Sunday, January 12, 2020

Terlihat Aslinya ~ Pdt. Stefanus Sujono

Mengetahui Isi Hati
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Jan 2020

Ketika seseorang berada dalam tekanan, kita dapat melihat dirinya yang sebenarnya. Suatu hari pak Sujono memimpin sekelompok mahasiswa mendaki gunung. Saat awal mendaki lereng mereka masih bersemangat. 100-200 meter kemudian mulai ada yang mengeluh padahal masih berjalan melewati hutan yang ada tanamannya sehingga masih bisa berpegangan. Di atas sana ada tempat yang tidak ada tanamannya dan berbatu-batu hingga harus merangkak untuk naik lebih tinggi.

Dari sini mulai kelihatan siapa yang anak manja. Ketika naik lebih ke atas lagi, mulai ada yang bertanya: "Kapan sampainya?" Lalu pak Sujono berusaha memotivasi mereka dengan berkata: "Lihat puncak gunungnya sudah kelihatan. Ini berarti tak lama lagi kita sampai." Namun, ketika mencapai seperempat perjalanan, belum setengah perjalanan, ada lagi yang berkata: "Meskipun puncaknya kelihatan, dari tadi kita belum juga sampai di atas. Kapan sampainya?"

Biasanya naik gunung membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam, tetapi hanya setengah jam saja di atas gunung. Naik turunnya harus ditempuh dengan berjalan kaki. Lantas ada mahasiswa Kristen yang berdoa: "Tuhan, kiranya Kau pindahkan aku ke kamar kosku saat ini juga." Mana bisa begitu? Masa dari gunung tiba-tiba pakai AC di kamar kos? Pada akhirnya mereka pun tidak meneruskan perjalanan ke atas dan memilih kembali turun.
Ulangan 8:3 Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Ada seorang pria kaya raya yang menutup perusahaannya setelah mendengar khotbah dari pak Sujono. Dia melakukannya secara radikal. Setelah menutup perusahaan dia menjadi pengangguran dan menjual asetnya satu per satu untuk membiayai sekolah anaknya yang ada di sekolah internasional. Setelah tak sanggup lagi membiayai anaknya di sekolah tersebut, dia pun memindahkan mereka ke sekolah biasa.

Namun, dia berkata: "Saya rela kehilangan semuanya karena semua yang ada padaku sekarang berasal dari perusahaan itu." Luar biasa. Tak mudah bagi orang kaya menjadi orang miskin hingga bukan hanya nol, tetapi minus. Jauh lebih mudah bagi orang miskin untuk menjadi orang kaya. Namun, mungkin ada yang berpikir bahwa lebih mudah jika dari kaya tetap kaya... hahaha... Dasar Yahudi.

Lantas keadaan keuangannya semakin merosot hingga minus sehingga dia depresi sekitar 2 tahun. Alhasil, dia harus menggunakan obat-obat penenang. Namun, Tuhan tetap memeliharanya. Ketika Tuhan memurnikan kita, Dia tak pernah sedetikpun meninggalkan kita. Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan keberhasilan.

Kini, dia telah menjadi milyarder. Hebatnya, dia tidak lagi sembarangan menerima tawaran bisnis sekalipun menurut perhitungan manusia sangat menjanjikan. Dia hanya mau menerima setiap tawaran bisnis yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka, dia selalu berdoa sebelum mengambil keputusan bisnis. Hal inilah yang membuat Tuhan memberkatinya secara luar biasa.

Di Jakarta salah satu anak rohani pak Sujono mendapat proyek dari pemkot untuk menanam pohon di semua kota Jakarta. Dia memang memiliki bidang usaha yang berbeda dari usaha kebanyakan. Karena ini proyek besar, dia pun belajar dari buku dan juga petani.  Lantas dia menanam pohon Bougenville di rumahnya terlebih dahulu. Pohon ini ditaruh di tanah yang subur dan tiap hari diberi pupuk. Dia merawatnya dengan baik hingga pohon ini berdaun lebat, tetapi tidak berbunga. Lantas dia menemui petani dan menjelaskan kondisi pohon Bougenville miliknya.

Petani menjelaskan bahwa dia telah salah merawat pohon itu. Jika mau pohon itu berbunga, pohon itu harus dianiaya. Tanahnya tidak boleh terlalu subur, tidak boleh diberi pupuk, dan harus diberi batu-batu. Dia tidak percaya akan hal ini karena tidak sesuai dengan buku-buku yang dibacanya tentang cara merawat tanaman.

Namun, petani berkata: "Kamu sudah berusaha dengan caramu dan tidak berhasil, mengapa tidak mencoba caraku?" Dia berpikir: "Benar juga ya." Lantas dia mencoba saran petani. Tak lama kemudian pohon Bougenville miliknya berbunga. Dia pun heran dan kembali menemui petani. "Kok bisa begitu?", tanyanya. Petani menjawab: "Pohon Bougenville hanya bisa berbunga jika dia telah berusaha keras untuk bertahan hidup."

Kita semua adalah Bougenville milik Tuhan. Pemurnian diperlukan agar kita bisa berbuah dan berbunga. Mari kita sama-sama mematikan kedagingan kita.

JADILAH SEPERTI yang KAU INGINI
Bukan dengan barang fana Kau membayar dosaku, dengan darah yang mahal, tiada noda dan cela. Bukan dengan emas perak Kau menebus diriku, oleh segenap kasih dan pengorbanan-Mu.
Reff: Ku telah mati dan tinggalkan cara hidupku yang lama. Semuanya sia-sia, dan tak berarti lagi. Hidup ini kuletakkan pada mezbah-Mu ya Tuhan. Jadilah padaku seperti yang Kau ingini.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.