Entah bagaimana
awalnya... tiba-tiba sudah menjadi suatu kebiasaan di kalangan anak-anak
seusianya untuk menatap musuh dengan tatapan mata penuh kebencian. Karena
terlalu kesal kepada serigala muda hingga tak sanggup berkata-kata, si Tudung
Pink pun ikut menirukan kebiasaan ini untuk diterapkan kepada serigala muda
yang selalu menganggap dirinya najis.
Alhasil si Tudung Pink
harus menerima bogem mentah di mata kirinya karena serigala muda tak sanggup
membalas tatapan mata tajam tersebut. Karena tak bisa membalas pukulan
tersebut, si Tudung Pink hanya bisa mendatangi rumah serigala muda untuk
melaporkan hasil perbuatan keji tersebut kepada penggembala serigala muda. Tak
lama berselang serigala muda pulang lalu dia dimarahi oleh gembalanya dan
disuruh meminta maaf secara langsung kepada si Tudung Pink. Dia pun mengulurkan
tangannya sembari berkata: "Maaf..."
Lalu si Tudung Pink memaafkannya dengan senang hati dan bergegas pulang ke
rumahnya.
Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia. (Lukas 17:3-4)
Keesokan harinya di
tengah-tengah jam pelajaran yang sedang berlangsung si Tudung Pink dan serigala
muda dipanggil oleh Anoman (kera putih penguasa sekolah). Ketika masih dalam
perjalanan ke ruangan Anoman, tiba-tiba serigala muda berkata kepada si Tudung
Pink: "Jangan harap aku akan meminta
maaf kepadamu. Kemarin aku hanya pura-pura minta maaf. Bukan hanya kamu yang
bisa lapor, aku pun bisa lapor."
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. (Matius 18:21-22)
Hmmm... tahulah si Tudung
Pink bahwa sia-sialah dia mempercayai permintaan maaf serigala muda. Si Tudung
Pink mulai menyerah dan tak mau lagi mengikuti firman-firman tersebut. "Buat apa aku mengampuni serigala
berulang-ulang kali? Dia bukan saudaraku. Aku juga bukan Yesus yang sempurna.
Aku hanya manusia biasa. Bisa saja aku memaafkannya lagi tetapi bagaimana aku
bisa mempercainya lagi? Haruskah aku dibohongi berulang-ulang kali? Haruskah
aku dikecewakan berulang-ulang kali? Haruskah aku disakiti berulang-ulang kali?
Sekali saja cukup. Dia telah membuang pintu maaf yang sempat kubukakan. Bagaimana aku bisa mempercayainya lagi?"
Lalu si Tudung Pink mengambil
keputusan: "Meskipun permintaan
maafnya palsu belaka, aku tetap akan memaafkannya. Meskipun dia tidak meminta
maaf, aku tetap akan memaafkannya tetapi aku tidak akan melupakannya dan tidak
akan mempercayainya lagi, kecuali aku mengidap amnesia (hilang ingatan)."
Di ruangan Anoman mereka
berdua diminta duduk menghadap dinding hingga jam sekolah hampir berakhir.
Kemudian barulah mereka diminta menghadap Anoman. Kata Anoman: "Mulai sekarang kalian berdua tidak
usah saling bicara dan tidak usah saling bertegur sapa."
Si Tudung Pink
beranggapan bahwa usul Anoman sangat bagus sehingga dia menyetujuinya. Lagipula
masa-masa SD 'kan segera berakhir. Lalu saat kembali ke kelas seekor guru
serigala berkumis tebal tersenyum manis kepada si Tudung Pink seraya berkata: "Kemarin itu 'kan pukulan cinta, kenapa
harus marah?" Dengan sebal si Tudung Pink berkata: "Itu bukan cinta. Cinta tidak memukul.
Cinta tidak menyakiti. Jangan seenaknya mengatas-namakan cinta untuk menyakiti
orang lain."
0 komentar:
Post a Comment