Catatan Ibadah Online
Minggu 17 Mei 2020
Beberapa saat lalu perhatianku tercuri oleh sekilas berita
tentang seorang wanita yang nekat berenang agar bisa pulang ke kampung halaman
untuk melihat ibunya yang baru meninggal. Untunglah dia diselamatkan petugas
sebelum mati tenggelam. Mengapa dia seperti itu? Masa karena PSBB dia tidak
boleh pulang untuk melihat ibunya yang baru meninggal? Tega sekali jika benar
seperti itu. Namun, aku tidak melihat beritanya dari awal sehingga kurang jelas
tentang apa yang terjadi dengannya.
Sehari sebelumnya aku melihat kiriman video tentang boboku
yang tampak menahan sakit. Dokter mengatakan bahwa tensi dan kadar oksigennya
menurun di bawah batas normal. Maka, saat itu aku berdoa agar Tuhan segera
menyelamatkannya dan membebaskannya dari siksaan dunia dan akhirat. Namun, ketika perhatianku tercuri oleh berita di
atas, aku pun berdoa agar tidak ada yang meninggal selagi masih ada
Covid-19, termasuk bobo. Kalau Tuhan mau mengambil bobo, tunggu setelah
Covid-19 pergi ya karena aturan PSBB membuat bepergian serba sulit.
Sayangnya, Tuhan
berkata lain. Malam harinya kudengar kabar bahwa bobo koma. Keesokan
harinya kami dikabari bahwa bobo telah tiada pada tengah malam ketika usianya
sekitar 96 tahun kurang sebulanan. Semasa hidupnya dia sudah menyiapkan makam di
samping almarhum suaminya. Dia tidak mau dikremasi. Maka, kami langsung
bertanya-tanya: "Bisakah jenasah
bobo dipulangkan ke kampung halaman sesuai keinginannya?"
Karena kembali teringat berita di atas, aku pun berdoa lagi
agar keinginan bobo bisa terlaksana. Semoga proses pemakamannya berjalan lancar
dan aman. Tak lama berselang kami kembali dikabari bahwa jenasahnya boleh
pulang kampung dengan disertai kedua anaknya. Dari Tangerang mobil jenasah
tersebut akan tiba di Malang esok pagi.
Papa mengatakan bahwa dia tidak akan ke Malang untuk
memakamkan mamanya karena ribet urusannya. Kalau mau ke sana, harus minta surat
dari RT dan surat keterangan bebas Covid-19. Namun, aku berkata: "Lebih baik dicoba dulu. Masa belum
dicoba sudah yakin tidak bisa?" Kemudian titi juga bersedia
mengantarnya ke Malang ditemani mama. Maka, aku pun berdoa agar mereka bisa ke
Malang dengan lancar dan aman.
Yeremia 32:17 Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apa pun yang mustahil untuk-Mu!
Lalu aku segera bertanya kepada teman kerjaku yang merupakan
warga Malang: "Apa saat ini masih
bisa ke Malang tanpa surat?" Dia mengatakan bahwa Sabtu kemarin masih
aman. Dia masih bisa ke Malang dengan cara lewat tol dan tidak ada pemeriksaan.
Meskipun demikian, aku ingat dia menggunakan plat N. Bagaimana jika plat W? Ah,
lebih baik minta surat dari RT untuk jaga-jaga.
Maka, malam itu juga aku dan mama meminta surat izin ke luar
kota dari wakil RT. Sekalipun di luar jam kerja dan kami membutuhkan surat
secepatnya, dia bersedia membantu. Tampaknya dia mengerti bahwa kematian
bukanlah sesuatu yang bisa diprediksi jamnya. Maka, sekitar pk 20.30 WIB surat
selesai dibuat dan bisa langsung diambil di tempat RT. Dengan demikian, papa
mama bisa diantar titi ke Malang pada pukul 5 pagi.
0 komentar:
Post a Comment