Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 29 Des 2019
Noble Doss merupakan seorang pemain bola rugby yang hebat karena berhasil
menangkap bola dalam posisi yang tidak memungkinkan untuk ditangkap. Dia pun
dikenal banyak orang karena the
impossible catch tersebut. Namun, dia justru mengingat kegagalannya dalam
menangkap bola. Kala itu temannya melempar bola ke arahnya. Dia hanya perlu
menangkapnya dan memasukkannya ke gawang yang sedang tak dijaga. Sayangnya, dia
gagal menangkap bola itu sehingga mengakibatkan permainan seri. Bukan kalah,
tetapi seri. Tiap kali berganti pelatih dia pun selalu menceritakan
kegagalannya ini. Dalam usia 70 tahun dia juga masih saja membicarakan
kegagalannya dan menangis karenanya. Ini membuatnya tersiksa padahal banyak
orang justru mengingat keberhasilannya.
Agar bisa melupakan luka dan kegagalan masa lalu, kita harus:
1. Berdamai dengan Tuhan.
2. Berdamai dengan orang lain.
3. Berdamai dengan diri sendiri.
1. Berdamai dengan Tuhan.
2. Berdamai dengan orang lain.
3. Berdamai dengan diri sendiri.
Selain melupakan luka dan kegagalan, kita juga harus melupakan
keberhasilan yang sudah dialami. John Sung merupakan anak seorang pendeta yang
sempat ingin meninggalkan kekristenan. Namun, suatu hari dia mendengar anak 15
tahun berkhotbah. Karena hal ini, dia tergerak untuk mempelajari Alkitab secara
mendalam.
Kemudian tiap hari dia melakukan penginjilan hingga dosennya menganggap
dia gila dan dia pun dimasukkan ke rumah sakit jiwa selama 193 hari. Selama
dirawat di sana dia terus menerus membaca Alkitab hingga 40 kali. Dia juga
sempat bermimpi melihat peti mati. Dia mendekati peti mati itu karena ingin
melihat siapa yang mati. Ternyata dirinya yang mati. Lalu dia menyadari bahwa
dirinya yang lama memang telah mati.
Selanjutnya, John Sung mengembalikan ijazahnya dan dia tetap melakukan
penginjilan. Ketika dia berjalan, orang sakit yang berdiri di kanan kirinya
langsung sembuh tanpa didoakan. Namun, untuk bisa seperti ini, John Sung telah
mengorbankan peluangnya untuk menjadi orang yang kaya dan tenar.
MEMANDANG ke DEPAN
Di depan ada hadiah berupa mahkota kebenaran. Paulus melihat hadiah ini
bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk semua orang yang mengakhiri
pertandingan dengan baik.
2 Timotius 4:6-8 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
0 komentar:
Post a Comment