Catatan Ibadah Online Minggu 05 Juli 2020
Katanya: "Anak perempuan itu lebih baik langsung menikah setelah lulus SD. Ngapain sekolah tinggi-tinggi? Toh nantinya masuk dapur."
Itulah secuplik perkataan yang diucapkan oleh wali kelasku saat kelas 5 SD. Kala itu aku sempat kesal kepadanya. Sebagai guru, dia selalu saja meremehkan kemampuan anak-anak asrama putri karena dia selalu membandingkan kami dengan anak-anak asrama putra. Selain itu, dia seringkali mengatakan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Enak aja... mentang-mentang dia pria sehingga bisa berkata seperti itu. Lantas aku merasa tertantang untuk membuktikan bahwa dia salah.
Maka, saat itu aku pun memprotesnya: "Jika begitu, sia-sia donk perjuangan R.A. Kartini? Kenapa bapak tidak menghargai perjuangannya?" Namun, dia tetap tidak mengubah pendiriannya. Hmm... Andai dia memiliki anak perempuan, masihkah dia berpegang pada prinsipnya itu? Tahun demi tahun pun berlalu tanpa kudengar kabarnya. Namun, puluhan tahun kemudian terjadi pertemuan tak terduga.
Ketika menghadiri acara pemberkatan rumah seseorang di Surabaya, di sana aku berkenalan dengan seorang gadis belia. Ketika dia mengatakan bahwa dia merantau dari Probolinggo, aku pun menanyakan sekolahnya. Ternyata dia bersekolah di SD yang sama denganku. Namun, tak cukup sampai di sini. Dia pun menjelaskan bahwa bapaknya pernah menjadi guru di sekolah itu pula.

Ketika kelas 5 SD, ibunya pun sempat menjadi guru Bahasa Inggris di asrama putri karena sekolah belum mengajarkan Bahasa Inggris. Aku dan teman-teman asrama putri yang seangkatan denganku tidak punya masalah dengan ibunya. Saat itu kami hanya seringkali bertanya-tanya: "Kok bisa ya bapak menyebalkan itu menikah dengan bu guru yang lebih baik darinya?" Lalu ada yang menjawab: "Jika orang baik hanya mau bersama orang baik, siapa yang akan mengubah mereka yang tidak baik?"
Matius 9:11-13 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Hehehe... memang sich Yesus bergaul dengan orang yang tidak baik, tetapi Yesus tidak menikahi orang yang tidak baik. Lagipula mereka berdua tidak seperti pengikut Yesus sekalipun sama-sama Katolik. Meskipun demikian, Tuhan tetap baik kepada semua orang. Bahkan, sekalipun Tuhan merupakan Allah Ishak, Dia bukan hanya memperhatikan Ishak, tetapi Dia juga Tuhan yang memperhatikan Ismael.
Kejadian 21:17 Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.

Aku pun segera bertanya kepada seorang teman yang SDnya sama denganku: "Ce, kamu ingat bapak guru ini? Dulu dia mengajar di SD kita? Ternyata ini putrinya lho." Jawabnya: "Aku tidak ingat pak guru itu." Kuberitahu dia bahwa bapaknya berkumis, tetapi dia tetap tidak ingat. Ouch... padahal kami hanya berbeda 2 tahun. Kenapa dia tidak ingat? Hmm… kemungkinan besar aku masih mengingatnya karena dulu dia benar-benar menyebalkan bagi anak-anak asrama putri yang seangkatan denganku dan dia juga bukan anak asrama sehingga tak mungkin merasakan hal yang sama... wkwkw...
PENGAMPUNAN ADALAH ~ GMS Live
Dalam kegelapan hatiku tak hentinya anugerah-Mu. Engkaulah satu kasih sejati. Tuhan ajarku mengerti. Diampuni itu sangat indah. Diampuni itu mulia. Yang Kau rindukan ku bahagia. Kumau memb'ri yang kuterima. Mengampuni itu kasih. Mengampuni itu indah. Damai sejahtera, sukacita tak terkata. Hati yang melimpah. Mengampuni itu memb'ri. Mengampuni itu rela. Tak 'kan kutolak kerinduan-Mu ya Bapa, ampuni sesama.
Dalam kegelapan hatiku tak hentinya anugerah-Mu. Engkaulah satu kasih sejati. Tuhan ajarku mengerti. Diampuni itu sangat indah. Diampuni itu mulia. Yang Kau rindukan ku bahagia. Kumau memb'ri yang kuterima. Mengampuni itu kasih. Mengampuni itu indah. Damai sejahtera, sukacita tak terkata. Hati yang melimpah. Mengampuni itu memb'ri. Mengampuni itu rela. Tak 'kan kutolak kerinduan-Mu ya Bapa, ampuni sesama.
0 komentar:
Post a Comment