Sunday, March 22, 2020

Menuntut Manusia Jadi Solusi

Be Strong: God First
Catatan Ibadah Online Minggu 22 Mar 2020

Di tengah situasi semacam ini beberapa orang pun mengambil kesempatan dalam kesempitan. Karena banyak orang menaruh rasa aman pada hand sanitizer, beberapa pebisnis hand sanitizer baru pun tiba-tiba bermunculan lalu ada yang meminta semua karyawannya berjualan. Padahal, tidak semua orang dibekali keahlian menjual. Alhasil, ada yang bertanya: "Apa kita wajib berjualan?" Ada pula yang pasang status jualan hand sanitizer karena takut dimarahi bos lalu dia kebingungan menjawab pertanyaan prospek. "Jika ditanya seperti ini, aku harus jawab apa?" Entahlah, aku juga tidak tahu, coba tanya kepada orang itu aja. Serahkan saja pada ahlinya. Hehehe... akhirnya dia pun hanya melemparkan informasi tanpa berjualan. Mbocuan (tanpa ambil profit)

Namun, ketika diminta berjualan, aku pun terus terang berkata bahwa aku tidak bisa berjualan. Eh, aku malah diminta berjualan di gereja. Kukatakan saja bahwa gereja ditutup. Lalu aku diberitahu untuk membersihkan alat-alat elektronik, seperti remote TV dengan hand sanitizer karena ibadahnya online. Kujawab bahwa aku bisa membersihkannya dengan air sabun. Katanya: “Tidak bisa, nanti rusak semua peralatannya karena basah.” Hahaha... banyak orang tertawa mendengarnya karena mereka pasti berpikir bahwa remote-nya kucelupin. Emangnya Oreo? Hehehe... tentu saja remote-nya tidak perlu dicelupin, tetapi kain lapnya yang dicelupin lalu diperas hingga tak ada air menetes. (Jangan dijilat pula karena bukan Oreo) Lantas bersihkan perabotan dengan lap mamel itu.

Kebersihan adalah bagian dari iman. Jadi, sekalipun tak ada Corona, aku juga sudah terbiasa bersih-bersih dan cuci tangan dengan air sabun. Aku sich juga tidak terlalu percaya dengan hand sanitizer. Sekalipun sudah memakai hand sanitizer, rasanya tidak mantap kalau belum mencuci tangan dengan air sabun. Nah, ketika hand sanitizer mulai booming dan ada teman yang mulai menjualnya, aku pun sempat berpikir untuk membelinya.

Eh, ketika mempertimbangkan hal itu, tiba-tiba telapak tanganku tergores paku lemari. Aduh... duh... duh...  sakitnya bukan main padahal hanya luka kecil. Namun, aku tersenyum karena langsung teringat akan suratku tentang tangan berlubang paku. 'Jangan dicoba!', begitu tulisku saat itu. Lah. Kok tanganku sendiri malah mencoba ketajaman paku? Aduh. Sakit bener. Dengan luka seperti itu, aku pun semakin yakin bahwa hand sanitizer justru akan menambah perih lukaku. Jadi, kuputuskan untuk tidak membeli hand sanitizer. Namun, aku tetap berusaha menjaga kebersihan seperti biasanya dan memperkuat daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan sehat, buah-buahan yang mengandung vitamin C, dan minum empon-empon, seperti kunir asem atau wedang jahe. Lalu ditambah doa dan firman, niscaya kuasa Tangan Berlubang Paku akan melindungiku...^.^
Mazmur 23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Seorang teman berkata: "Ayo berjualan agar gajimu tidak dipotong." Ah, manusia selalu saja menuntut manusia lain untuk menjadi solusi atau menghidupi panggilannya padahal Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk menghidupi panggilan orang lain. Jika aku pandai berjualan, untuk apa aku menjadi akuntan? Bahkan, mereka yang berusaha mengerjakan tugas sampingannya malah menjadi tidak fokus dengan pekerjaan utamanya.

Di tengah situasi itu aku pun ingin curhat kepada seorang pemuda, tetapi aku pikir dia sangat sibuk dan tidak mungkin membantuku karena biasanya dia juga susah dihubungi. Maka, aku curhat kepada teman di komunitas lain bahwa aku diminta berjualan. Karena sesama wanita dan sesama akuntan, dia pun hanya berkata: "Jahat ya dia itu" sehingga beteku tidak hilang, tetapi aku tidak curhat sambil marah-marah, seperti Musa.

Eh, tak lama berselang hari itu juga tiba-tiba pemuda itu menghubungiku. Dia bertanya: "Kamu tahu dimana beli hand sanitizer?" Hahaha... kebetulan sekali. Aku pun langsung mengambil kesempatan untuk curhat kepadanya: "Tadi aku disuruh berjualan hand sanitizer. Lalu kujawab begini dan begitu." Hahaha... aku pun curhat sambil tertawa karena baru saja dapat berkat yang tak ternilai harganya, yaitu didengar Tuhan.

Dia langsung berkata: "Tepak (kebetulan). Sebenarnya aku juga tidak tertarik mencari hand sanitizer, tetapi tiba-tiba banyak orang menanyakannya padaku." Hahaha... memang kebetulan. Namun, aku yakin sebenarnya Tuhan sendiri yang mengatur situasi tersebut agar dia menghubungiku di tengah kesibukannya. Hahaha... Tuhan selalu punya cara padahal aku tak tahu harus bagaimana memulai pembicaraan dengannya. Lantas dia kuberi harga karyawan (mbocuan) dengan pesan: "Nanti temanmu jangan diberi harga karyawan lho."

Lalu dia minta dicarikan botol semprot pula. Dengan senang hati kubantu dan lagi-lagi mbocuan. Hahaha... aku memang tidak tertarik mengambil keuntungan darinya di tengah situasi seperti ini. Aku cuma mau berbagi info aja supaya harga-harga hand sanitizer dan botol di pasaran tidak semakin naik-naik ke puncak gunung. Namun, temannya tidak jadi membeli hand sanitizer karena dia butuh cepat dalam jumlah besar pula. Hahaha... Meskipun demikian, aku senang bisa membantunya karena ujung-ujungnya bisa mendorong dia untuk berdoa dan beribadah agar bisa beristirahat dalam hadirat Tuhan. Hahaha... Dengan membantunya, kekesalanku pun menghilang sendiri. Aneh bin ajaib. Hahaha... Terhibur dech. Bete pun berubah menjadi berkat. Untung ada Roh Kudus, Sang Penghibur Sejati.

KUYAKIN dan PERCAYA
Kuberjalan dengan imanku pada-Mu. Kudengar suara-Mu dan aku percaya. Kuterima janji-Mu dalam hidupku. Kumelihat dan kunyatakan Kau Tuhan.
Reff: Kuyakin dan percaya Kau sanggup mengubah malam menjadi siang. Kuyakin dan percaya Kau sanggup mengubah beban menjadi berkat.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.