Catatan Ibadah ke-1 Minggu 19 Jan 2020
Bronnie Ware mencatat lima
penyesalan orang-orang yang sekarat:
1. Andaikan dulu saya berani hidup seperti yang saya cita-citakan.
Banyak orang terpaksa
bekerja demi uang semata. Maka, bersyukurlah kalian yang tidak bergantung pada
gaji, tetapi bergantung pada berkat-berkat Tuhan sesuai talenta yang dimiliki.
Ada orang yang sering
berpindah-pindah kerja karena pekerjaannya tidak sesuai dengan minatnya. Dulu
sekolahnya sesuai jurusan yang dipilihkan orang tua sehingga dia terpaksa
menghidupi cita-cita orang tuanya. Selain itu, ada orang yang mau bercerai
setelah menikah selama 8 tahun. Ketika ditanya alasannya, dia mengatakan bahwa
dia tak pernah mencintai suaminya. Dia menikah karena dijodohkan orang tua dan
sebagai orang keturunan Tionghoa dia harus patuh kepada orang tua.
Hal itu menimbulkan
penyesalan. Maka dari itu, sebaiknya para orang tua jangan menentukan cita-cita
anak. Biarkan mereka memilih sendiri.
2. Andaikan dulu saya tidak bekerja terlalu keras.
Ini biasa terjadi pada
pria. Karena sibuk bekerja, akhirnya tak ada waktu untuk hal-hal lain. Padahal,
dalam hidup ini kita membutuhkan 3 H, yaitu: hobby, humor, dan holiday.
3. Andaikan dulu saya mengambil waktu membina hubungan dengan teman-teman.
Pendeta bisa mati bunuh
diri karena tidak memiliki teman curhat. Milikilah minimal 3-4 teman yang bisa
dipercaya. Jika 1 teman sibuk, kita masih bisa curhat kepada teman lainnya.
Namun, jika hanya memiliki 1 teman lalu dia sakit dan meninggal pula, hal ini
bisa membuat kita depresi hingga bunuh diri.
4. Andaikan dulu saya berani menyampaikan perasaanku kepada orang-orang yang saya cintai.
5. Andaikan dulu saya berusaha hidup senang dan bahagia.
Beberapa orang hanya
berpura-pura bahagia. Mereka bisa membahagiakan orang lain, tetapi tidak bisa
membahagiakan dirinya sendiri. Mereka tidak memiliki kemampuan self care. Padahal, Tuhan meminta kita
mengasihi sesama sebagaimana kita mengasihi diri sendiri.
Prof. Dr. T. Ndraha
pernah bertanya kepada anak-anaknya: "Apakah
anak-anak membawa foto bapak di dompet kalian?" Lalu anak-anaknya
membuka dompet masing-masing. Namun, pak Ndraha melanjutkan perkataannya: "Kalian boleh tidak membawa fotoku di
dompet dan boleh melupakan wajahku tetapi jangan pernah lupa meneruskan
nilai-nilai yang kuajarkan. Kalau kalian melakukannya, berarti aku adalah ayah
yang berhasil."
Mertua pak Julianto ini
mewariskan satu halaman tulisan berisi 10 nilai kehidupan. Beberapa di
antaranya adalah larangan minum dan merokok. Namun, ada satu nilai yang paling
berkesan baginya, yaitu kita boleh
ribut, tetapi tidak boleh sampai berpisah. Setelah ribut harus berdamai
kembali.
Ada 4 anak yang berebut
harta warisan sebesar Rp120M setelah orang tuanya meninggal. Hal ini seharusnya
tak perlu terjadi jika orang tua telah mempersiapkan kematiannya dengan baik. Jika hanya mewariskan harta benda, ini bisa habis.
Lukas 16:19-31 berkisah
tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Orang kaya ini hidup sukses, tetapi
matinya tidak sukses. Sebaliknya, Lazarus tidak sukses dalam hidupnya, tetapi
dia beruntung karena matinya sukses. Mana yang kita pilih: hidup tidak sukses
dan mati sukses seperti Lazarus atau hidup sukses dan mati tidak sukses seperti
orang kaya dalam cerita tersebut?
Tentunya kita akan
memilih hidup sukses dan mati sukses. Hidup kita harus bermakna bagi orang
lain. Hidup itu berarti menyiapkan curriculum vitae (CV) kematian kita.
Orang yang mempersiapkan kematiannya dengan baik akan menjalani hidup dengan
sebaik mungkin.
KUHIDUP BAGI-MU
Yesus Kau kebenaran yang menyelamatkanku. Kau memb'rikanku hidup dan pengharapan. Kuikut kehendak-Mu. Kuperlu anugrah-Mu. Kunyatakan janjiku kepada-Mu.
Chorus: Kalau kuhidup, kuhidup bagi-Mu. Hatiku tetap, tetap menyembah-Mu. Dunia tak bisa menjauhkanku dari kasih-Mu. S'lama kuhidup, kuhidup bagi-Mu. Mataku tetap, tetap memandang-Mu. Dunia tak bisa menjauhkanku dari kasih-Mu.
Yesus Kau kebenaran yang menyelamatkanku. Kau memb'rikanku hidup dan pengharapan. Kuikut kehendak-Mu. Kuperlu anugrah-Mu. Kunyatakan janjiku kepada-Mu.
Chorus: Kalau kuhidup, kuhidup bagi-Mu. Hatiku tetap, tetap menyembah-Mu. Dunia tak bisa menjauhkanku dari kasih-Mu. S'lama kuhidup, kuhidup bagi-Mu. Mataku tetap, tetap memandang-Mu. Dunia tak bisa menjauhkanku dari kasih-Mu.
0 komentar:
Post a Comment