Sunday, December 20, 2020

Tidak Terhubung dengan Sumbernya

Unggul dalam Dunia Kerja
Catatan Ibadah Online Minggu 20 Des 2020

Karena Salomo menggunakan hikmat Tuhan, dia pun dapat mengarahkan para pelayannya dengan baik hingga Ratu Syeba turut terkagum-kagum dengan cara kerja pelayan Salomo. Nah, bagaimana seandainya dia menggunakan hikmat duniawi? Tentulah akan terlihat bedanya bagaikan bumi dan langit.

Ada sebuah toko tradisional yang berkedok Perseroan Terbatas (PT). Statusnya aja PT, tetapi faktanya masih dikelola secara tradisional oleh bos yang baperan. Seorang teman bercerita: “Dulu aku tergiur masuk sana karena statusnya PT. Kupikir bisa lebih baik daripada situasiku saat itu. Eh, ternyata ini bukan PT sungguhan.” Lantas dia bercerita bahwa di tempat kerjanya tidak ada sistem yang baik. Segalanya masih serba tradisional. Banyak karyawan dituntut serba bisa sehingga keterampilan mereka kurang terasah dengan baik.

Orang IT (information technology) harus bisa desain dan sebaliknya serta tidak ada bagian personalia. Dulu pernah ada bagian personalia, tetapi dia juga dituntut bisa IT... hehehe... kabur dech. Lantas bagian pembelian dan bagian keuangan pun sempat diminta berjualan. Sekretaris harus merangkap pembelian, urusan legal dan umum hingga marketing pula. Bagian produksi juga diminta mencampuri urusan gudang, pengendalian kualitas, personalia, dan keuangan.

Alhasil, semakin lama ya semakin kacau hingga pihak luar turut merasakan imbasnya dan ada yang bertanya: “Kok sekarang tempat kerjamu bertambah kacau ya?” Maka, mau tak mau yang ditanya pun harus merangkap tugas sebagai customer service penerima komplain. Hehehe... beginilah kalau bosnya menggunakan hikmat dunia. Fokusnya hanya mengejar keuntungan semata dan maunya serba instan. Padahal, masak mie instan aja perlu proses.

Yakobus 3:15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.

Nah, karena bosnya temanku tidak menyukai proses, dia pun sering mengambil jalan pintas. Daripada menjual produk berkualitas, dia pun mengurangi kualitas produk yang dijualnya agar berbiaya rendah. Jadi, barang sample atau produk promosinya tak sesuai dengan produk masalnya. Lantas jika ada customer yang mengetahui kecurangannya, dia pilih menyuap bagian pembelian customer agar mereka tetap mau menerima barangnya. Tim marketing pun diajari cara-cara seperti ini. Dulu ada temanku yang pernah menerima uang semacam ini. Namun, dia bertobat setelah anaknya diambil oleh Tuhan.

Di sisi lain, bosnya pernah marah-marah karena kehilangan uang puluhan ribu Rupiah. Bosnya juga langsung marah-marah ketika bagian pembelian kurang bisa menawar harga hingga dianggap merugikan perusahaan sekian ratus ribu Rupiah. Padahal, kerugian tersebut belum sebesar uang tutup mulut yang dia kucurin ke customer hingga puluhan juta Rupiah. Bahkan, dia sempat membuat stempel palsu agar bebas bepergian ke ibu kota lalu barang buktinya segera dimusnahkan. Karena dulu berhasil lolos dengan itu, tentulah dia akan berpikir untuk mengulanginya lagi, seakan-akan dia tidak punya banyak uang untuk lewat jalur resmi. Ah, semoga Tuhan dapat segera menghentikannya.

Lucu ya bos itu... uang kecil amat sangat diperhatikan olehnya, tetapi uang besar malah dibuang-buang. Beginilah jika orang bermental miskin berlagak kaya. Alhasil, perusahaan tersebut tidak punya daya tawar di mata para customer sehingga mau tak mau sistem mereka harus senantiasa mengikuti permintaan sistem customer.

Selain itu, bosnya suka baper (bawa perasaan). Jika suasana hatinya sedang baik, segalanya akan diperlakukan dengan baik. Namun, jika suasana hatinya sedang buruk, segalanya akan diperlakukan dengan buruk. Selain itu, bosnya cenderung subjektif. Jika bosnya menyukai seseorang, apapun yang dikatakan orang itu akan bosnya telan bulat-bulat. Sekalipun orang itu melakukan kesalahan, hal itu akan tetap terlihat benar di matanya. Namun, jika bosnya sudah tidak suka kepada seseorang, apapun yang dikatakan orang itu akan diabaikannya. Sekalipun orang itu melakukan hal yang benar, hal itu akan tetap terlihat salah di matanya karena memang betul-betul ada yang salah dengan hatinya.

Oh, itu memang ciri-ciri sebuah toko tradisional. Kemungkinan besar bosnya memaksakan diri membangun PT sekalipun belum siap mental karena ingin meraup keuntungan besar. Alhasil, banyak kekacauan yang terjadi. Rupanya sikap bos bisa tercermin kepada sikap para karyawan sebuah perusahaan. Jika seorang bos berhikmat seperti Salomo, karyawannya pun seakan-akan turut berhikmat hingga mampu menghasilkan rasa yang tetap sama, seperti dalam restoran Cina tadi. Namun, jika bosnya menggunakan hikmat dunia, karyawannya pun seakan-akan tidak berhikmat hingga pihak luar pun turut merasakan kekacauannya. “Kok sekarang di sana tambah ruwet ya?”

YESUS yang KUANDALKAN
Kuperlu Engkau Yesus. Haus jiwaku menantikan-Mu. Kupercaya Kau penuh. Pengharapanku di dalam-Mu.
Chorus: Yesus hanya Kau yang kuandalkan melebihi siapapun juga. Yesus hanya Kau yang kupercaya di setiap waktu. Tiada lain yang kuandalkan selain Kau Yesus.
Bridge: Hikmat-Mu lebihi pikiranku. Jalan-Mu di atas s'gala jalanku. Tinggi dan dalamnya kasih-Mu. Hanya Kau Yesus yang kuandalkan.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.