika ditinjau dari kategori jemaat, rasanya tidak jelas aku ini masuk kategori yang mana ya... hahaha... Seharusnya sich masuk orang asing karena sekedar datang dan pergi dari gereja sehingga belum pernah ada yang menyebutku anak gereja. Beberapa orang sich hanya menyebutku anak Tuhan...^.^ padahal aku belum pernah mengaku-ngaku sebagai anak Tuhan. Namun, lebih baik lha disebut anak Tuhan daripada anak setan… wkwkwwk…

Namun, sekalipun gerejaku besar, tetap saja ada yang mengenaliku dan ada pula yang kukenali. Beberapa di antaranya sudah ikut komsel dan beberapa di antaranya juga belum ikut komsel. Kenalanku pun ada yang dari generasi boomers, X, Y, dan Z. Kebanyakan sich generasi Y. Nah, kalau lagi malas jadi 'tong sampah', aku pun memasuki gereja lewat pintu belakang atau samping agar terhindar dari jemaat yang suka berkeluh kesah tentang hidupnya, terutama mereka yang dari generasi boomers... hehehe...

Aku pun sering menghindari pintu depan gereja karena biasanya di sana ada beberapa orang yang tampaknya 'mengenaliku'. Bahkan, jika diperlukan, aku pun berpindah-pindah tempat duduk agar kehadiranku di gereja tidak diketahui oleh generasi X yang suka menjodoh-jodohkan orang... wkwwkw... Di gereja aku juga lebih suka mengundurkan diri di tempat yang sunyi agar privasi tetap terjaga, terutama saat berurai air mata karena jamahan Tuhan... xixixi...

Nah, dari dulu komsel selalu digaungkan sebagai keluarga yang menerima kita apa adanya. Namun, dua kali ikut komsel aku merasa bahwa komsel tuh lebih menyerupai sekolah formal daripada keluarga. Komsel pertama yang kuikuti beranggotakan sekelompok kecil generasi boomers sehingga aku merasa salah masuk kelas. Komsel kedua yang kuikuti justru tergolong kelompok menengah hingga besar karena berisikan belasan hingga puluhan generasi X dan Y hingga rasanya seperti sekolah formal. Padahal, dari dulu setiap kali hadir di sekolah aku hanya berkumpul dengan beberapa teman saja karena aku tidak menyukai keramaian...^.^

Selain itu, kadang kala beberapa pemimpin komsel menunjuk anggotanya untuk bersaksi atau menceritakan sesuatu, seperti saat kita mengikuti mata pelajaran tertentu di sekolah. Padahal, setahuku keluarga tidak akan memaksa kita melayani atau menceritakan sesuatu hingga kita merasa nyaman untuk melakukannya. Bagi orang ekstrovert, komsel merupakan hal yang menyenangkan karena mereka bisa menceritakan banyak hal dan mereka juga suka menjadi pusat perhatian. Namun, hal ini tidak berlaku bagi orang introvert. Seorang guru komunikasi mengatakan bahwa kita harus berbicara panjang lebar terlebih dahulu jika ingin membuat mereka berbicara. Dengan kata lain, kita harus membuatnya nyaman terlebih dahulu.

Jika seseorang merasa nyaman, tentulah dia akan merasa diterima sebagai bagian dari komunitas tersebut. Maka, seiring berjalannya waktu dia akan bertumbuh dengan sendirinya tanpa dipaksa karena terinspirasi oleh anggota keluarga lainnya. Hehehe... rasanya bergabung dengan orang-orang introvert di luar komsel lebih menarik perhatianku daripada bergabung di dalam komsel itu sendiri. Maaf ya...^.^ Walau berbeda minat, kita tetap satu gereja dan satu Tuhan kok... wkwwkw...

SATU dalam KASIH
Begitu indah terjalin mesra, satu dalam kasih kita bersaudara.
Begitu indah terjalin mesra, satu dalam kasih kita bersaudara.
Di dalam kasih Yesus kita bersaudara, tanpa ada rasa curiga dan saling terbuka.
Di dalam kasih Yesus kita bersaudara, mari kita jalin bersama, sampai Tuhan Yesus datang kedua kalinya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.