Sunday, July 12, 2020

Sepenanggungan

Tumpangan
Catatan Ibadah Online Minggu 09 Juli 2020

Setelah PSBB dihentikan suatu hari aku mau pulang kerja dengan naik ojek online. Namun, kulihat seorang teman wanita yang kutahu biasa naik bemo karena dia juga tidak bisa menyetir kendaraan apapun. Di pinggir jalan dia bertanya: "Pulang naik apa?" Aku pun menjawab: "naik bemo" sehingga dia mengatakan bahwa dia akan menemaniku naik bemo. "Kamu tidak dijemput?", tanyaku kepadanya. Lalu dia menjawab: "Mana pernah aku dijemput? Aku selalu pulang sendiri."

Perlu UsahaLho... Seingatku dia pernah dijemput suaminya. Mengapa sekarang dia mengatakan hal sebaliknya? Karena kutahu dia akan dirumahkan sementara tanpa gaji, aku pun bertanya kepadanya: "Suamimu masih bekerja?" Dia pun mengatakan bahwa suaminya masih bekerja di luar pulau, tetapi semenjak pandemi dia tidak boleh keluar-keluar dari sana. Ooo... Oh Tuhan, buat apa mereka menikah jika kemudian harus dipisahkan oleh jarak yang teramat jauh? Namun, aku merasa sedikit lega karena setidaknya masih ada suami yang akan menafkahi dia. Lalu diam-diam aku mendoakannya agar segera berkumpul lagi dengan suaminya dan diberi anak.

Eh, sekitar 2 hari kemudian seorang teman memberitahuku bahwa wanita itu telah bercerai dari suaminya sejak sekitar 6 bulan lalu. Lho... dia tidak menceritakan hal itu. Dia malah mengatakan bahwa suaminya masih bekerja. "Dia memang merahasiakan perceraiannya dan tidak banyak orang yang mengetahuinya. Kabarnya perceraian itu karena KDRT." Oh Tuhan, aku salah berdoa. Jika demikian, aku sich tidak berharap mereka dipersatukan kembali karena menjadi sansak hidup tentulah amat sangat menyakitkan bagi siapapun juga. Untunglah Engkau juga belum memberinya anak sehingga tak ada anak yang tersakiti akibat perceraian mereka.

Sakit Hati
Namun, kisah pilunya membuatku tak henti bertanya-tanya: "Mengapa Engkau pertemukan mereka jika akhirnya pertemuan tersebut berakhir duka?" Lalu aku membuka youtube dan tiba-tiba kulihat video khotbah GMS Jabodetabek berjudul 'Gue Nyesel' oleh Pdm. Benny Wijaya. Aku pun tergerak untuk menontonnya karena sepertinya di sana ada jawaban atas pertanyaanku. Hehehe... Pendeta itu mengatakan bahwa banyak orang selalu menyalahkan Tuhan jika hubungan tidak berjalan dengan baik. "Gue nyesel... Mengapa dipertemukan dengan dia?" Banyak orang menanyakan hal itu. Mereka tidak bertanya: "Gue nyesel... Mengapa terlambat menikahinya?" Mereka justru menyesal karena sesuatu yang buruk.

Menurutnya, Tuhan memang mempertemukan, tetapi manusia harus mengusahakannya pula. Lalu aku teringat kepada Ayub yang tidak pernah terdengar menyalahkan Tuhan sekalipun diberi isteri yang mengecewakannya. Ayub hanya menegur isterinya.
Ayub 2:10 Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Ayub berbeda dengan Adam yang langsung menyalahkan Tuhan.
Kejadian 3:12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
Saat BertemuKemudian aku teringat cerita salah satu temanku lainnya. "Tanteku dan suaminya berbeda satu putaran tahun." Begitu dia memulai ceritanya. Aku pun bertanya: "Maksudmu mereka berbeda usia setahun?" Jawabannya pun sungguh mengejutkan: "Bukan. Mereka berbeda 12 tahun. Guru dan murid." (Hmm... mungkin dalam budaya Jawa juga ada putaran tahun seperti putaran tahun 12 shio sehingga dia menyebutnya satu putaran tahun.)
Q: "Tapi, yang pria lebih tua daripada yang wanita?"
A: "Tidak. Justru tanteku yang menjadi guru. Muridnya itu suaminya."
Q: "Hah! Kok bisa seperti itu ya?"
A: "Tapi tanteku tidak terlihat lebih tua daripada suaminya. Dia terlihat awet muda." (Sembari tersenyum lebar)
Q: "Mereka baru menikah?"
A: "Nggak. Sudah lama."
Q: "Wow... Hebat ya." Perbedaan tak menghalangi mereka bersama. Padahal, banyak orang bercerai dengan alasan ketidakcocokan. Mereka malah mematahkan pandangan medis dan psikologi tentang efek negatif perbedaan usia... wkwkww... benar-benar ajaib. Kadang kala cinta memang tak dapat dilogika.
Kejadian 38:11 Lalu berkatalah Yehuda kepada Tamar, menantunya itu: "Tinggallah sebagai janda di rumah ayahmu, sampai anakku Syela itu besar," sebab pikirnya: "Jangan-jangan ia mati seperti kedua kakaknya itu." Maka pergilah Tamar dan tinggal di rumah ayahnya.
Yehuda juga pernah meminta Tamar menunggu putra bungsunya hingga dia besar sebelum menikahkan mereka. Mengapa Tamar mau aja menunggunya ya? Mengapa dia tidak meminta Yehuda melepasnya seperti Naomi yang melepas menantunya? Padahal, kelihatannya Tamar harus menunggu bertahun-tahun lamanya hingga akhirnya Yehuda sendiri lupa dengan janjinya kepada Tamar. Alhasil, terjadilah dosa yang tak seharusnya. Untunglah Yehuda mau mengakui kesalahannya dan Tuhan pun mengampuninya. Hmm... benar-benar tak terselami. Semakin banyak yang diketahui, justru malah semakin banyak pertanyaan... hahaha...

SUNGGUH INDAH
Kemanakah aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu yang suci? Kau Sahabat dan Kau dekat.
Bahkan, seluruh pengabdianku tak bisa membalas kesetiaan-Mu. Sungguh mulia dan berharga.
Sungguh besar pengorbanan-Mu bagiku. Terlalu dalam untuk dimengerti, sungguh besar.
Sungguh indah yang Kau pikirkan tentangku. Tak terselami bagiku. Sungguh indah.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.