Saturday, December 5, 2020

Hidup Bukan Hanya dari Roti

Membangunkan Lagi
Catatan Ibadah Online Minggu 06 Des 2020

Pengkhotbah 7:2 Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.

Suatu sore di sebuah rumah duka terjadi perbincangan singkat antara seorang tante dan seorang keponakannya.
Tante: " Kemarin masih ada pesanan nasi yang belum diambil. Kalau kamu belum makan, makan saja dulu daripada nanti tidak ada yang makan karena nanti malam ada kiriman makanan lagi. Ini karena kemarin kita kehabisan roti."

Keponakan: "Oh, pantas tadi pagi ada seorang bapak yang datang ke sini untuk menanyakan pesanan nasi yang kemarin belum diambil. Tapi, aku sudah makan. Apa kemarin banyak tamu yang datang?” Hari itu terlihat sepi. Paginya hanya ada 1-3 tamu saja. Lalu dari siang dia hanya sendirian ditemani angin, hujan, dan beberapa lagu rohani Kristen yang terdengar dari ibadah penghiburan di beberapa ruangan sebelah. Di antaranya lagu: Semua Baik... semua baik... dan Apapun yang Terjadi di dalam hidupku s’lalu kuberkata: “Tuhan Yesus Baik”... Oh, benar-benar Sabtu sunyi.

Tante: "Kemarin banyak orang dari gereja almarhumah. Mereka makan semua roti di meja masing-masing. Sisa roti pun dibungkus dan dibawa pulang oleh mereka. Padahal, kemarin kita kebingungan mengisi meja dengan apa. Akhirnya kita pesan nasi untuk para tamu dan masih ada sisa nasi yang belum diambil."
Keponakan: "Ya ampun. Ketika almarhumah masih hidup, mereka memang suka membungkus makanan untuk dibawa pulang tiap kali selesai perjamuan suci di rumah almarhumah karena almarhumah memang suka menyediakan makanan untuk mereka. Namun, di rumah duka kok bisa-bisanya mereka membungkus juga ya?"

Tante: "Bapak yang dekat dengan pendeta pun perkataannya tidak enak didengar. Aku bertanya kepadanya: "Besok ada berapa orang yang mau ikut ke pemakaman ?" Eh, dia malah balik bertanya: "Kenapa? Apa mau menyiapkan mobil besar dan menyiapkan banyak makanan?" Padahal, mereka juga tidak menyumbang uang."
Keponakan: "Kok gitu ya? Nanti kuberitahu tante yang mengundang mereka. Tapi, mereka sudah menyumbang karangan bunga itu."
Tante: "Iya ya... mungkin itu. Mungkin mereka makan dan membungkus roti supaya bisa balik modal."

Hmmm... ikhlas tidak sich? Bikin malu orang Kristen nich. Nah, ketika diberitahu, tante yang mengundang rombongan pendeta pun mengatakan bahwa kemungkinan besar pendeta tidak mengetahui perilaku jemaatnya. Dia pun menyetujui bahwa tak seharusnya mereka bersikap begitu.

Menjelang malam para tamu mulai berdatangan. Karena masih masa pandemi, kebanyakan yang hadir adalah jemaat gereja almarhumah lagi. Ketika akan menghidangkan makanan untuk mereka, tante dan keponakannya baru ingat bahwa para tamu gereja tidak boleh makan udang dan babi, seperti almarhumah. Ini karena mereka Kristen Advent yang mengikuti larangan makanan sebagaimana tertera dalam kitab Imamat.

Keponakan itu sempat berkata kepada tante yang Advent: "Di dalam Perjanjian Baru Yesus bilang semua makanan halal." Jawabnya: "Di situ Yesus tidak berbicara tentang makanan, tetapi perbuatan. Maka dari itu, kalau membaca Alkitab, harus baca secara keseluruhan, tidak boleh hanya mencomot ayat."

Roma 14:3 Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.

Ya ya... sudahlah... ini tak perlu diperdebatkan. Lalu bagaimana ini? Untunglah masih ada sisa pesanan nasi yang kemarin belum diambil. Nasi itu halal untuk mereka makan karena tidak mengandung udang dan babi. Selain itu, masih banyak roti, kacang, jus buah, dan permen yang masih bisa mereka nikmati.

Lantas ada yang berkata: "Ini rejekinya kita... hahaha... Nanti kita yang membawa pulang nasi babi dan udangnya untuk dimakan besok karena kita pasti tidak sempat masak. Padahal, besok sudah harus berangkat pagi untuk prosesi pemakaman." Betul juga ya... Rupanya Tuhan pun memikirkan persediaan makanan untuk keluarga almarhumah, sekalipun keluarga rohani almarhumah tidak berpikir sedalam itu.

We need deeper people.” ~ Re-awaken
Roma 12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

KUBERLARI PADA-MU
Burungpun Kau perhatikan dan tangan-Mu menjagaku. Dari ujung dunia sampai relung hatiku biar rahmat dan kuat-Mu nyata. Kau memilihku Tuhan, semua malaikat tahu 'tuk kemuliaan-Mu, menjadi saksi-Mu, p’nuh kasih dan anugrah-Mu.
Dan kuberlari pada-Mu, pada firman-Mu. Bukan kuat, bukan gagah, tapi oleh Roh Kudus. Dan ku 'kan berlomba sampai kupandang wajah-Mu. Biar ku hidup dalam kasih-Mu yang mulia.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.