Sunday, February 9, 2020

Membangun, Membangun, dan Membangun

Rencana Besar Tuhan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 09 Feb 2020

Sepulang dari gereja ada seorang ibu tak dikenal bertanya: "Mau ke gereja?" Jawabku: "Tidak, dari mall". Katanya: "Oh, kukira mau ke gereja." Hmm... biasanya kalau kujawab dari gereja, pasti ditanya gereja mana dan ujung-ujungnya dicurhati atau membahas hal-hal seputar gereja. Namun, aku sedang enggan mendengar curhatnya atau membahas masalah gereja. Aku sedang ingin menyepi ke tempat yang sunyi alias cuti dari tugas membangun.

Membangun, membangun, membangun. Membangun gereja? Akhir-akhir ini aku tidak paham dengan gereja. Semasa di gereja Katolik belum pernah kudengar ada gereja yang pecah, kecuali cerita tentang sejarah gereja yang terpecah alirannya karena Martin Luther protes. Semenjak itu belum pernah kudengar ada gereja Katolik yang terpecah. Mungkinkah saat itu aku buta dan tuli?

Pemulihan Gereja
Kini kumelihat dan mendengar beberapa gereja Kristen terpecah. Biasanya karena anak-anaknya. Jika anaknya dua, kemungkinan terpecah menjadi dua. Jika anaknya empat, mungkinkah terpecah menjadi empat? Tampaknya gereja Katolik dikelola secara sentral, seperti perusahaan terbuka (tbk) sedangkan gereja Kristen dikelola seperti perusahaan keluarga.

Lalu apa sesungguhnya yang menyebabkan gereja Kristen, terutama yang beraliran Karismatik pecah? Bukankah gereja beraliran karismatik dipenuhi Roh Kudus dan diberi kepekaan mendengar suara Tuhan? Mungkinkah sesama gembala mendengar suara Tuhan yang berbeda? Seharusnya tidak. Jadi, seharusnya bisa tetap satu visi donk. Kalau satu visi, mengapa bisa pecah?

Membangun gereja itu bukan sekedar membangun gedung. Membangun gereja itu membangun orang. Setiap orang memiliki karakteristik dasar yang berbeda-beda sehingga tidak bisa dibangun dengan cara yang seragam. Membangun orang tuh memang bikin bete karena tidak semua orang mau dibangun. Pembangunnya pun harus terus memeras otak dan memiliki anti gores di hati, terutama ketika harus membangun tanah hati yang keras. Membangun satu orang aja susahnya minta ampun, apalagi membangun banyak orang. Bete dech jika harus menjadi pembangun manusia.

BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA
Biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Tak ada banyak waktu. Giatlah dan jangan lalai. Pekerjaan besar menunggu. Ladang siap dituai.
Tanggalkan s'gala beban dan dosa yang merintangi. Berlari pada tujuan panggilan surgawi.

Hingga hari ini aku belum jua berhasil membangun satu orang itu padahal rasanya sudah berabad-abad... wkwkww... Berbagai cara telah kusodorkan untuknya, tetapi dia tetap saja seperti kapal uap. Bete dech... harus pakai cara apa lagi? Mengapa aku yang harus membangunnya? Tampaknya ini pertemuan yang salah ya. Jika diteruskan, bisa-bisa dia membuatku sesak nafas. Seharusnya Tuhan mempertemukan dia dengan tukang bangunan yang tahan asap atau arsitek manusia yang super kreatif. Ngapain aku yang diutus menjangkaunya?

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.