Catatan Ibadah ke-1 Minggu 01 Mar 2020
Aha.. akhirnya aku
mengetahui penyebab keanehan wajahnya. Siapa sangka dia begitu? Siapa sangka
strategi iblis seperti itu. Kejadian ini bermula di suatu daerah di Surabaya,
yang terkenal dengan pantainya. Di sana hiduplah seorang gadis belia bersama
keempat titinya. Ketika dia remaja, ibunya meninggal karena sakit kanker.
Sementara itu ayahnya yang pengangguran tetap tak henti-hentinya merokok.
Gadis tersebut berkenalan
dengan seorang pemuda nan baik hati. Ketika si pemuda memperkenalkan gadis ini
kepada orang tuanya, ibu si pemuda diam-diam berkata kepada adik si pemuda: "Kalau
jodoh, biasanya mirip, tetapi ini kok tidak mirip ya?" Lalu
adiknya bercerita kepadaku perihal perkataan ibunya.
Nah, ketika aku
berkenalan dengan gadis belia itu, aku pun merasakan hal yang sama dengan
ibunya. Maka, kuberitahu adiknya: "Aku
juga merasakan hal yang sama. Tampaknya
mereka tidak berjodoh. Kulihat wajah gadis itu tampak aneh, tetapi entah apa
penyebabnya. Wajahnya seperti tidak sesuai dengan dirinya. Apa karena
rambutnya disemir pirang ya?"
Jawab adiknya: "Tidak tahu. Aku tidak merasakan
apa-apa. Tapi, kata ibu, jangan mengatakan hal semacam itu di depan dia karena
nanti dia bisa marah." Lalu kami sama-sama sepakat untuk mendoakan
mereka. Jika mereka berjodoh, biar didekatkan. Jika tidak berjodoh, biar
dijauhkan. Ketika rambut gadis itu kembali hitam, tetap saja terlihat aneh. Dengan
riasan atau tanpa riasan dia tetap terlihat aneh. Ada apa ya? Dia seperti mengenakan wajah orang lain.
Gadis itu bercerita
kepada keluarga si pemuda bahwa dia punya usaha yang sukses sehingga bisa
membeli mobil sendiri dan menghidupi ayah beserta keempat titinya. Lalu pada
suatu ibadah Natal dia pun terpilih sebagai salah satu penari di gerejanya. Ibu
si pemuda terkagum-kagum dan berkata kepada adiknya: "Dia hebat ya... masih muda sudah sukses seperti itu. Baik,
pintar, kreatif."
Tak lama berselang gadis
itu mengatakan bahwa mobilnya dijual karena dia akan membeli mobil baru. Nanti
dia akan mengajak keluarga si pemuda jalan-jalan dengan mobil barunya. Namun,
janji itu tak jua ditepati hingga bulan demi bulan berlalu. Ketika ibu si
pemuda menanyakan hal tersebut kepada si gadis, dia mengatakan bahwa mobilnya
akan dibeli sebentar lagi.
Eh, kemudian tiba-tiba si
pemuda marah kepada ibunya: "Jangan
tanya-tanya soal mobil kepada pacarku." Ibunya hanya mengelus dada dan
bertanya-tanya: "Apa aku tidak boleh mencari tahu tentang calon menantuku?"
Kalau memang tidak boleh, ibunya pun tak mau banyak bertanya kepada si gadis
karena takut dilaporkan kepada anaknya. Sementara itu si pemuda mulai mengambil
kredit mobil dan mobilnya sering digunakan oleh si gadis untuk transportasi
bisnisnya.
Beberapa saat kemudian si
pemuda menyelenggarakan pesta pertunangan yang cukup meriah dengan gadis
tersebut. Aku pun bertanya-tanya: "Apa ini pertanda bahwa mereka memang
berjodoh dan perasaanku salah?
Jika ya, semoga mereka berbahagia. Tapi, sisi lain dari diriku masih melihat
wajahnya aneh. Anehnya dimana ya? Oh, semoga saja perasaanku memang salah."
Beberapa bulan kemudian
setelah pertunangan tersebut, mereka tak jua menikah. Si pemuda mengatakan
bahwa mereka baru mau menikah setelah
ada rumah, mobil, dan biaya untuk pesta yang meriah. Ibunya sempat
keberatan dengan pertunangan yang dipestakan cukup meriah, tetapi si pemuda
marah ketika dinasehati. Kakaknya menegurnya: "Kamu ini besar pasak daripada tiang." Dengan marah, dia
hanya berkata: "Aku sudah
tahu."
Untuk pernikahan, ibunya
pun menyarankan si pemuda untuk tidak mengadakan pesta dan cukup acara di
gereja saja, tetapi si pemuda mengatakan bahwa pacarnya ingin pesta yang meriah
karena dia akan malu jika tidak dipestakan. Terlebih lagi dia anak perempuan
satu-satunya di dalam keluarga itu.
Pacarnya juga tidak mau
dinikahi sebelum ada rumah dan mobil. Di sini mulai terlihat keanehannya. Dulu
ortu si pemuda menikah sebelum ada mobil dan rumah. Bahkan, ayah si pemuda juga
sempat tinggal di pondok mertua indah pada awal pernikahan mereka. Namun, pacarnya ini kok malah nuntut rumah dan
mobil dulu? Apa sepeda motor saja tidak cukup? Apa cintanya tulus? Jika
tulus, tak seharusnya mengajukan syarat semacam ini.
0 komentar:
Post a Comment